Sekelompok Penulis Gugat OpenAI soal Pelatihan Ilegal ChatGPT

- OpenAI terus menerus melatih chatbot berbasis kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) ChatGPT agar kecerdasannya kian bertambah. Namun salah satu materi yang dipakai OpenAI untuk melatih ChatGPT justru menyeret perusahaan ke ranah hukum.
Sejumlah penulis Amerika Serikat (AS) menggugat OpenAI karena menilai perusahaan mendapatkan keuntungan dengan cara ilegal. Beberapa penulis itu termasuk Michael Chabon, David Henry Hwang, Rachel Louise Snyder, dan Ayelet Waldman.
Menurut para penulis, OpenAI memakai konten mereka yang dilindungi hak cipta secara ilegal. Materi itu dipakai OpenAI untuk melatih ChatGPT agar bisa merangkum dan menganalisis konten yang ditulis.
Mereka juga mengeklaim bahwa kemampuan untuk merangkum dan menganalisis konten itu hanya bisa dilakukan jika OpenAI melatih model bahasa besar (Large Language Model/LLM) GPT dengan karya milik mereka.
Baca juga: Bos ChatGPT: Elon Musk Brengsek, tapi Punya Kekuatan Super
Dengan begitu, para penulis menyimpulkan bahwa rangkuman itu merupakan karya turunan yang melanggar hak cipta.
"Tindakan pelanggaran hak cipta OpenAI disengaja serta mengabaikan hak Penggugat dan anggota Kelompok (penulis)," demikian keterangan dalam gugatan yang diajukan ke pangdilan federal di San Francisco, Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu.
Para penulis mengeklaim OpenAI tahu bahwa kumpulan data yang dipakai untuk melatih model GPT, memuat materi yang dilindungi hak cipta.
"Jadi tindakan OpenAI melanggar ketentuan penggunaan materi tersebut," lanjut keterangan dalam dokumen itu.
Mereka meminta ganti rugi atas praktik tersebut tetapi jumlahnya tidak ditentukan. Selain itu, para penulis juga meminta pengadilan memblokir praktik bisnis yang melanggar hukum dan tidak adil di OpenAI, dihimpun KompasTekno dari The Verge, Kamis (14/9/2023).
Sebelumnya, lebih dari 10.000 penulis di AS menandatangani surat terbuka. Surat itu menyerukan OpenAI, Meta, Google dan perusahaan lainnya agar mendapatkan persetujuan hingga memberikan kompensasi ke penulis, bila memakai karyanya untuk pelatihan model AI.
Namun OpenAI belum memberikan tanggapannya soal gugatan dari sejumlah penulis itu, maupun soal surat terbuka tersebut.
Baca juga: Pendiri OpenAI Beri Wanti-wanti soal Kecerdasan Buatan
OpenAI diinvestigasi
Sejak chatbot ChatGPT naik daun pada akhir tahun lalu, OpenAI memang menjadi sorotan berbagai pihak, baik untuk dampak positif maupun negatifnya.
Banyak yang khawatir tentang kemampuan maupun praktik bisnis ChatGPT, salah satunya Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS.
FTC pada Juli lalu menginvestigasi OpenAI. Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah OpenAI melakukan pelanggaran yang bisa membahayakan data pribadi penggunanya. FTC juga mencari tahu apakah ChatGPT berperan dalam penyebaran misinformasi.
FTC sudah mengirimkan surat investigasi kepada OpenAI secara online. Pihak FTC bakal meninjau bagaimana perusahaan melatih sistem AI-nya dalam mengatasi masalah pengumpulan data pribadi.
Mereka juga ingin mengetahui bagaimana OpenAI mengatasi risiko penyebaran misinformasi yang mungkin dihasilkan ChatGPT.
Surat tersebut juga sejalan untuk meminta OpenAI menyerahkan seluruh dokumen, informasi, keluhan yang dilaporkan oleh publik terkait masalah misinformasi, dan rincian tuntutan hukum yang dihadapi.
Proses investigasi ini juga ingin mengetahui lebih lanjut tentang kebocoran data OpenAI yang terungkap pada awal 2023 ini. Kasus kebocoran tersebut melibatkan riwayat obrolan pengguna dan sejumlah informasi transaksi, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Digital Trends.
Terkini Lainnya
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- Cisco Umumkan AI Defense, Solusi Keamanan AI untuk Perusahaan
- Menggenggam HP Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate, Smartphone Tipis Rasa Tablet
- Smartphone Vivo Y29 4G Meluncur, Bawa Baterai Jumbo 6.500 mAh
- 3 Cara Mengaktifkan Touchpad Laptop Windows dengan Mudah dan Praktis
- HP Lipat Oppo Find N5 Sangat Tipis, Ini Rahasia di Baliknya
- Fitur Foto Anti-gagal di Samsung Galaxy S25 Ultra Ini Wajib Dipakai Saat Nonton Konser
- Gimbal Smartphone DJI Osmo Mobile 7 Pro Dirilis, Sudah Bisa Dibeli di Indonesia
- 10 Aplikasi untuk Menunjang Ibadah Puasa Ramadhan 2025 di iPhone dan Android
- Merekam Foto dan Video Konser Makin "Seamless" dengan Cincin Pintar Galaxy Ring
- Angin Segar Investasi Apple, Harapan iPhone 16 Masuk Indonesia Kian Terbuka
- Melihat Tampilan iPhone 16e, Serupa tapi Tak Sama dengan iPhone 14
- HP Lipat Oppo Find N5 Segera Rilis di Indonesia, Kapan?
- "Free Fire" Punya Mode FPS Ala "Point Blank", Begini Cara Mainnya
- Pengguna iPhone dan iPad Lawas Wajib Update untuk Tangkal Spyware Pegasus
- Game "Kejora" Buatan Developer Indonesia Bisa Dicoba Gratis di PC
- MacBook Air M2 15 Inci Versi "Refurbished" Dijual Lebih Murah
- Ini Jadwal, Harga Tiket, dan Venue MPL ID S12 untuk Babak Playoff