Facebook Didenda Rp 9,2 Triliun gara-gara Fitur "Tagging"

- Facebook resmi didenda 650 juta dollar AS (sekitar Rp 9,2 triliun) oleh pengadilan negeri bagian utara California, Amerika Serikat.
Denda tersebut dijatuhkan untuk menyelesaikan gugatan atas pengumpulan data biometrik yang telah berlangsung sejak 2015.
Facebook juga diwajibkan membayar 345 dollar AS (sekitar Rp 4,9 juta) per orang kepada 1,6 juta penggunanya yang menuntut. Pembayaran tersebut harus dilakukan "sesegera mungkin".
Menurut hakim federal AS, James Donato, denda ini merupakan salah satu denda terbesar di kasus privasi yang di ranah digital. Putusan ini juga menjadi kemenangan bagi para konsumen yang privasinya terancam.
"Putusan ini merupakan kemenangan besar bagi pengguna yang memperebutkan hak dan privasinya di ranah digital," ujar Donato.
Terkait putusan tersebut, pihak Facebook pun angkat bicara dan setuju membayar denda yang dijatuhkan.
Baca juga: Facebook dan Google Disebut Terlalu Kuat
"Kami senang gugatan ini telah diputuskan, sehingga kami bisa beralih ke masalah lain demi kepentingan komunitas dan para pemegang saham Facebook," ujar Facebook dalam sebuah pernyataan.
Ini bukan pertama kalinya Facebook dijatuhi denda. Pada 2019, perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini didenda 5 miliar dollar AS (sekitar Rp 71 triliun) terkait skandal kebocoran data Cambridge Analytica.
Sebagai informasi, kasus yang berujung denda Rp 9,2 triliun ini berawal sejak 2015, sebagaimana dikutip KompasTekno dari BusinessInsider, Senin (1/3/2021).
Kala itu, Facebook digugat oleh pengguna di wilayah Illinois, AS, lantaran telah memindai dan mengidentifikasi wajah para pengguna di sebuah foto lewat fitur tagging.
Fitur ini menjadi polemik lantaran melanggar peraturan privasi yang berlaku di negara tersebut. Terlebih lagi, aneka data wajah ini disinyalir dikumpulkan tanpa sepengetahuan atau persetujuan pengguna.
Baca juga: Australia Sahkan UU Media, Google dan Facebook Harus Bayar Konten Berita
Facebook pun berkali-kali membantah tudingan tersebut dan mengeklaim bahwa data diambil sudah berdasarkan persetujuan pengguna.
Selain itu, Facebook juga mengatakan bahwa pengguna sejatinya bisa mematikan fitur tagging agar sistem tidak menandai foto-foto mereka.
"Kami selalu transparan terkait penggunaan teknologi pengenalan wajah (facial recognition) dan pengguna bisa mengaktifkan atau mematikannya kapan saja," ujar Facebook kala itu.
Terkini Lainnya
- Cara Download WhatsApp di Laptop dengan Mudah
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- Cisco Umumkan AI Defense, Solusi Keamanan AI untuk Perusahaan
- Menggenggam HP Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate, Smartphone Tipis Rasa Tablet
- Smartphone Vivo Y29 4G Meluncur, Bawa Baterai Jumbo 6.500 mAh
- 3 Cara Mengaktifkan Touchpad Laptop Windows dengan Mudah dan Praktis
- HP Lipat Oppo Find N5 Sangat Tipis, Ini Rahasia di Baliknya
- Fitur Foto Anti-gagal di Samsung Galaxy S25 Ultra Ini Wajib Dipakai Saat Nonton Konser
- Gimbal Smartphone DJI Osmo Mobile 7 Pro Dirilis, Sudah Bisa Dibeli di Indonesia
- 10 Aplikasi untuk Menunjang Ibadah Puasa Ramadhan 2025 di iPhone dan Android
- Merekam Foto dan Video Konser Makin "Seamless" dengan Cincin Pintar Galaxy Ring
- Angin Segar Investasi Apple, Harapan iPhone 16 Masuk Indonesia Kian Terbuka
- Melihat Tampilan iPhone 16e, Serupa tapi Tak Sama dengan iPhone 14
- Facebook Umumkan BARS, Aplikasi Musik Rap Pesaing TikTok
- Facebook dan Google Disebut Terlalu Kuat
- Pesaing Clubhouse dari Twitter Sudah Bisa Dijajal Pengguna Android
- 4 Cara Mencegah "Zoom Fatigue", Kelelahan Akibat Sering Video Call
- Dua Game Final Fantasy VII Akan Hadir di Android dan iOS