Aplikasi Temu Dinilai Berbahaya dari Aspek Keamanan, Kenapa?
- Aplikasi e-commerce asal China, Temu, baru-baru ini menjadi topik pembicaraan di Indonesia.
Sebab, aplikasi marketplace mirip Tokopedia, Shopee, dll ini dilarang masuk Tanah Air, lantaran potensi membahayakan pasar domestik, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Di luar aspek persaingan bisnis, rupanya Temu juga dinilai berbahaya karena faktor keamanan dan privasi. Ancaman keamanan dan privasi ini dibahas oleh perusahaan riset publik bernama Grizzly Research.
Menurut riset perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat ini, aplikasi Temu yang bisa diunduh di Android dan iOS, memiliki serangkaian karakteristik dari bentuk malware dan spyware yang paling agresif.
Baca juga: Menkominfo Larang Aplikasi Marketplace Temu di Indonesia
Adapun malicious software (malware) adalah software berbahaya yang dirancang khusus untuk mengganggu, merusak, atau mencuri informasi dari perangkat pengguna.
Di sisi lain, spyware adalah jenis malware yang diinstal dalam perangkat tanpa sepengetahuan pengguna, yang mampu mengumpulkan informasi pribadi dan sensitif seperti kata sandi (password) serta nomor kartu kredit.
Karakteristik yang dimaksud mencakup kehadiran fungsi tersembunyi, yang memungkinkan pencurian data secara besar-besaran tanpa sepengetahuan pengguna.
Hal ini berpotensi memberikan pelaku kejahatan akses penuh ke hampir semua data di perangkat mobile pengguna.
Dalam kode sumber (source code) aplikasi Temu yang dianalisis berbagai pakar keamanan data bersama Grizzy Research, ditemukan sebuah fungsi package compile menggunakan runtime.exec. Hal ini memungkinkan program baru diciptakan dalam aplikasi tersebut.
Program ini tidak terlihat oleh pemindaian keamanan (security scan) sebelum atau setelah instalasi aplikasi. Program tersebut juga tidak terlihat dalam pengujian penetrasi yang lebih dalam.
Baca juga: Menteri Teten Sebut Aplikasi Temu Lebih Bahaya dari TikTok Shop
Dengan begitu, Temu bisa saja memenuhi berbagai syarat dan ujian untuk masuk toko aplikasi seperti Google Play Store, padahal sebenarnya di dalamnya memiliki pintu terbuka (backdoor) yang bisa disalahgunakan untuk mencuri data pengguna.
Contohnya, Temu dapat saja mengirimkan kode sumber ke aplikasinya, yang dienkripsi dan disamarkan sebagai data yang tidak mencurigakan. Kode ini kemudian dikompilasikan menjadi file yang dapat dieksekusi di smartphone pengguna.
File ini kemudian bisa menjadi ganas pada waktu mendatang, yang dapat dikendalikan oleh server asing. File ini juga disebut dapat beradaptasi alias reaktif terhadap pembaruan aplikasi itu.
Karakteristik berikutnya, Temu menginginkan semua informasi tentang semua file di perangkat pengguna dengan merujuk ke izin "EXTERNAL_STORAGE", yang sebenarnya merupakan hak administrator (superuser).
Dengan kata lain, tergantung pada versi Android tertentu, aplikasi Temu dapat digunakan untuk membaca, memproses, serta mengubah semua data pengguna dan sistem, termasuk log obrolan, gambar, dan konten pengguna di aplikasi lain.
Terkini Lainnya
- Daftar Aplikasi Android Terbaik 2024, ShopeePay Nomor 1 di Indonesia
- Instagram Hapus Fitur "Ikuti Hashtag", Ini Alasannya
- 5 Tips Menatap Layar HP yang Aman buat Mata, Penting Diperhatikan
- Aplikasi ChatGPT Kini Hadir untuk Semua Pengguna Windows, Tak Perlu Bayar
- Apa Itu Spam di WhatsApp? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
- Casio Umumkan Ring Watch, Jam Tangan Cincin Harga Rp 2 Juta
- Cara Menghapus Akun Facebook yang Sudah Tidak Dipakai, Mudah dan Praktis
- HP "Underwater" Realme GT 7 Pro Rilis Global, Ini Spesifikasinya
- Yahoo Mail Kebagian Fitur AI, Bisa Rangkum dan Balas E-mail Langsung
- Perbedaan Chromebook dan Laptop Windows yang Perlu Diketahui
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- Menkominfo Larang Aplikasi Marketplace Temu di Indonesia
- Pembuat ChatGPT Dapat Pendanaan Baru, Valuasinya Jadi Rp 2.400 Triliun
- Harga dan Spesifikasi Tecno Spark 30C di Indonesia, Mulai Rp 1 Jutaan
- WhatsApp Rilis Fitur Filter dan Background untuk Video Call WA, Mirip Zoom
- Chatbot Microsoft Copilot Hadir di WhatsApp, Bisa Tanya pada AI via Japri