Polemik AI dan Hak Cipta
HALUSINASI Artificial Intelligence (AI) yang menghebohkan itu, memiliki korelasi dengan hak cipta. Luaran AI generatif (GenAI) yang bisa sama sekali berbeda dengan data yang dilatihkan, menunjukan bahwa AI bisa membuat konten sendiri, berbeda dengan data berhak cipta yang dikonsumsinya sebagai bahan pelatihan.
Baca juga: Halusinasi AI dan Pentingnya Regulasi
Fenomena "AI hallucination" bisa jadi dijadikan alasan "pembenar" oleh para pengembang AI, bahwa mesin dan sistem pintar ini tidak melakukan plagiarisme dan tidak melanggar hak cipta, karena luarannya bukanlah hasil copy paste.
Produk-produk halusinatif dalam bentuk karya seni, mungkin bisa jadi karya yang indah. Namun hal ini berbeda, jika luaran fiktif GenAI seperti itu dijadikan bukti, materi gugatan, atau argumen di pengadilan, tentu bisa berdampak fatal.
University College London (UCL), dalam laman resminya berjudul "Introduction to Generative AI" (Copyright 2023) menjelaskan, GenAI adalah teknologi kecerdasan buatan, yang secara otomatis menghasilkan konten sebagai respons terhadap perintah tertulis.
Konten yang dihasilkan meliputi teks, kode perangkat lunak, gambar, video, dan musik.
GenAI dilatih menggunakan data dari halaman web, percakapan media sosial, dan konten online lainnya. Nah, sumber-sumber inilah yang kerap jadi polemik hak cipta.
Luaran dan hak cipta
Hal yang relevan dengan hak cipta adalah terkait dengan sumber data dan cara kerja AI. AI generatif yang bekerja dengan menggunakan model Machine Learning (ML), dilatih dan “dikuliahi” layaknya manusia oleh pelatihnya.
Baca juga: Tanggung Jawab Hukum dan Kiat Menghindari Halusinasi AI
Pelatih AI yang tentunya adalah manusia, mengajari AI secara intens untuk mempelajari pola dan hubungan, dalam kumpulan konten yang sudah ada dan tersebar di berbagai saluran online.
Berdasarkan semua itu, maka AI, instrumen pintar ini, kemudian menggunakan pola yang dipelajarinya untuk menghasilkan konten baru. Dapat disimpulkan bahwa luaran ChatGPT, misalnya, adalah konten baru dari proses itu.
UCL menjelaskan, GenAI menghasilkan luaran dengan menganalisis secara statistik distribusi kata, piksel, atau elemen lain, atas semua data yang telah diserapnya.
Hal ini melibatkan penyediaan alat dan pemrosesan sejumlah besar data yang diambil dari internet dan tempat lain.
Setelah GPT dilatih, maka dapat menghasilkan respons teks terhadap perintah. GPT kemudian menggunakan pola statistik untuk memprediksi kemungkinan kata atau frasa yang mungkin membentuk respons koheren terhadap perintah tersebut.
GPT juga mengidentifikasi pola kata dan frasa yang biasanya muncul bersamaan dalam model data besar yang telah dibuat sebelumnya. Hal yang luar biasa adalah, GenAI bisa menghasilkan teks yang tampak seperti ditulis manusia.
Luaran yang dihasilkan memang kadang dangkal, tidak akurat, tidak dapat dipercaya, halusinatif, atau penuh kesalahan. Fakta terakhir ini, sering menjadi alasan para praktisi GenAI. Mereka berkilah, manusia juga bisa melakukan kesalahan serupa.
UCL juga menjelaskan, setelah model teks GenAI dilatih, model tersebut kemudian diperiksa dan disempurnakan, melalui proses yang dikenal sebagai Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF).
Terkini Lainnya
- 5 Besar Vendor Smartphone Dunia Akhir 2024 Versi Canalys
- OpenAI Rilis Fitur Tasks untuk ChatGPT, Ini Fungsinya
- Motorola Moto G Power 2025 Meluncur, HP Android Berstandar Militer
- Meluncur Besok, Intip Bocoran Harga dan Spesifikasi Oppo Reno 13 di Indonesia
- Viral Video Pria Transaksi Pakai Apple Watch, Apple Pay Sudah Bisa di Indonesia?
- Earbuds Nothing Ear (open) Resmi di Indonesia, Harga Rp 2,5 Juta
- Link Download Red Note, Aplikasi Pengganti TikTok yang Lagi Ramai
- Minggu, TikTok Dikabarkan Tutup Aplikasi di AS
- Induk Facebook PHK 3.600 Karyawan yang Kurang Kompeten
- Bos Instagram Bocorkan Jenis Konten yang Bakal Sering Dimunculkan di IG Tahun Ini
- Pilih Cloud Storage atau Hard Drive, Mana yang Ideal?
- Apa Itu Red Note? Aplikasi Pengganti TikTok yang Lagi Ramai di AS
- Honkai Star Rail 3.0 Meluncur, Ada 7 Update Karakter, Area, dan Mekanisme Game
- 4 Tips Hapus Jejak Digital di Internet dengan Aman
- Pemerintah Berencana Batasi Usia Bermedsos bagi Anak
- Tampilan dan Peta "GTA 6" Bocor Duluan, Disebar di TikTok
- Harga Bitcoin Tembus Rp 619 Juta untuk Pertama Kalinya dalam 19 Bulan
- Klasemen Sementara Mobile Legends M5 World Championship, Onic Esports Pimpin Grup A
- Bocoran Tampang Samsung Galaxy A55, Ini Bedanya dari Galaxy A54
- 10 HP Flagship Android Paling Kencang November Versi AnTuTu, Ada Vivo X100