cpu-data.info

ChatGPT Dituntut karena "Asbun", Tuding Pria Tak Bersalah Pembunuh

OpenAI meluncurkan pembaruan logo, skema warna, dan tipografi yang mencerminkan pendekatan yang lebih organik dan berpusat pada manusia dalam inovasi AI.
Lihat Foto

- OpenAI kembali menghadapi gugatan hukum terkait informasi keliru yang dihasilkan chatbot berbasis AI-nya, yakni ChatGPT. Gugatan ini dilayangkan oleh kelompok advokasi asal Austria, bernama Noyb (None of Your Business).

Noyb, yang dikenal vokal dalam isu perlindungan data, mengajukan pengaduan keduanya terhadap OpenAI atas tuduhan yang disebut sebagai "halusinasi" atau kesalahan faktual.

Dalam gugatan tersebut, Noyb melaporkan kasus di mana ChatGPT secara asal menuduh seorang pria asal Norwegia melakukan pembunuhan.

Kasus ini bermula saat pria tersebut menanyakan informasi tentang dirinya kepada ChatGPT. Alih-alih memberikan jawaban yang netral atau menyatakan tidak mengetahui, chatbot itu justru menyampaikan tuduhan serius yang tidak berdasar.

Baca juga: Riset: Orang yang Sering Chat ke ChatGPT Ternyata Kesepian

Dalam responsnya, ChatGPT menyebut bahwa pria tersebut dijatuhi hukuman 21 tahun penjara atas pembunuhan dua anak dan percobaan pembunuhan anak ketiga. 

Padahal, pria tersebut sama sekali tidak pernah terlibat dalam kejahatan apa pun. Tuduhan yang disampaikan ChatGPT sepenuhnya keliru dan tidak memiliki fakta berdasar.

Situasi pun menjadi semakin rumit karena informasi palsu itu turut disertai sejumlah data pribadi yang justru benar. Dalam hal ini, ChatGPT menyebut jumlah anak, jenis kelamin anak-anaknya, hingga kota tempat tinggal pria tersebut secara akurat.

Kemunculan informasi palsu tersebut membuat ChatGPT dinilai “asbun” alias asal bunyi dalam menyampaikan informasi. Sebab, kesalahan semacam ini berpotensi merusak reputasi seseorang secara serius.

Melanggar perlindungan data

Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari engadget, Senin (7/4/2025), Noyb menilai OpenAI telah melanggar aturan Uni Eropa terkait perlindungan data, yakni General Data Protection Regulation (GDPR).

"GDPR jelas. Data pribadi harus akurat. Jika tidak, pengguna berhak mengubahnya agar sesuai kenyataan," kata pengacara perlindungan data Noyb, Joakim Söderberg.

Baca juga: Tren Bikin Foto ala Studio Ghibli Pakai ChatGPT Ramai di Medsos, Menuai Kontroversi

Ia juga menilai peringatan kecil yang muncul di ChatGPT tidak cukup untuk membebaskan mereka dari kesalahan informasi tersebut.

"Menunjukkan kepada pengguna ChatGPT sebuah pernyataan singkat bahwa chatbot dapat membuat kesalahan jelas tidak cukup," lanjutnya.

"Anda tidak bisa begitu saja menyebarkan informasi palsu dan menambahkan pernyataan kecil yang mengatakan semuanya mungkin tidak benar," tambah Söderberg.

Sebagai informasi, OpenAI selama ini memang menyematkan disclaimer bahwa ChatGPT "bisa saja membuat kesalahan".

Bunyi pernyataan ini mengartikan bahwa ChatGPT tidak selalu menghasilkan informasi yang akurat, dan pengguna perlu melakukan verifikasi silang atas jawaban yang diberikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat