cpu-data.info

Harbolnas Diprediksi Tetap Diserbu Pembeli meski Indonesia Resesi

Ilustrasi belanja online
Lihat Foto

- Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 12 Desember mendatang diprediksi tetap mendapat sambutan positif meski Indonesia mengalami resesi ekonomi.

Menurut Mochamad Ikrar Pradana, Account Strategist Criteo Asia Tenggara, prediksi itu berkaca dari tren Harbolnas 12.12 tahun lalu yang mampu melampaui puncak penjualan dan trafik di program double days atau hari belanja tanggal kembar.

Double days seperti 10.10 atau 11.11 kerap digelar e-commerce untuk menarik trafik dan penjualan di platform-nya.

Data terbaru perusahaan teknologi periklanan, Criteo, menunjukkan bahwa tingkat penjualan melalui program double days di Indonesia terus tumbuh sejak Juli 2020.

Baca juga: Empat Tahap Perkembangan E-commerce, Indonesia Masih di Bawah

Program double days 7.7 pada Juli 2020 mencatatkan pertumbuhan sebesar 32 persen dan 66 persen pada double days 8.8 pada Oktober. Kemudian pada September, program 9.9 juga mencatat kenaikan penjualan 98 persen.

Tren berlanjut pada program double days 10.10 yang berlangsung pada Oktober 2020 dengan peningkatan sebesar 199 persen. Lalu, pada double days 11.11 yang berlangsung November, penjualan online di Indonesia meningkat hingga 274 persen.

Tren positif ini, menurut Ikrar, akan tetap berlanjut pada Harbolnas 12.12 pada Desember mendatang, sebagaimana yang terjadi pada tahun lalu.

Lebih lanjut, Ikrar mengatakan bahwa data penjualan bulan Oktober dan November 2020 melalui program double days menunjukkan bahwa pandemi tidak menurunkan tren belanja online di Indonesia. Meskipun pada kuartal III-2020, Indonesia sempat mengumumkan resesi ekonomi.

"Pandemi sudah berjalan sejak awal tahun dan sampai sekarang masih ada pandemi. Dampaknya (pandemi) tidak akan negatif, tapi justru akan lebih positif," jelas Ikrar dalam sebuah webinar, Kamis (3/12/2020).

Baca juga: Gojek Siapkan Layanan E-commerce GoStore?

Ikrar menambahkan, pandemi mengubah perilaku konsumen, seperti perubahan dari belanja dari luring ke daring.

Dalam risetnya, Criteo juga mencatat pada kuartal III-2020, sebanyak 78 persen konsumen belanja online di Indonesia mengeklik iklan dalam aplikasi dalam enam bulan terakhir. Sebanyak 53 persen dari jumlah tersebut melakukan pembelian setelah membuka iklan.

"Dengan pembeli yang sekarang lebih terbuka terhadap pengalaman ritel di dalam aplikasi, peritel harus meningkatkan upaya untuk melibatkan konsumen melalui media ini selama momen ritel utama seperti 12.12 untuk mencapai daya tarik yang maksimum," kata Pauline Lemaire, Director of Account Strategy for Large Customers, Criteo SEA, Hong Kong, and Taiwan.

Temuan Criteo sejalan dengan laporan e-Conomy SEA terbaru dari Google dan Temasek yang dipublikasi pada November lalu. E-commerce disebut menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat dibanding layanan berbasis internet lain.

Di Indonesia, e-commerce tumbuh 54 persen atau 32 miliar dollar AS (sekitar Rp 454 triliun) pada 2020. Jumlah supplier lokal juga meningkat lima kali lipat dari masyarakat yang mencoba berjualan secara online di e-commerce.

Ekonomi digital di Indonesia juga diprediksi tetap akan meningkat hingga 22 miliar dollar AS (sekitar Rp 624 triliun) dari total produk domestik bruto (GDP).

Baca juga: Mengenal Social Commerce, Fenomena Belanja lewat Media Sosial


Terkini Lainnya

Tautan Sahabat