cpu-data.info

Jalan Berliku Bisnis Airbnb, Pernah Diabaikan dan Ditolak Massal Investor

Ilustrasi Airbnb
Lihat Foto

- Di balik sebuah kesuksesan, selalu ada jerih payah dan peluh keringat yang dikorbankan. Hal itu juga berlaku untuk perjalanan bisnis Airbnb, startup (perusahaan rintisan) yang menyediakan jasa sewa properti, seperti apartemen, hotel, dan hostel, yang berbasis di San Francisco, California, Amerika Serikat (AS).

Jauh sebelum menjadi perusahaan senilai 83,33 miliar dollar AS (per Juli 2023), atau setara Rp 1,2 kuadriliun (kurs hari ini), Airbnb diketahui berulang kali mengalami kegagalan.

Hal ini bermula pada 2007, ketika kedua pendiri Airbnb, Brian Chesky dan Joe Gebbia bertukar pesan seputar ide bisnis yang dipercaya akan menghasilkan "cuan".

"Brian, saya menemukan cara untuk menghasilkan sedikit uang. Kita bisa mengubah kamar menjadi 'tempat tidur dan sarapan para desainer'," tulis Gebbia dalam sebuah e-mail.

"Kita menawarkan kamar ini kepada desainer yang datang ke kota ini untuk mengikuti konferensi empat hari yang sedang berlangsung. Tempat istirahat ini dilengkapi internet nirkabel, meja kecil, tempat tidur tikar, dan sarapan setiap paginya. Ha!," imbuhnya.

Keduanya pun mencoba untuk menjalankan bisnis yang saat itu dinamakan "Air Bed & Breakfast". Melihat potensi bisnis tersebut, keduanya mengajak teman sekamar lamanya, Nathan Blecharczyk untuk merealisasikan Air Bed & Breakfast.

Baca juga: Pesanan Kamar Banyak Dibatalkan, Airbnb PHK 1.900 Karyawan

Diabaikan dan ditolak massal oleh investor

Ilustrasi layanan Airbnb.Ist Ilustrasi layanan Airbnb.

Setahun kemudian, mereka meluncurkan bisnis tersebut untuk kedua kalinya dan mulai menghubungi investor.

Tujuannya, ketiga rekan bisnis ini ingin mengumpulkan pendanaan sebesar 150.000 dollar AS (kira-kira Rp 2,2 miliar) dengan valuasi 1,5 juta dollar AS (sekitar Rp 21 miliar).

Artinya, dengan 150.000 dollar AS, investor bisa mengakuisisi 10 persen dari bisnis Airbnb. Sebagai perbandingan, investor kini perlu merogoh kocek sebesar 8 miliar dollar AS (sekitar Rp 121,1 triliun) untuk mengakuisisi 10 persen saham dari Airbnb.

Sayangnya, dari 15 investor yang dihubungi, sebanyak delapan di antaranya menolak proposal Chesky dkk, sementara tujuh investor lainnya tidak menghiraukan e-mail proposal.

Penolakan massal oleh investor ini pernah dikisahkan Chesky di situs blog Medium pada 2015 lalu. Kebanyakan investor mengatakan bahwa mereka tidak memiliki minat atau fokus kepada sektor travel.

"Terima kasih untuk perkenalannya. Brian, senang bisa bertemu dengan Anda. Meski ide ini terdengar menarik, kami tidak bisa menerima proposal tersebut," bunyi salah satu balasan investor.

"(Sektor travel) bukan menjadi fokus kami. Kami berharap yang terbaik untuk Anda," lanjutnya.

Chesky mengatakan bahwa para investor tersebut pastinya merupakan orang-orang yang pintar, mengingat bisnis Airbnb saat itu juga masih kurang menjanjikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat