Saran Jack Ma ke Jokowi, Besarkan UMKM

Dari tiga perjumpaan dengan Presiden Jokowi, selalu dua hal yang disampaikan Jack Ma – ketika belum di-lockdown – untuk diperhatikan, soal logistik dan UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). Logistik masalah besar di negara 17.000 pulau ini, sementara UMKM kegiatan ekonomi yang tumbuh pesat dan perlu dijadikan subyek, bukan obyek.
Biaya logistik Indonesia sekitar 23 persen dari harga jual produk, dengan matra darat sebagai pemakan terbanyak. Di Jerman, perusahaan semacam PT Pos Indonesia tidak lagi menjalani bisnis legacy-nya, tetapi bertransformasi menjadi pemegang saham Federal Express (Fedex), perusahaan logistik dunia.
Sejak awal abad lalu, pos masuk dalam satu kesatuan, Pos, Telepon dan Telegraf (PTT). Telegraf sudah musnah, telepon kabel bermetamorfosa jadi nirkabel terus ke teknologi digital yang lebih ke layanan data kapasitas besar.
Memilih UMKM kata Jack Ma, masuk akal ketika industri dan perdagangan makin loyo, apalagi ketika terkena pandemi. Teknologi berubah, membawa perkembangan ekonomi digital yang memaksa perilaku orang berubah total, yang tidak mau berubah kemudian tumbang, misalnya media cetak.
Korporasi yang berbasis ekstraktif justru saat ini yang bisa hidup dan berkembang. Misalnya kesehatan (farmasi), pertanian, industri rumah tangga, kuliner, sementara yang tidak bersumber dari sumber daya alam itu berguguran kalau tidak segera bertransformasi.
Jack Ma mencontohkan UMKM di China yang berkembang karena memanfaatkan teknologi digital. Tukang bunga atau warung kaki lima tidak mau lagi menerima pembayaran tunai, semua transaksi digital, juga turisnya ketika berada di luar negerinya.
Sayangnya tidak semua UMKM Indonesa didukung teknologi digital karena tidak meratanya layanan digital akibat minimnya kemampuan operator membangun. Padahal operator telko berperan vital menyediakan jaringan internet cepat, yang mempercepat dan meningkatkan laju pertumbuhan UMKM dan berdampak langsung terhadap kenaikan perekonomian sekitar dan nasional.
Hal itu bisa terjadi jika operator memiliki kapasitas untuk membangun jaringan ke seluruh Nusantara, yang didapat dari struktur finansial mereka. Semua operator sejatinya bisa mencapai kapabilitas itu, syaratnya, harus keluar dari perang tarif.
Jual aset
Berebut pelanggan memaksa operator menjual layanan di bawah harga pokok, yang walau pendapatannya meningkat namun tidak bisa menutupi biaya modal dan biaya operasi. Tetap merugi, atau untung sedikit tetapi tak cukup untuk perluasan jaringan ataupun kalau sesekali untung, itu didapat dari penjualan aset.
Dari lima operator, hanya Telkomsel mampu meluaskan jaringan, cakupan, dan untung. Mereka berhasil meraih 4 penghargaan sekaligus dari Ookla Speedtest Award 2021. Fastest Mobile Network, Best Mobile Coverage, Top Rated dan Best Mobile Network.
BTS (base transceiver station) Telkomsel paling banyak, 245.000 lebih membuat cakupannnya paling luas. Sementara Indosat Ooredoo Hutchison 187.000 buah, XL Axiata 163.000 dan Smarftren 42.000 BTS.
Tidak pernah terjebak perang tarif, dengan 175,3 juta pelanggan Telkomsel meraih untung sekitaran Rp 25 triliun. Sekadar perbandingan, Indosat (2021 sebelum merger) dengan 60 juta lebih pelanggan untung Rp 6,7 triliun – setelah menjual ribuan menara dengan harga Rp 6,1 triliun – tahun 2020 rugi Rp 716 miliar.
XL Axiata tahun 2021 untung Rp 1,3 triliun, terbesar sejak 2013, pelanggannya 57,9 juta, membelanjakan modal (capex – capital expenditure) lebih besar demi kualitas jaringan dan digitalisasi,
“Bukan untuk merespons persaingan tarif, tetapi lebih pada penciptaan nilai bagi pelanggan,” ujar Presdir dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini yang juga katanya, capex 2022 Rp 9 triliun.
Terkini Lainnya
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- Cisco Umumkan AI Defense, Solusi Keamanan AI untuk Perusahaan
- Menggenggam HP Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate, Smartphone Tipis Rasa Tablet
- Smartphone Vivo Y29 4G Meluncur, Bawa Baterai Jumbo 6.500 mAh
- 3 Cara Mengaktifkan Touchpad Laptop Windows dengan Mudah dan Praktis
- HP Lipat Oppo Find N5 Sangat Tipis, Ini Rahasia di Baliknya
- Fitur Foto Anti-gagal di Samsung Galaxy S25 Ultra Ini Wajib Dipakai Saat Nonton Konser
- Gimbal Smartphone DJI Osmo Mobile 7 Pro Dirilis, Sudah Bisa Dibeli di Indonesia
- 10 Aplikasi untuk Menunjang Ibadah Puasa Ramadhan 2025 di iPhone dan Android
- Merekam Foto dan Video Konser Makin "Seamless" dengan Cincin Pintar Galaxy Ring
- Angin Segar Investasi Apple, Harapan iPhone 16 Masuk Indonesia Kian Terbuka
- Melihat Tampilan iPhone 16e, Serupa tapi Tak Sama dengan iPhone 14
- HP Lipat Oppo Find N5 Segera Rilis di Indonesia, Kapan?
- 5G Telkomsel di MotoGP Mandalika, Lancar Dipakai Nonton Balap Sambil Streaming
- Klasemen MPL ID Season 9 Pekan Kelima: RRQ Hoshi Kembali Berkuasa
- Jaringan 5G Telkomsel Dukung Layanan Internet Cepat di Sirkuit Mandalika
- Hasil MPL ID Season 9 Pekan Ke-5, Balas Dendam RRQ Hoshi Terlampiaskan
- "Race Day" MotoGP Mandalika, Internet 5G Telkomsel Tak Mau Kalah Ngebut