Peneliti Ciptakan Alat Pendeteksi Gambar Palsu Deepfake
- Deepfake merupakan proses kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) deep learning yang mampu mengubah wajah seseorang dalam foto atau video menjadi orang lain, lengkap dengan gerakan eskpresi wajah dan pencahayaan yang sesuai aslinya.
Dengan penggunaan AI, hasil modifikasi Deepfake bisa sangat halus dan realistis sehingga tampak meyakinkan. Deepfake sering disalahgunakan, misalnya untuk membuat konten berbau pornografi yang seakan-akan diperankan orang tertentu, padahal bukan.
Meski demikian, ternyata ada cara untuk mendeteksi gambar hasil olahan Deepfake, seperti yang ditunjukkan oleh tool buatan tim peneliti dari Universitas Buffalo, New York, AS.
Baca juga: Video Porno Palsu Deepfake Mengancam Perempuan di Internet
Tool ini bekerja dengan mendeteksi refleksi cahaya yang dipantulkan oleh mata. Secara spesifik, tools bikinan peneliti ini akan menganalisa pola reflektif yang terpantul pada kornea.
Bagian kornea yang merupakan lapisan luar mata manusia bersifat reflektif sehingga akan memantulkan bayangan benda-benda di sekelilingnya. Pola pantulan inilah yang kemudian dianalisa.
Pada foto yang memuat wajah asli, bayangan benda-benda yang terdapat pada kedua mata akan memiliki bentuk dan pola yang sama. Sebaliknya, foto Deepfake biasanya memikiki pola reflektif yang tidak konsisten antara satu mata dengan mata lainnya.
Setelah berhasil menganalisa pola reflektif cahaya, tool ini kemudan bakal melakukan perhitungan skor. Semakin kecil skor yang dihasilkan, maka semakin besar kemungkinan bahwa foto tersebut merupakan gambar Deepfake.
Dihimpun KompasTekno dari The Next Web, Senin (15/3/2021), tool tersebut diklaim memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mendeteksi gambar Deepfake, yakni mencapai 94 persen.
Baca juga: Aplikasi MyHeritage Bikin Nostalgia Foto Lawas Jadi Hidup
Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan peneliti terhadap foto yang diambil dari This Person Does Not Exist, sebuah repositori gambar Deepfake yang dibuat dengan arsitektur StyleGAN2.
Meski demikian, tool pendeteksi Deepfake ini masih memiliki beberapa kelemahan karena mengandalkan refleksi cahaya yang dipantulkan oleh kedua mata. Pantulan itu bisa saja dimodifikasi suapaya lebih seragam dan sulit dideteksi.
Selain itu, tools yang bersangkutan hanya dapat bekerja dengan baik pada gambar bergaya portrait. Apabila wajah yang terdapat di dalam gambar tidak menghadap kamera, maka sistem kemungkinan tidak dapat bekerja dengan semestinya.
Para peneliti Universitas Buffalo sekarang sedang meyempurnakan tool buatannya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas. Hasil studi mereka dapat dilihat di tautan berikut.
Terkini Lainnya
- Cara Login Akun BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO di HP Android dan iPhone
- Sony Mulai Jual Konsol PlayStation 5 Versi Refurbished, Hemat Rp 1 Jutaan
- Google Menang Gugatan di Uni Eropa, Batal Bayar Denda Rp 25 Triliun
- Cara Cek Aktivitas Login Akun Instagram biar Aman
- Mengenal Sehat Sutardja, Pionir di Balik Kesuksesan Marvell Technology
- Advan 360 Stylus Pro Resmi di Indonesia, Laptop Convertible Harga Rp 7 Juta
- HP Realme 13 Pro 5G dan 13 Pro Plus 5G Resmi di Indonesia, Harga Rp 6 Jutaan
- Cara Bikin Ikon Aplikasi iPhone di iOS 18 Jadi Menarik, Warna dan Ukurannya Bisa Diganti
- Pionir Semikonduktor Modern Sehat Sutardja Meninggal Dunia
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel? Ini Dia Langkah-langkahnya
- Mirip TikTok Shop, YouTube Shopping Juga Bisa buat Jualan dan Belanja
- Bikin Video YouTube Shorts Sekarang Lebih Praktis, Dibantu AI
- Mau Dapat Cuan Lebih dari YouTube Shopping? Ini Syaratnya
- Microsoft Perbarui AI Copilot, Ada Fitur Kolaborasi Serupa Freeform
- iPhone 16 Enggak Selaku iPhone 15?
- Melihat Maraknya Penipuan Berkedok Akun Resmi di Medsos
- Twitter Sempat Otomatis Blokir Pengguna jika Tulis Satu Kata Ini
- Hasil Klasemen Pekan Ke-3 MPL ID Season 7, Evos Legends Masuk 3 Besar
- Pengguna Oppo Reno5 Wajib Tahu 5 Fitur Gaming Ini
- Mengenal NFT, Aset Kripto yang Tengah Naik Daun