Saat AI Memberi Nasihat Sesat, Regulasi Kian Mendesak

PROFESOR Tomas Weber membagikan cerita pilu. Awal tahun ini, di Belgia, seorang ayah muda dari dua anak, mengakhiri hidupnya setelah percakapan dengan chatbot bertenaga AI.
Rupanya, dia telah bercakap intens dengan model AI tersebut secara rutin, dan menjadi bergantung secara emosional padanya, ungkap Weber dalam artikelnya “Artificial Intelligence and the Law, Legal Scholars on the Potential for Innovation and Upheaval” Stanford Law School, (5/12/2023).
Ketika sistem mendorongnya untuk bunuh diri, dia pun melakukannya. Weber mengutip pernyataan istri mendiang kepada surat kabar Brussels: “Tanpa percakapan dengan chatbot ini, suami saya akan tetap ada di sini.” Miris!
Waspada dan bijak
Waspada, bijak, dan cerdas menggunakan AI generatif (GenAI) sebagai bentuk AI terbaru non tradisional, adalah keniscayaan bagi siapapun. Karena kita tahu, di samping memiliki seabreg fungsi positif, AI juga bisa berdampak menyesatkan.
Baca juga: Tanggung Jawab Hukum dan Kiat Menghindari Halusinasi AI
Sangat berbahaya, ketika seseorang yang tengah tak fokus, atau terlilit masalah, bercakap-cakap dengan Chatbot GenAI, dan kemudian seolah mendapat jalan keluar yang tak tersaring kontennya, yang kemudian diikuti tanpa filtrasi.
Mark Lemley, Professor hukum Stanford Law School dan Direktur Stanford Program in Law, Science and Technology, menyatakan kekhawatirannya.
Jika dirangkum, Ia mengemukakan bahwa AI bisa memberikan nasihat destruktif, konten berbahaya seperti minum racun, atau disinformasi yang dapat merusak reputasi, bahkan memicu kekerasan.
AI memiliki kelemahan karena berbeda dengan manusia, yang setiap saat bisa menerima informasi terbaru, mencerna, dan kemudian mengolahnya menjadi buah pikiran, pendapat, atau hasil analitik.
AI tidak memiliki kemampuan seperti itu, dan sangat bergantung pada asupan data pelatihan yang terpola dan terikat pada waktu dan sistemnya. Maka jangan heran, luaran (output) jawaban AI sangat tergantung pada data yang dilatihkan kepadanya.
Jawaban yang salah bisa terjadi karena kesenjangan dan ketimpangan data hasil pelatihan yang sudah out of date, dengan data dan fakta terbaru, atau kondisi yang dihadapi saat ini.
Sebagai contoh, misalnya, ChatGPT 3.5 hanya update sampai data Januari 2022, maka akan sangat tak update terhadap data dan fakta setelahnya.
Ketergantungan pada data yang telah dipelajari, dan kesenjangan dengan data dan fakta mutakhir, dapat berdampak jawaban tak akurat. Data berkualitas tinggi sebagai materi pelatihan AI sangatlah penting, karena akan menghasilkan luaran optimal.
Salah satu kelemahan AI adalah jika informasi terkini tidak termasuk dalam data pelatihan. Atau jika ada perubahan keadaan secara signifikan sejak pelatihan dan data terakhir diperbarui.
Kondisi ini tentu akan berisiko tinggi jika terkait data untuk proses hukum di pengadilan misalnya, yang hanya memberi toleransi data dan fakta akurat, benar dan bukan fiktif atau rekayasa.
Baca juga: Polemik AI dan Hak Cipta
Oleh karena itu, melakukan verifikasi dengan data faktual, informasi terkini, termasuk update regulasi terbaru sangat penting.
Terkini Lainnya
- Cara Mengaktifkan Kembali M-Banking BCA Terblokir tanpa Harus ke Bank
- 7 Game PS5 Menarik di Sony State of Play 2025, Ada Game Mirip GTA V
- Samsung Pinjamkan 160 Unit Galaxy S25 Series di Acara Galaxy Festival 2025
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Samsung Gelar Galaxy Festival 2025, Unjuk Kebolehan Galaxy S25 Series lewat Konser dan Pameran
- Apa Beda Login dan Sign Up di Media Sosial? Ini Penjelasannya
- Kenapa Kursor Laptop Tidak Bergerak? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
- Oppo A3i Plus Resmi, HP Rp 3 Jutaan dengan RAM 12 GB
- 2 Cara Melihat Password WiFi di MacBook dengan Mudah dan Praktis
- Xiaomi Umumkan Tanggal Rilis HP Baru, Flagship Xiaomi 15 Ultra?
- Wajib Dipakai, Fitur AI di Samsung Galaxy S25 Ultra Bikin Foto Konser Makin Bersih
- Ramai Konser Hari Ini, Begini Setting Samsung S24 dan S25 Ultra buat Rekam Linkin Park, Dewa 19, NCT 127
- WhatsApp Sebar Fitur Tema Chat, Indonesia Sudah Kebagian
- Ini Mesin "Telepati" Buatan Meta, Bisa Terjemahkan Isi Pikiran Jadi Teks
- Begini Efek Keseringan Pakai AI pada Kemampuan Berpikir Manusia
- Enkripsi Data Jadi Faktor Utama Perangi Kebocoran Data
- Apple Watch Ultra 2 Resmi Dijual di Indonesia, Ini Harganya
- Bos Spotify Ini Didepak Setelah Jual Sahamnya Rp 145 Miliar
- Profil Nugroho, Dirut Baru Telkomsel "Jagoan" Jaringan
- Nugroho Resmi Jadi Direktur Utama Telkomsel