Rencana Akuisisi ARM oleh Nvidia Ditentang Qualcomm

- Pada September 2020, pabrikan chip grafis Nvidia mengumumkan rencananya mengakuisisi ARM dari Softbank Group dengan nilai sebesar 40 miliar dollar AS (sekitar Rp 598,6 triliun).
Namun, meski berjanji tidak akan mengendalikan ARM untuk mendapat keuntungan sendiri, rencana tersebut tak urung mendapat pertentangan dari tiga perusahaan besar yang merasa bakal dirugikan, yakni Qualcomm, Microsoft, dan Google.
Qualcomm merupakan pabrikanyang membuat chip dengan rancangan yang dilisensikan dari ARM. Google dan Microsoft pun disinyalir sedang membuat chip buatan sendiri yang juga berbasis ARM.
Baca juga: Nvidia Akuisisi ARM dari SoftBank Senilai Rp 598 Triliun
Karena itu, kepemilikan Nvidia atas ARM dipandang bisa disalahgunakan untuk merugikan para kompetitor yang bergantung pada lisensi ARM dalam persaingan usaha.
Nvidia dipandang tak akan membuat ARM bersikap netral, apalagi setelah merogoh ratusan triliun rupiah untuk mengakuisisi perusahaan asal Inggris tersebut, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Verge, Selasa (16/2/2021).
Qualcomm, Microsoft, dan ARM disebut sudah melakukan pendekatan terhadap regulator usaha di Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan China, untuk menyampaikan kekhawatiran mereka terkait kepemilikan Nvidia atas ARM.
Kabarnya, regulator di sejumlah wilayah juga tengah mengevaluasi apakah rencana akuisisi ARM bakal memberikan kekuasaan terlalu besar di industri semikonduktor. Kemungkinan pertentangan akan semakin ramai karena banyak yang merasa bisa dirugikan.
Chip hasil rancangan ARM memang banyak dipakai di berbagai macam gadget mobile, mulai dari smartphone dan tablet hingga kulkas pintar dan mobil tanpa sopir.
Baca juga: Microsoft Dikabarkan Bikin Chip ARM, Ingin Lepas dari Intel?
ARM menjual lisensi hak kekayaan intelektual atau hak paten desain prosesor kepada perusahaan pemanufaktur semikonduktor, seperti Qualcomm, Nvidia, Texas Instrument, STMicroelectronics, Renesas, Samsung, hingga Apple.
Nvidia sendiri beralasan rencana akuisi ARM bertujuan untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan (AI) yang menjadi salah satu area fokus Nvidia belakangan ini.
Qualcomm, Microsoft, dan Google sendiri sebenarnya juga pernah bermasalah dengan perilaku anti-kompetitif dari masing-masing.
Qualcomm didenda di China, Korea Selatan, dan Eropa karena masalah lisensi. Microsoft melanggar regulasi anti-trust di dekade 1990-an, sementara Google belakangan juga dipandang telah menjadi terlalu berkuasa sebagai raksasa internet.
Baca juga: Google Dituding Bayar Apple Rp 175 Triliun demi iPhone
Terkini Lainnya
- Oppo Rilis Case dan Wallet Edisi Timnas Indonesia untuk Reno 13 F 5G
- 5 Aplikasi Al Quran untuk Mengaji Selama Puasa Ramadhan 2025
- Akamai Rilis Laporan "Defender Guide 2025" untuk Mitigasi Ancaman Siber
- Layanan Indosat HiFi Dikeluhkan Gangguan, Ada yang Sampai 9 Hari
- Cara Melihat Password WiFi di Laptop Windows 11 dengan Mudah dan Praktis
- Tabel Spesifikasi Nubia V70 Design di Indonesia, Harga Rp 1 Jutaan
- Google Bawa Fitur ala Circle to Search ke iPhone
- Microsoft Umumkan Muse, AI untuk Bikin Visual Video Game
- Chatbot AI Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Bisa Diunduh di HP dan Desktop
- Perbedaan Spesifikasi iPhone 16 Vs iPhone 16e
- 5 Fitur Baru di DM Instagram, Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Cara Download WhatsApp di Laptop dengan Mudah
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- 6 "Korban" yang Dijerat Pasal Karet UU ITE
- Aplikasi Clubhouse Disebut Kirim Data ke China, Bagaimana Keamanannya?
- Pendiri OnePlus Resmi Jadi Pemilik Merek Ponsel dari Bapak Android
- 9 "Pasal Karet" dalam UU ITE yang Perlu Direvisi Menurut Pengamat
- 5 Fitur Instagram Ini Jarang Diketahui tapi Berguna