DJ Koh Bicara Strategi Samsung di Kerasnya Pasar Ponsel Menengah Asia
KUALA LUMPUR, - Vendor smartphone China mendominasi pasar mobile di Asia. Mereka berani menawarkan harga Smartphone rendah dengan spesifikasi yang tinggi.
Hal ini menjadi tantangan bagi vendor non-China lain, termasuk vendor asal Korea Selatan, Samsung.
Secara global, Samsung memang masih menjadi pemimpin industri smartphone. Namun secara profit, perusahaan pimpinan DJ Koh ini harus menghadapi penurunan profit 11 persen year on year, setidaknya begitu versi firma riset Counter Reports.
"Kita akui, kita bekerja keras di pasar China. Tapi di pasar luar China dan negara lain, kami masih unggul", ungkap DJ Koh.
Ketika ditemui KompasTekno dan beberapa media lain dalam sebuah sesi wawancara khusus di Kuala Lumpur, Koh mengaku perusahaannya memiliki rencana jangka panjang untuk tetap menjadi pemimpin smartphone global.
Baca juga: Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A7 di Indonesia
Salah satunya adalah fokus pada segmen milenial yang menjadi target lini Galaxy A series. Di lini ini, Samsung akan menelurkan inovasinya, salah satunya smartphone dengan tiga dan empat kamera belakang.
"Belakangan saya berpikir, milenial adalah target pasar perangkat ini. Karena mereka mengekspresikan diri dari perangkatnya, seperti melalui Instagram", jelas Koh.
Mengembalikan Profit
Salah satu perangkat yang sudah ditelurkan adalah Galaxy A7, smartphone Samsung dengan tiga kamera belakang yang dibanderol harga mulai dari Rp. 4,5 juta. Bisa dikatakan, Galaxy A7 adalah smartphone pertama dengan triple camera di segmen menengah.
Sebab, smartphone lain dengan tiga kamera masuk dalam jajaran high-end, seperti Huawei P20 atau LG V40 ThinQ. Berbeda dengan level mid-range yang menawarkan harga terjangkau untuk bisa menikmati inovasi baru, Samsung justru membandrol flagship lebih tinggi.
Lihatlah Galaxy Note 8 yang harganya 950 dollar AS saat dirilis, pada Galaxy Note 9 harga paling rendah dibanderol 999 dollar AS.
Baca juga: 3 Ponsel Galaxy A Ini Disetop Produksinya di Indonesia
Strategi perubahan ini dianggap sebagai cara Samsung untuk memperbaiki performa pasar. Namun menurut Koh, perusahaan yang ia pimpin mengedepankan inovasi dan pengalaman bagi pengguna dari pada mengejar profit.
"Ketika kami menghadirkan produk yang berharga bagi pengguna, dan memberikan mereka benefit secara berkelanjutan, maka mereka akan paham dan memilih produk kami. Kemudian, profit akan mengikuti", papar Koh.
Kembali ke tantangan Samsung di China, Koh mengakui jika Samsung harus banting tulang untuk memperbaiki posisinya di China. Namun dirinya yakin, Samsung akan kembali menguasai pasar China kembali.
Terkini Lainnya
- Cisco Umumkan Perangkat WiFi 7 Access Point Pertama, Kecepatan Tembus 24 Gbps
- Penyebab Nomor Telepon Tidak Bisa Dicek di GetContact
- Ini Sebab Bali Jadi Tempat Peluncuran Global Oppo Find X8
- Telkomsel Dukung Industri Game Nasional lewat Keikutsertaan di MPL ID S14
- Cara Membuat YouTube Music "2024 Recap" yang Mirip Spotify Wrapped
- Oppo Rilis Antarmuka ColorOS 15 Global, Sudah Bisa "Circle-to-Search"
- Tablet Oppo Pad 3 Pro Meluncur Global dari Bali, Dilengkapi AI
- Samsung Galaxy Z Flip 7 FE Meluncur Tahun Depan?
- 3 Cara Blokir Telepon Spam di iPhone dengan Mudah dan Praktis
- Algoritma Instagram Kini Bisa Direset, Rekomendasi Konten Bisa Kembali ke Awal
- YouTube Gaming Recap 2024 Dirilis, Kilas Balik Tontonan Game Sepanjang Tahun
- Oppo Find X8 Resmi di Indonesia, HP Pertama dengan Dimensity 9400
- Oppo Find X8 Pro Resmi dengan Tombol Kamera "Quick Button", Ini Harganya di Indonesia
- Suasana Peluncuran Global Oppo Find X8 Series di Bali, Dihadiri Undangan dari Berbagai Negara
- Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A16 5G di Indonesia