FMC, Kolaborasi Multijaringan Pendongkrak Pendapatan

Sejak sepuluh tahun belakangan, layanan telekomunikasi di Indonesia dipenuhi beragam platform dan konten, dimana internet menjadi motor pendorong dari hampir seluruh layanan telekomunikasi. Transformasi digital tak terelakkan, faktanya dunia digital jadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan.
Tidak heran jika orang lebih bisa bertoleransi ketika listrik ‘byarpet’ atau air mampet, namun saat ponsel pintarnya tidak memperoleh jaringan, mereka pun senewen. Bahkan ponsel hilang lebih dianggap sebagai ‘musibah’, ketimbang dompet yang ngumpet.
Di rumah-rumah, jaringan internet mendadak menjadi vital. Malah secara tidak sadar pengeluaran untuk telekomunikasi bisa lebih besar daripada pemakaian air atau iuran sampah RT.
Uniknya, masyarakat terutama kelas menengah ke atas tidak ngomel yang bertolak belakang dengan saat harga BBM naik, tarif listrik mendaki, atau iuran pengelolaan lingkungan (IPL) bertambah.
Jenis akses internet ikut memprovokasi orang untuk tidak banyak bicara dan satu rumah tangga saat ini, paling tidak menikmati layanan televisi berlangganan atau streaming video/film, gim atau permainan, streaming musik, konferensi jarak jauh atau video call, layanan berita dan informasi, akses ke layanan pendidikan dan pekerjaan, browsing maupun belanja melalui e-commerce. Pastinya update media sosial (baik sebagai penikmat maupun pembuat konten) tak pernah terlewatkan.
Belakangan bertambah lagi dengan hadirnya layanan CCTV untuk keamanan yang pasarnya tumbuh amat signifikan yang sejak tahun 2018, rata-rata penjualan perangkat CCTV mencapai 20 persen per tahun. Padahal perangkat ini membutuhkan koneksi internet selain guna melakukan pemantauan sewaktu (real time) juga penyimpanan data via cloud.
Hal serupa terjadi di sektor korporasi, kompleksitas proses bisnis di sebuah perusahaan sama meningkatnya dengan layanan internet rumahan. Terutama di sisi produksi maupun layanan pelanggan.
Soal kenyamanan
Kompleksitas integrasi menggunakan jaringan telekomunikasi yang tidak cukup hanya mengandalkan seluler. Semakin kompleks unit-unit yang terintegrasi semakin membutuhkan kolaborasi antara jaringan tetap dan mobile broadband. Di sisi lain, bila setiap unit layanan diakomodasi masing-masing jaringan, selain tidak efektif, berbiaya besar, juga tidak menyenangkan bagi konsumen, karenanya napas yang digulirkan operator justru berbasis pada kebutuhan pelanggan.
Konsep pneggabungan antara fixed dan mobile broadband itulah yang diusung Fixed Mobile Convergence (FMC). Teknologi FMC memungkinkan sebuah layanan komunikasi yang selalu menyala bagi pelanggan yang melakukan aktivitas bergerak maupun tetap (di rumah maupun di tempat kerja).
FMC bukan konsep yang sama sekali baru. FMC hadir karena keterbatasan dari sisi cakupan atau jangkauan layanan operator dan banyak perusahaan yang mengadopsinya dalam sistem mereka, terutama dalam menjalankan proses bisnis yang butuh interaksi terus-menerus dan intensif. Bahkan juga dipakai untuk relasi kepada konsumennya.
Mudahnya, ketika pelanggan membutuhkan layanan sewaktu-waktu, perusahaan dengan cepat, real time maupun on time dapat membantu persoalan mereka. Perusahaan dapat menangani di mana pun karena tersambung melalui teknologi FMC. Dengan demikian tidak perlu menunda waktu yang bisa berakibat pada kredibilitas.
Secara umum, keuntungan penggunaan FMC adalah soal kenyamanan. Dengan teknologi FMC, seseorang cukup memiliki satu nomor yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, yang jika tidak ingin ribet, bisa dioptimalkan untuk keperluan kantor maupun rumah.
Harapan pelanggan baik korporasi maupun ritel yang menginginkan seluruh kebutuhan telekomunikasi dan internetnya terintegrasi, turut memicu FMC. Bagi operator seluler, FMC menjadi upaya optimalisasi, paling tidak dua jaringan yang mereka kelola.
Tidak hanya dua entitas, FMC juga dapat menumbuhkan peran bisnis lainnya. Sebut saja penyedia jaringan inti, penyedia peralatan, penyedia software yang selama ini identik dengan startup dan UMKM, hingga penyedia layanan pengantaran.
Terkini Lainnya
- iPhone 16e Meluncur, iPhone 16 Versi "Murah"
- Xiaomi Suntik DeepSeek AI ke HyperOS, Ini HP yang Kebagian
- Nugroho Sulistyo Budi Resmi Dilantik Jadi Kepala BSSN
- Bocoran Desain iPhone 17 Pro, Jadi Mirip Ponsel Poco?
- HP Xiaomi Ini Dapat Update 6 Tahun, Dijual di Indonesia
- Foto: 100 Meter dari Panggung Seventeen Bangkok Tetap "Gokil" Pakai Samsung S25 Ultra
- Cara Buat Twibbon Ramadan 2025 di Canva lewat HP dan Desktop
- Garmin Instinct 3 Series Rilis di Indonesia, Kini Pakai Layar AMOLED
- Cara Bikin Kata-kata Kartu Ucapan Lebaran untuk Hampers Lebaran via ChatGPT
- 5 Negara Larang DeepSeek, Terbaru Korea Selatan
- Ini Dia Fitur xAI Grok 3, AI Terbaru Buatan Elon Musk
- Melihat HP Lipat Huawei Mate X6 Lebih Dekat, Layar Besar Bodi Ramping
- Google Didenda Rp 202 Miliar, Pakar Dorong Regulasi Digital yang Lebih Adil
- HP Realme P3 Pro dan P3x 5G Meluncur, Bawa Baterai Besar dan Chipset Baru
- Cara Cari Ide Menu Sahur dan Buka Puasa Otomatis via AI serta Contoh Prompt
- Huawei Nova 10 SE Meluncur dengan Kamera 108 MP
- Mengenal ITU, Organisasi Dunia yang Kurang Populer tapi Sangat Memengaruhi Kehidupan Kita
- Klasemen MPL S10 Pekan Ketujuh, Evos Legends Belum Bangkit
- Rekaman Rapat Google Diduga Bocor, Sundar Pichai Minta Karyawan Berhemat
- VIDEO: Menjajal Apple iPhone 14 Pro Max Deep Purple