Data Pengguna Dijual Online, Ini Tanggapan LinkedIn
- Baru-baru ini, data 700 juta pengguna LinkedIn dikabarkan dijual di situs online Raid Forum. Jumlah tersebut kira-kira 93 persen dari total pengguna LinkedIn yang diklaim mencapai 756 pengguna.
Atas kejadian tersebut, LinkedIn tidak menampik adanya kebocoran data, tapi menolak tudingan bahwa kasus ini merupakan pembobolan data pengguna. Mereka berdalih bahwa tidak ada informasi pribadi yang sensitif terekspos di situs Raid Forums.
"Kami ingin memperjelas bahwa kasus ini bukanlah pembobolan data dan tidak ada data pribadi anggota LinkedIn yang terekspos," jelas perwakilan LinkedIn, dihimpun KompasTekno dari Enterpreneur, Kamis (1/7/2021).
Baca juga: LinkedIn Bobol Lagi, Data 700 Juta Pengguna Dijual Online
LinkedIn menjelaskan bahwa dari penyelidikan yang mereka lakukan, data yang dijual di Raid Forum itu diperoleh dengan cara scraping atau ekstraksi. Teknik yang sama seperti kejadian bulan April lalu, di mana ada 500 juta data pengguna LinkedIn yang dijajakan di Raid Forum.
Sebagai informasi, teknik scraping biasanya memanfaatkan software otomatis untuk mengambil informasi publik dari internet dan mendistribusikannya di forum online. Kendati demikian, LinkedIn mengatakan mengekstraksi data tetap merupakan sebuah pelanggaran.
"Mengekstraksi (scraping) data dari LinkedIn merupakan pelanggaran terhadap ketentuan layanan kami dan kami terus berusaha memastikan privasi anggota kami terlindungi," jelas perwakilan LinkedIn, melansir dari Pocket Now.
Ratusan juta data pengguna LinkedIn yang dijual di Raid Forum pertama kali diungkap situs PrivacySharks. Data tersebut dijual oleh salah satu anggota Raid Forum dengan username "GOD" pada 22 Juni lalu.
Baca juga: Marak Jual Beli Foto Selfie Pegang KTP di Facebook
Penjual turut melampirkan sampel berisi 1 juta rekaman data. Setelah diperiksa, sampel tersebut memuat beberapa informasi pribadi, meliputi alamat e-mail, nama lengkap, nomor telepon, alamat fisik, riwayat lokasi, username LinkedIn dan URL profil, latar belakang dan pengalaman profesional maupun personal, gender, dan akun media sosial lain.
Menurut laporan Restore Privacy, setelah menguji sampel yang diberikan penjual, ditemukan bahwa data tersebut adalah otentik dan berasal dari pengguna LinkedIn asli. Bahkan, data yang dijual termasuk data yang diperbarui tahun 2020 dan 2021.
Penjual data mengaku mendapatkan ratusan juta data itu dengan mengeksplotasi API LinkedIn. Data hasil ekstraksi itu kemudian dijual dengan harga 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 72,6 juta (kurs Rp 14.500).
Terkini Lainnya
- Pengguna Threads Instagram Kini Bisa Buat Tab Feed Khusus Sendiri
- Waspada, Ini Bahayanya Menyimpan Password Otomatis di Browser Internet
- Tabel Spesifikasi Oppo Find X8 di Indonesia, Harga Rp 13 Jutaan
- Facebook Messenger Kedatangan Update Besar, Video Call Makin Jernih
- Apakah Aman Main HP Sambil BAB di Toilet? Begini Penjelasannya
- WhatsApp Rilis Fitur Voice Message Transcripts, Ubah Pesan Suara Jadi Teks
- Cara Mencari Akun Facebook yang Lupa E-mail dan Password, Mudah
- ZTE Nubia Z70 Ultra Meluncur, HP Bezel Tipis dengan Tombol Kamera Khusus
- Spesifikasi dan Harga Oppo Find X8 Pro di Indonesia
- Smartphone Vivo Y300 Meluncur, HP dengan "Ring Light" Harga Rp 4 Jutaan
- Oppo Find X8 Pro Punya Dua Kamera "Periskop", Bukan Cuma untuk Fotografi
- Ini Komponen Apple yang Akan Diproduksi di Bandung
- Inikah Bocoran Desain Samsung Galaxy S25 Ultra "Paling Dekat"?
- Jadwal M6 Mobile Legends, Fase Wild Card Hari Kedua
- Bocoran Isi Proposal 100 Juta Dollar AS Apple ke Kemenperin
- Twitter Error Pagi Ini, Pengguna Tidak Bisa Buka Profil
- Dilelang, "Source Code" World Wide Web Laku Rp 78 Miliar
- Instagram Tak Mau Lagi Disebut Aplikasi Berbagi Foto
- TikTok Makin Galak Terhadap Pengguna di Bawah Umur
- Negosiasi Merger Tri-Indosat Molor Lagi hingga 16 Agustus