Pandemi Covid-19 Ubah Perilaku Belanja Orang Indonesia

- Pandemi Covid-19 mempengaruhi perilaku belanja orang Indonesia. Masyarakat yang sebelumnya belanja secara offline di gerai fisik, kini mulai beralih ke belanja online.
Menurut laporan perusahaan teknologi periklanan, Criteo, ada sebanyak 49 persen konsumen belanja online di Indonesia yang mengunduh aplikasi belanja online untuk pertama kali, maupun sebagai aplikasi tambahan.
Aplikasi belanja online yang diunduh mulai dari retail, aplikasi pesan-antar makanan, grosir, dan masih banyak lagi.
"Ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan oleh e-commerce atau brand untuk menjangkau pelanggan baru atau menggaet pelanggan lebih banyak lagi," Mochamad Ikrar Pradana, Account Strategist Criteo Asia Tenggara dalam webinar Criteo, Kamis (3/12/2020).
Baca juga: Mengenal Social Commerce, Fenomena Belanja lewat Media Sosial
Laporan ini senada dengan laporan yang dihimpun oleh Google dan Temasek. Dalam laporan berjudul "e-Conomy SEA 2020", 37 persen pengguna internet di Indonesia pada 2020 adalah pengguna internet baru.
Hal ini turut mendorong jumlah unduhan aplikasi-aplikasi baru, termasuk aplikasi belanja online.
Selain itu, e-commerce juga menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat di Indonesia. E-commerce tumbuh 54 persen atau 32 miliar dollar AS (sekitar Rp 454 triliun) pada tahun 2020.
Kembali ke laporan Criteo, Ikrar juga memaparkan, bahwa kondisi ini juga membuat konsumen yang berbelanja online di Indonesia mulai "bersahabat" dengan iklan yang sesuai dengan mereka.
Pada kuartal III-2020, Criteo mencatat sebanyak 78 persen konsumen belanja online Indonesia mengklik iklan dalam aplikasi dalam enam bulan terakhir.
Baca juga: Per 1 Desember, Belanja dari Luar Negeri di Tokopedia dkk Makin Mahal
Sebanyak 53 persen dari jumlah tersebut, melakukan pembelian setelah membuka iklan. Ikrar menyarankan agar para brand bisa memanfaatkan momentum ini untuk memperluas target pasarnya.
"Selain dari promosi dan diskon, brand bisa fokus bagaimana caranya agar iklan bisa disampaikan dan dikomunikasikan kepada pengguna yang sudah mulai terbuka menerima iklan dari brand," imbuh Ikrar.
Terkini Lainnya
- Bocoran Spesifikasi HP Xiaomi 15 Ultra, Bawa Kamera Periskop 200 MP
- Ketika Google Mencibir, OpenAI Justru Meniru DeepSeek
- Harga ChatGPT Plus dan Cara Berlangganannya
- Ponsel Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate Hiasi Bandara Kuala Lumpur Malaysia
- 9 Cara Mengatasi WhatsApp Tidak Ada Notifikasi kalau Tidak Buka Aplikasi
- Fenomena Unik Pakai Apple Watch di Pergelangan Kaki, Ini Alasannya
- 3 Cara Beli Tiket Bus Online buat Mudik Lebaran 2025, Mudah dan Praktis
- Instagram Uji Tombol "Dislike", Muncul di Kolom Komentar
- Video: Hasil Foto Konser Seventeen di Bangkok, Thailand, dan Tips Rekam Antiburik
- ZTE Blade V70 Max Dirilis, Bawa Baterai 6.000 mAh dan Dynamic Island ala iPhone
- 4 HP Android Murah Terbaru 2025, Harga Rp 2 juta-Rp 3 jutaan
- Cara Cek Numerologi di ChatGPT yang Lagi Ramai buat Baca Karakter Berdasar Angka
- 61 HP Samsung yang Kebagian One UI 7
- AMD dan Nvidia Kompak Umumkan Tanggal Rilis GPU Terbarunya
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Harbolnas Diprediksi Tetap Diserbu Pembeli meski Indonesia Resesi
- Disebut Hampir Sepakat Bergabung, Ini Kata Gojek dan Grab
- Layanan Cloud Amazon Bisa Kenali Identitas Orang lewat Suara
- Ponsel Snapdragon 888 Bisa Rekam Video 8K dan Jepret Foto 200 Megapiksel
- TikTok Uji Coba Video Berdurasi 3 Menit