Saat ChatGPT Berikan Diagnosis Penyakit Anjing Lebih Akurat...
- Chatbot besutan OpenAI, ChatGPT, mulai dikenal publik karena kemampuannya menjawab pertanyaan sesuai konteks, gaya bahasanya ringkas, jelas, dan luwes tidak seperti robot.
Kemampuannya menjawab pertanyaan juga kian meningkat sejak OpenAI memperkenalkan model kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence) terbaru bernama GPT-4. Model AI itu diklaim lebih cerdas dan dapat menjawab sejumlah pertanyaan yang lebih kompleks.
Wajar jika sebagian pengguna kini memanfaatkan ChatGPT untuk membuat artikel, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), poster iklan, dan sebagainya. Baru-baru ini, ChatGPT juga dilaporkan berhasil menyelamatkan nyawa seekor anjing.
Baca juga: Mengenal Mira Murati, Sosok Wanita di Balik ChatGPT Besutan OpenAI
Sang pemilik anjing yang bernama Cooper membagikan kisah dan pengalamannya di Twitter dengan handles @peakcooper dalam bentuk thread pada Minggu (26/3/2023). Dalam twitnya, ia menyebut kondisi anjingnya saat itu tengah menderita penyakit tick-borne.
#GPT4 saved my dog's life.
After my dog got diagnosed with a tick-borne disease, the vet started her on the proper treatment, and despite a serious anemia, her condition seemed to be improving relatively well.
After a few days however, things took a turn for the worse 1/
— Cooper ? (@peakcooper) March 25, 2023
Bagi yang belum tahu, tick-borne merupakan penyakit yang cukup sering diidap oleh seekor anjing. Tick-borne merupakan kutu parasit yang menempel pada tubuh, mengisap darah, dan langsung menyerang sistem inang.
Setelah didiagnosis penyakit tick-borne oleh dokter, pihak medis memberikan resep obat untuk proses penyembuhan anjing, kecuali obat anemia. Setelah terlihat membaik, anjing bernama Sassy ini malah kembali kambuh dan menunjukkan kondisi yang semakin memburuk.
“#GPT4 menyelamatkan anjing saya. Setelah anjing saya didiagnosis mengidap penyakit tick-borne, dokter hewan yang memeriksanya memberi beberapa obat, kecuali obat anemia. Kondisinya (anjing) tampak membaik, tetapi beberapa hari setelahnya, kondisinya malah memburuk,” tulis Cooper.
Baca juga: Apple Watch Bisa Bantu Deteksi Gejala Penyakit Parkinson
Ketika menyadari gusi anjingnya berubah pucat, Cooper kembali membawa anjing jenis Border Collie tersebut untuk berobat. Saat dicek, kadar sel darah merahnya sangat rendah.
“Saya menyadari bahwa gusinya tampak sangat pucat dan dengan segera kembali ke dokter hewan. Tes darah yang keluar menunjukkan gejala anemia yang lebih parah dibanding hari sebelumnya,” jelas Cooper.
Pihak medis sempat kesulitan mendeteksi penyakit yang diidap oleh anjing Copper dan tidak dapat memberikan hasil diagnosis secara pasti.
Pihak media justru meminta Cooper untuk bersabar dan menunggu lebih lanjut terkait penyakit yang diidap oleh Sassy. Mendengar penjelasan itu, Cooper tidak terima dan pindah ke klinik yang berbeda untuk meminta solusi lain.
“Dokter hewan mencoba melakukan sejumlah tes lain guna mencari penyebab yang terkait dengan penyakit yang ditularkan oleh kutu. Namun, hasilnya negatif,” pungkasnya.
Di saat yang bersamaan, Cooper mencoba bertanya masalah yang ia hadapi ke ChatGPT. Dari tangkapan layar (screenshot) yang dibagikan, Cooper merinci hasil pengecekan dari dokter hewan tersebut ke chatbot AI. Ia bertanya apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan anjingnya.
Aneh tapi nyata, menurut Cooper, ChatGPT justru dapat menjelaskan penyakit yang diderita Sassy lebih rinci ketimbang dokter hewan, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Giz China, Sabtu (1/4/2023).
Baca juga: Xiaomi Bikin Robot Anjing CyberDog, Dijual Rp 22 Juta
ChatGPT mendeskripsikan gejala yang dialami Sassy, salah satunya gusi pucat, merupakan indikator dari penyakit anemia yang semakin memburuk. Chatbot tersebut menyarankan Copper untuk segera mengecek darah Sassy.
Lewat pengecekan darah, dapat diketahui dasar masalah penyakit yang diidap oleh anjing. Pengecekan darah dapat mengetahui apakah anjing memiliki penyakit anemia hemolitik (anemia yang disebabkan oleh proses penghancuran sel darah merah yang lebih cepat dari jangka waktu normal) atau tidak.
Saran tersebut pun diikuti oleh Cooper. Benar adanya, Sassy mendapatkan perawatan yang lebih tepat sasaran ketimbang sebelumnya. Cooper pun mengungkapkan bahwa kondisi anjingnya yang sudah berangsur pulih dan kembali normal.
Secara teknis, Sassy mengidap anemia jenis IMHA (Immune Mediated Haemolytic Anemia) yang muncul akibat keberadaan parasit darah yang bernama Babesiosis.
Copper menginformasikan pengguna lain bahwa penyakit Sassy adalah penyakit yang sangat umum. Gejala anemia yang diderita sang anjing merupakan komplikasi dari kutu parasit yang menyerangnya.
Terkini Lainnya
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Ini Dia, Smartphone dengan Layar Sekunder Dikelilingi Kamera
- 3 Cara Cek Versi Windows 32-bit atau 64-bit dengan Mudah dan Cepat
- PS5 Pro Ditenagai GPU Baru dari AMD, Seperti Ini Kemampuannya
- Gerutu Donald Trump di Truth Social Usai Didakwa Menyuap Bintang Porno
- Meizu 20 Series Meluncur dengan Snapdragon 8 Gen 2 dan Kamera Utama 50 MP
- Blibli Buka 4 Gerai Apple Store di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Semarang
- Harga Xiaomi Redmi Watch 3, Redmi Buds 4, Buds 4 Pro di Indonesia
- Xiaomi Curved Gaming Monitor 30 Inci dan Robot Vacuum E10 Resmi di Indonesia, Ini Harganya