cpu-data.info

Benarkah Aset NFT Bikin Boros Energi Listrik?

Ilustrasi NFT
Lihat Foto

- Di balik popularitas Non-Fungible Token (NFT) yang tengah meroket, ternyata ada proses yang membutuhkan energi besar.

Saking tingginya energi yang dibutuhkan, aset kripto ini dinilai berdampak buruk bagi lingkungan. Lantas seberapa besar energi yang dibutuhkan?

NFT sendiri adalah sebuah token kriptografi yang mewakili suatu barang yang dianggap unik. Dengan memiliki aset NFT, pemilik seperti memiliki karya seni atau barang antik.

Sederhananya, NFT ibarat sertifikat digital atas karya tersebut dan bisa dijual oleh pemiliknya.

Ketika sebuah NFT dijual atau terdaftar di marketplace seperti OpenSea, NFT akan divalidasi  untuk menunjukkan lokasi aset tersebut di sistem blockchain. Proses itu disebut sebagai "pencatatan".

Maksud dari proses pencetakan ini dilakukan untuk membuat tanda terima digital di sistem blockchain, sesuai dengan blockchain yang digunakan.

Baca juga: Profil Devin Finzer, Co-Founder dan CEO OpenSea yang Jadi Miliarder Berkat NFT

Saat NFT dibeli, tanda terima akan dicatat dan disimpan di dompet digital pembeli, misalnya MetaMask.

Nah, dalam proses pencatatan tersebut dibutuhkan validasi informasi untuk menentukan di mana lokasi tanda terima dalam blockchain tersebut.

Proses validasi inilah yang melibatkan para penambang.

Untuk membuat validasi tanda terima digital ini, para penambang harus memecahkan algoritma yang kompleks. Algoritma tersebut digambarkan seperti soal matematika yang rumit dipecahkan.

Para penambang akan berlomba menjadi orang pertama yang memvalidasi tanda terima digital tersebut untuk mendapat imbalan.

Dalam proses tersebut, semakin banyak penambang yang berlomba, maka semakin banyak energi yang dihabiskan.

Kenapa NFT butuh banyak energi?

Untuk mencatat NFT dalam blockchain, dibutuhkan energi yang cukup bervariasi bergantung di blockchain transaksi tersebut dilakukan.

Sebagian besar marketplace NFT menggunakan Ethereum sebagai blockchain mereka.

Dihimpun KompasTekno dari NFTexplained, Jumat (27/1/2022) Ethereum menggunakan algoritma konsesus yang membutuhkan banyak energi atau disebut proof of work.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat