China Minta Perusahaan Milik Jack Ma Fokus ke Bisnis Pembayaran Online Saja

- Regulator Keuangan China meminta perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial (fintech) milik miliarder Jack Ma, Ant Group Co., agar dirombak dan kembali fokus pada bisnis di area pembayaran online saja.
Permintaan tersebut muncul setelah perusahaan afiliasi dari Alibaba itu melakukan ekspansi bisnis ke bidang pinjaman digital.
Untuk diketahui, Ant Group memiliki platform pembayaran populer bernama AliPay. Platform ini memungkinkan warga China melakukan transaksi tanpa uang tunai, dengan menggunakan smartphone mereka.
Misalnya untuk membayar ongkos bus dan taksi, bahan makanan, belanja online, tagihan listrik, atau membeli reksa dana, asuransi, dan produk investasi lainnya melalui aplikasinya.
Baca juga: Berawal dari Kritikan Jack Ma, China Periksa dan Bentuk Satgas Alibaba
Melalui AliPay, Ant Group kini memulai melakukan pinjaman jangka pendek kepada konsumen dan usaha kecil, yang mana tidak dilakukan oleh bank tradisional. Bisnis pinjaman ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi pendorong pendapatan terbesar Ant.
Platform yang memiliki lebih dari satu miliar pengguna di China daratan itu diketahui telah mengelola transaksi senilai 18 triliun dollar AS hingga Juni 2020.
Belakangan, bank sentral China mengeluarkan sebuah keterangan tertulis terkait bisnis peminjaman digital milik Ant Group itu. Di dalamnya, bank sentral China mengajukan beberapa tuntutan terhadap perusahaan fintech milik Ma.
Salah satu tuntutannya adalah meminta Ant Group untuk melindungi data pribadi dalam bisnis pinjamannya, meningkatkan tata kelola perusahaan, dan untuk bertindak hati-hati dalam bisnis jasa keuangannya.
"Ant Group perlu secara sadar mematuhi hukum dan peraturan nasional dan mengintegrasikan pengembangan perusahaan dengan tujuan nasional," tulis Bank Sentral dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Wall Street Journal, Senin (28/12/2020).
Baca juga: Tersandung Regulasi Anti-monopoli, Alibaba dan Tencent Didenda Rp 1 Miliar
Pada paruh pertama tahun ini, bisnis pinjaman digital Ant Group menyumbang 39 persen dari 72,5 miliar Yuan, atau setara dengan 11,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 156,9 triliun), dalam pendapatan, menurut prospektus IPO-nya.
Bisnis pinjaman digital Ant Group ini diakui bank sentral sebagai langkah yang inklusif dan juga bermasalah di saat yang bersamaan. Alasannya ialah karena sebagian besar pinjaman yang difasilitasi Ant didanai oleh bank komersial.
Dalam skema tersebut, pemberi pinjaman kecil dan perusahaan perwalianlah yang menanggung hampir semua risiko gagal bayar peminjam, dalam hal ini pengguna AliPay.
Sedangkan Ant Group sebagai pemilik AliPay dan penggagas pinjaman digital tersebut, hanya menanggung sebagian kecil risiko.
Sebagai informasi, Pemerintah China saat ini diketahui sedang melakukan pengetatan aturan terkait platform fintech dalam beberapa bulan terakhir ini.
Aturan tersebut mengharuskan perusahaan fintech seperti Ant Group untuk menggelontorkan lebih banyak modal milik mereka sendiri untuk mendukung operasi peminjaman digital, bukan dari fasilitas bank komersial.
Terkini Lainnya
- Menerka Arti Huruf "E" di iPhone 16e
- Tablet Huawei MatePad Pro 13.2 Rilis di Indonesia 26 Februari, Ini Spesifikasinya
- Daftar Harga YouTube Premium di Indonesia, Mulai dari Rp 41.500
- Cisco Umumkan AI Defense, Solusi Keamanan AI untuk Perusahaan
- Menggenggam HP Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate, Smartphone Tipis Rasa Tablet
- Smartphone Vivo Y29 4G Meluncur, Bawa Baterai Jumbo 6.500 mAh
- 3 Cara Mengaktifkan Touchpad Laptop Windows dengan Mudah dan Praktis
- HP Lipat Oppo Find N5 Sangat Tipis, Ini Rahasia di Baliknya
- Fitur Foto Anti-gagal di Samsung Galaxy S25 Ultra Ini Wajib Dipakai Saat Nonton Konser
- Gimbal Smartphone DJI Osmo Mobile 7 Pro Dirilis, Sudah Bisa Dibeli di Indonesia
- 10 Aplikasi untuk Menunjang Ibadah Puasa Ramadhan 2025 di iPhone dan Android
- Merekam Foto dan Video Konser Makin "Seamless" dengan Cincin Pintar Galaxy Ring
- Angin Segar Investasi Apple, Harapan iPhone 16 Masuk Indonesia Kian Terbuka
- Melihat Tampilan iPhone 16e, Serupa tapi Tak Sama dengan iPhone 14
- HP Lipat Oppo Find N5 Segera Rilis di Indonesia, Kapan?
- Tips Memotret dengan Smartphone saat Perayaan Tahun Baru
- Hari Ini 6 Tahun yang Lalu, Pesawat Indonesia AirAsia QZ8501 Jatuh
- Kominfo Tambah Kapasitas Mesin Blokir Ponsel BM
- Xiaomi Pastikan Mi 11 Hadir Tanpa Charger seperti iPhone 12
- Kronologi Belanja iPhone 12 Versi iBox vs Video Viral Pembeli