cpu-data.info

Ilmuwan Temukan Cara Pulihkan Baterai yang Sudah "Drop"

Ilustrasi baterai ponsel
Lihat Foto

- Baterai, terutama yang bisa diisi ulang (rechargeable), merupakan salah satu komponen elektronik yang daya tahannya akan menurun seiring pemakaian. 

Baterai di smartphone, misalnya, akan dilanda penurunan performa apabila diisi ulang (charge) berkali-kali dalam pemakaian bertahun-tahun. Dengan begitu, baterai ponsel tersebut akan turun (drop) ke angka 80-90 persen, tidak 100 persen lagi. 

Nah, kini, sejumlah ilmuwan dari Universitas Stanford menemukan sebuah cara memulihkan baterai ponsel yang sudah drop. Cara atau trik ini dirilis dalam sebuah artikel di situs web seputar ilmu dan penemuan di bidang sains, yaitu Science.org.

Baca juga: Berapa Kapasitas Baterai HP untuk Gaming, biar Tetap Awet dan Nyaman Bermain?

Dalam artikel itu, disebutkan bahwa pengisian baterai dengan arus atau daya tertentu (maksimal empat volt) selama lima menit bisa memulihkan kapasitas baterai yang drop hingga 30 persen.

Perlu dicatat, trik ini hanya berlaku pada baterai berjenis silikon, bukan lithium. Di dalam baterai jenis ini, terdapat komponen yang bisa menyimpan energi negatif baterai (anoda) dan energi positif baterai (katoda).

Ketika suatu perangkat berbaterai silikon menyala, energi yang ada dalam anoda akan dialihkan ke katoda dengan bantuan cairan elektrolit yang ada di dalam baterai.

Pada saat pengisian baterai, energi dalam katoda akan beralih ke anoda, sehingga kapasitas baterai akan kembali pulih ke status semula.

Dalam prosesnya, sejumlah partikel dalam anoda akan "pecah" dan tidak bisa dipakai lagi, dan inilah yang membuat suatu baterai bisa drop seiring pemakaian dan siklus pengisian baterai.

Nah, dengan metode pengisian maksimal empat volt selama lima menit tadi, para ilmuwan Universitas Stanford meyakini bahwa anode yang pecah tadi bisa "digabung" kembali untuk memulihkan kapasitas baterai yang drop hingga 30 persen. 

Baca juga: Baterai Berbasis Air Dikembangkan, Diklaim Lebih Efisien dan Aman Dibanding Lithium

Meski dianggap sebagai suatu trik, para ilmuwan ini belum menguji apakah hal ini akan memiliki dampak jangka panjang untuk kapasitas atau performa baterai atau tidak.

Namun yang jelas, cara yang ditemukan ilmuwan ini bisa dipakai untuk membangun teknologi baterai yang lebih canggih dan awet di masa depan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari PCWorld, Sabtu (8/11/2024).

Performa baterai lithium juga bisa ditingkatkan

Ilustrasi charging baterai di ponsel/ OIK YUSUF Ilustrasi charging baterai di ponsel

Masih dari Universitas Stanford, para ilmuwan di laboratorium SLAC-Stanford Battery Center juga menyebut ada sebuah metode yang bisa dipakai untuk memperpanjang umur baterai berjenis lithium hingga 50 persen. 

Dalam riset terbaru mereka, disebutkan bahwa proses pengisian pertama untuk baterai jenis ini ternyata menentukan masa pakai dan daya tahan baterai itu di masa depan.

Baca juga: 20 Smartphone dengan Baterai Paling Awet Versi DxOMark

Metode ini, menurut para ilmuwan di SLAC-Stanford Battery Center, dijalankan dengan melakukan pengisian dengan daya atau arus tinggi di proses pengisian baterai untuk pertama kalinya.

Mereka tak menyebut berapa daya yang dipakai untuk proses ini. Namun, kegiatan charging perdana dengan arus tinggi ini diklaim dapat memberikan "ruang" ekstra dalam kapasitas anoda dan katoda baterai.

Hal ini juga diklaim dapat mengurangi waktu pengisian baterai lithium secara signifikan, dari 10 jam ke 20 menit. Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa metode pengisian dengan daya tinggi di awal ini bisa meningkatkan performa baterai secara keseluruhan. 

Belum ada informasi apakah metode ini benar-benar akurat untuk memperpanjang masa pakai baterai di dunia nyata atau tidak.

Namun yang jelas, sama seperti riset terhadap baterai silikon tadi, metode pengisian daya tinggi di awal pada baterai lithium ini dibuat sebagai referensi untuk memproduksi baterai lithium dengan performa dan tingkat efisien dan ketahanan yang tinggi di masa depan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat