cpu-data.info

Serangan Ransomware Dilaporkan Naik 64 Persen dalam Setahun Terakhir

ilustrasi hacker
Lihat Foto

- Ransomware adalah jenis program jahat yang mengunci data di komputer sehingga tidak bisa dibuka oleh korbannya. Biasanya ransomware dipakai oleh penjahat siber menyerang suatu pihak atau perusahaan, untuk kemudian meminta tebusan.

Belakangan ini berita tentang korban ransomware banyak bermunculan. Menurut laporan dari salah satu provider solusi keamanan komputasi awan (cloud), serangan ransomware memang naik dalam setahun belakangan.

Dalam sebuah laporan tentang tren ransomware, Barracuda menyebutkan bahwa, terhitung sejak bulan Agustus 2020 hingga Juli 2021, serangan ransomware meningkat hingga 64 persen dengan total 121 serangan.

Baca juga: Perusahaan Komputer Gigabyte Jadi Korban Ransomware, Data 112 GB Dicuri

Lebih dari separuh serangan menyasar bisnis dan perusahaan dengan persentase 57 persen. Beberapa sektor bisnis yang jadi sasaran serangan ransomware misalnya infrastruktur, travel, hingga layanan keuangan.

"Kriminal ransomware telah merasuki fondasi ekonomi digital kita. dari vendor software yang dipercaya hingga penyedia layanan TI," ujar Fleming Shi, CTO Barracuda dalam laporannya.

Serangan ransomware di sektor infrastruktur disebut mencapai 10 persen. Namun, serangan ransomware sangat cepat berkembang dan kini menyerang sektor rantai pasokan.

Barracuda juga menemukan bahwa rata-rata uang tebusan yang diminta per insiden serangan adalah lebih dari 10 juta dollar AS atau sekitar Rp 143 miliar. Biasanya tebusan diminta dalam bentuk mata uang kripto seperti Bitcoin atau Monero.

Persentase nilai tebusan yang diminta oleh pelaku serangan ransomware dalam setahun terakhir menurut laporan Barracuda, dalam juta dollar AS.blog.barracuda.com Persentase nilai tebusan yang diminta oleh pelaku serangan ransomware dalam setahun terakhir menurut laporan Barracuda, dalam juta dollar AS.

Hanya 18 persen dari total insiden serangan yang meminta uang tebusan di bawah 10 juta dollar AS, sedangkan 30 persen lainnya meminta uang tebusan di atas 30 juta dollar AS (sekitar Rp 431 miliar).

Namun, beberapa korban serangan bernegoisasi dengan penyerang ransomware untuk mengurangi jumlah tebusan yang diminta. Banyak dari serangan ini dilakukan oleh segelintir geng ransomware yang sudah banyak dikenal. 

Salah satunya adalah ransomware Revil yang menyumbang 19 persen dari total serangan yang terjadi dalam setahun terakhir. Kemudian ada DarkSide yang menyumbang 8 persen dari total serangan, sebagaimana KompasTekno rangkum dari Gadgets Now, Senin (16/8/2021).

"Para penyerang sering memulai aksinya dengan menyasar organisasi kecil yang terkoneksi dengnan target yang lebih besar, kemudian semakin meningkat," kata imbuh Shi. Ia menggarisbawahi perlunya solusi keamanan yang mudah untuk perusahaan besar dan kecil.

Baca juga: Kena Ransomware, Perusahaan Ini Bayar Tebusan Bitcoin Senilai Rp 156 Miliar

Country Manager Barracuda Networks India, Murali Urs mengatakan bahwa penyerang ransomware membuat taktiknya semakin mulus untuk membuat skema pemerasan ganda, di mana pelakunya ikut mencuri data sehingga bisa mengancam akan menyebarkannya.

Untuk mencegah serangan, Urs mengatakan bahwa perusahaan perlu menerapkan kemampuan anti-phising di e-mail dan tool kolaborasi lainnya, serta terus-menerus melatih karyawan agar waspada dengan keamanan e-mail.

"Langkah pertama sebuah organisasi dalam mencegah serangan ransomware adalah dengan menganggap bahwa ada kelemahan, dan memasang target agar tak perlu membayartebusan," ujar Urs.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat