cpu-data.info

Alibaba Pangkas 19.000 Karyawan Sepanjang 2022

Kantor Alibaba.
Lihat Foto

- Perusahaan teknologi raksasa asal China, Alibaba Group Holding Ltd. dilaporkan telah memangkas sekitar 19.000 karyawannya sepanjang tahun 2022.

Merujuk pada laporan dari Bloomberg, pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Sehingga, hal tersebut mendorong Alibaba untuk mengambil langkah penghematan.

Tidak hanya itu, pertumbuhan perusahaan juga dilaporkan melambat karena kasus pandemi Covid-19. Pasalnya, pemerintah di China kembali memperketat aturan pembatasan kegiatan masyarakat (lockdown).

Pembatasan aktivitas tersebut membuat masyarakat tidak bisa leluasa beraktivitas di luar rumah, kemudian membuat pengeluaran konsumen menjadi lebih sedikit dibanding sebelumnya.

Baca juga: Sejarah Alibaba, E-commerce Buatan Jack Ma yang Terinspirasi Cerita 1001 Malam

Menanggapi masalah tersebut, pada Mei 2022, Alibaba mengatakan bahwa pihaknya bakal mengambil langkah yang lebih disiplin dalam mengatur pengeluaran perusahaan. Raksasa e-commerce China itu juga bakal meninjau ulang pengeluaran di beberapa area yang tidak memiliki nilai jangka panjang.

Tidak selang lama setelah pernyataan tersebut disampaikan, Alibaba melakukan pemangkasan nyaris sebanyak 10.000 karyawan pada Agustus 2022. Alasan PHK dilakukan karena kondisi penjualan sedang lesu, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi China.

Menurut laporan South China Morning Post, sebanyak 9.241 karyawan pamit undur diri dari Alibaba pada kuartal II-2022 (sekitar bulan Juni). Pemangkasan tersebut membuat total keseluruhan karyawan menjadi 245.700 pekerja.

Lalu, pemangkasan kembali dilakukan pada kuartal IV-2022. Toko retail online yang berbasis di Hangzhou, China dilaporkan telah memangkas sekitar 4.000 pekerjanya. Laporan terakhir menyebut total jumlah karyawan turun menjadi 239.740 orang.

Baca juga: PHK di ZTE, Sejumlah Divisi Alami Pengurangan 10-20 Persen Karyawan

Meski sudah melakukan beberapa kali pemangkasan, jumlah karyawan yang dimiliki masih menjadi salah satu perusahaan swasta yang terbesar di China. Laporan penjualan dan keuntungan Alibaba pun tercatat tumbuh dan melampaui prediksi para analis.

Tidak diketahui apakah pengurangan karyawan memengaruhi pertumbuhan perusahaan atau tidak. Yang jelas, merujuk pada laporan CNBC, pendapatan yang berhasil dikantongi sebesar 247,76 miliar yuan (sekitar Rp 544,8 triliun/kurs Rp 2.199), tumbuh 2 persen year-on-year (YoY).

Sedangkan, keuntungan bersihnya tercatat tumbuh 69 persen YoY dari 34,02 miliar yuan (Rp 74,8 triliun) menjadi 46,82 miliar yuan (Rp 102,9 triliun). Saham perusahaan juga tercatat tumbuh sebanyak enam persen.

Kendati begitu, hal ini belum bisa dikatakan sebagai kabar baik. Sebab, Alibaba masih harus bergelut dengan kondisi ekonomi China yang sedang melesu.

“Di masa mendatang, kami berharap ada pemulihan yang berlanjutan, (khususnya) pada sentimen konsumen dan aktivitas ekonomi,” ujar CEO Alibaba, Daniel Zhang.

Upaya yang dilakukan sejauh ini untuk memperlebar dan memperkuat sayap bisnisnya adalah menargetkan pasar di luar China, seperti wilayah Asia Tenggara dan berfokus pada situs e-commerce global, AliExpress.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat