Cara Mengenali Penipuan "Mama Minta Pulsa" Versi Deepfake
DENPASAR, - Head of Asia Pacific Research and Analysis Team Kaspersky Vitaly Kamluk bercerita, ibunya pernah mendapat pesan dari seseorang yang mengaku sebagai tetangga lama.
Si "tetangga" mengaku sedang mendapat musibah dan meminta kiriman uang. Mirip dengan modus penipuan "mama minta pulsa" yang sempat marak di Indonesia.
Bedanya, dalam kasus ini sosok tetangga yang ternyata penipu itu lebih meyakinkan. Dia tahu nama anggota-anggota keluarganya, alamat rumah, dan lain-lain.
Hampir saja ibunda Kamluk tertipu. Sebelum mengirim uang, dia menghubungi si tetangga yang bersangkutan. Ditelepon sambil setengah panik, sang tetangga malah bingung karena dia baik-baik saja.
Baca juga: Video Porno Palsu Deepfake Mengancam Perempuan di Internet
"Baru ketika menelepon itu saja ibu saya sadar bahwa dia sedang jadi sasaran upaya penipuan," tutur Kamluk ketika berbicara dalam ajang Kaspersky Asia Pacific Cyber Security Weekend di Jimbaran, Bali, Kamis (24/8/2023).
Penipuan "zaman now", menurut Kamluk, memang sudah lebih canggih karena menggunakan profiling alias mengumpulkan informasi soal calon korbannya. Bisa dari unggahan media sosial, data pribadi, atau keterangan lain yang tersebar di internet.
Disadari atau tidak, kepingan-kepingan informasi pribadi ini bisa dikumpulkan oleh aktor jahat untuk menyusun profil target. Jadi mereka tahu soal hubungan pertemanannya, keluarganya, sampai kebiasaan dalam aktivitas sehari-hari seperti kafe langganan.
Ditambah lagi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dapat membuat sosok yang mirip dengan orang sungguhan seperti kenalan calon korban, termasuk dalam obrolan teks, suara, atau video sekalipun.
"Ada kemajuan yang signifikan soal itu dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang ada gambar, suara, dan video seperti deepfake, dan juga percakapan teks yang mirip dengan manusia asli," ungkap Kamluk.
Cara mengenali "mama minta pulsa" versi deepfake
Upaya penipuan dapat dilancarkan secara otomatis oleh sistem AI seperti chatbot ataupun oleh si aktor jahat sendiri dengan cara mengubah penampilan dan suara agar nyaris persis dengan kenalan atau keluarga calon korban.
Kalau sudah seperti itu, lantas bagaimana cara mengenali sosok lawan bicara adalah rekaan AI atau orang asli?
Kamluk mengungkapkan bahwa salah satu cara paling efektif adalah dengan melakukan verifikasi dengan cara menghubungi langsung orang yang bersangkutan, seperti yang dilakukan ibunya.
"Hentikan interaksi Anda (dengan sosok yang dicurigai sebagai penipu), lalu lakukan verifikasi independen dengan kanal komunikasi yang lain," ujarnya.
Baca juga: Menilik Teknologi Deepfake di Balik Video Diduga Mirip Nagita Slavina
Dengan demikian, orang yang curiga sedang dijadikan sasaran penipuan bisa langsung mengetahui apakah kenalan atau keluarganya memang menghubunginya untuk meminta sesuatu.
Senada dengan Kamluk, Managing Director Asia Pacific Kaspersky Adrian Hia mengatakan bahwa, meskipun meyakinkan dan banyak tahu tentang calon korban, masih ada informasi lain yang sulit kalau bukan mustahil diketahui orang lain.
Dia mencontohkan, apabila ada orang yang mengaku sebagai anggota keluarga, seseorang yang curiga bisa bertanya tentang hal-hal kecil seperti "Tadi pagi kamu sarapan apa?".
"Atau bisa juga tanya peliharaan seperti, 'Anjing kamu bagaimana, sehat?'. Kemudian penipunya mungkin jawab 'Oh, dia sehat.' Padahal si orang itu tak punya anjing," ujar Hia.
Hia turut menekankan pentingnya cyber awareness yang dilakukan secara terus menerus agar masyarakat tetap awas dengan modus penipuan terbaru, khususnya di era AI seperti sekarang.
Dia menyarankan agar pendidikan keamanan siber dijadikan bagian dari kurikulum sekolah. "Ini akan membantu meningkatkan kewaspadaan tentang keamanan siber sejak dari awal," ujar Hia.
Baca juga: Kaspersky Sarankan Keamanan Siber Masuk Kurikulum Sekolah
Terkini Lainnya
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua
- Bocoran Isi Proposal 100 Juta Dollar AS Apple ke Kemenperin
- Samsung Galaxy Z Flip 7 FE Meluncur Tahun Depan?
- Oppo Find X8 Pro Punya Tombol "Quick Button", Apa Fungsinya?
- Algoritma Instagram Kini Bisa Direset, Rekomendasi Konten Bisa Kembali ke Awal
- Indonesia Juara Umum Kompetisi E-sports Dunia IESF 2024
- Cara Membuat YouTube Music "2024 Recap" yang Mirip Spotify Wrapped
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Pemerintah AS Desak Google Jual Browser Chrome
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- Cara Pakai Rumus CEILING dan FLOOR di Microsoft Excel
- Bocoran Isi Proposal 100 Juta Dollar AS Apple ke Kemenperin
- Kaspersky Sarankan Keamanan Siber Masuk Kurikulum Sekolah
- Gelar Acara di Bali, Kaspersky Bahas Bahaya dan Manfaat AI untuk Sekuriti
- Oppo Rilis Charger Mobil dengan SuperVOOC 80 Watt di Indonesia
- Spesifikasi dan Harga MacBook Air 15 Inci di Indonesia
- Pasar Ponsel Indonesia Masih Lesu, Pengiriman Turun 10 Persen