Bahaya yang Mengintai Setelah Pesawat Lama Tak Terbang karena Covid-19
- Sejumlah maskapai mengandangkan armada pesawatnya sejak awal pandemi Covid-19 merebak, karena permintaan perjalanan udara yang menurun.
Garuda Indonesia diketahui mengandangkan 70 persen armadanya pada Mei 2020. Lion Air Group, maskapai swasta terbesar di Indonesia, bahkan sempat menghentikan penerbangan pada bulan yang sama. AirAsia Indonesia juga menyimpan 96 persen pesawatnya.
Kini, setelah penerbangan udara mulai pulih, maskapai-maskapai pun mulai menerbangkan kembali pesawat-pesawat yang tadinya disimpan untuk mengangkut penumpang.
Terkait hal ini, maskapai diminta untuk berhati-hati saat mengaktifkan kembali armada pesawanya, setelah berbulan-bulan dikandangkan akibat pandemi Covid-19. Bukan hanya terkait pesawat, melainkan juga terkait sumber daya manusia (SDM).
Beberapa potensi bahaya yang muncul bisa disebabkan oleh pilot rustiness (kehilangan keterampilan menerbangkan pesawat karena jarang terbang), kesalahan perawatan, hingga serangga yang menyumbat sensor-sensor penting di pesawat.
Baca juga: Pesawat Boeing B737 MAX Resmi Boleh Terbang Lagi
Data yang disampaikan oleh International Air Transport Association (IATA) menunjukkan bahwa jumlah upaya pendaratan yang tidak stabil (unstabilised approach) di suatu bandara, meningkat drastis pada tahun ini.
Hal itu bisa menyebabkan hard landing, atau pesawat tergelincir keluar landasan (overshoot) atau bahkan kecelakaan. Sementara pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, menakutkan potensi bahaya (hazard) yang bisa muncul saat ini berasal dari kru.
"Kondisinya mereka saat ini jarang terbang, ngga current," ujar Gerry dihubungi KompasTekno, Rabu (16/12/2020).
Kondisi yang tidak dalam kesiapan 100 persen itu dikhawatirkan menjadi sumber kesalahan. Gerry mencontohkan insiden tergelincirnya pesawat Airbus A330 Lion Air di Kualanamu, Medan pada September lalu.
Insiden itu menurut laporan awal KNKT, terjadi setelah kru mendapat semacam "kelonggaran" dari regulator, dari yang seharusnya mendapat pelatihan ulang (recurrent) menjadi tidak, karena pandemi Covid-19.
Alhasil salah satu roda belakang A330 Lion Air registrasi PK-LEG itu sedikit keluar runway saat berputar di ujung landasan.
Baca juga: Lion Air Ganti Penyedia Navigasi dari Jeppesen ke Navblue
Hazard lain yang dikhawatirkan Gerry berasal dari GSE (ground support equipment), awak darat yang menangani pesawat sebelum dan sesudah terbang, seperti truk pengisi bahan bakar, katering, lavatory, tangga pesawat, dan sebagainya.
"Karena saking berkurangnya aktivitas, jadi waktu mulai gerak lagi, GSE bisa nabrak, truk nabrak, dan sebagainya," kata Gerry.
Meski demikian, Gerry menyebut potensi bahaya ini tidak akan bertahan lama. Karena begitu kru biasanya akan memenuhi persyaratan minimum dengan cepat, begitu mereka mulai terbiasa bekerja kembali.
Sementara dari sisi pesawat yang disimpan terlalu lama, Gerry mengatakan selama maskapai mematuhi anjuran pabrikan, bagaimana cara menyimpan dan mengoperasikan kembali pesawat setelah disimpan, maka seharusnya tidak ada masalah.
Terkini Lainnya
- ZTE Nubia V60 Design Resmi di Indonesia, HP "Boba" Harga Rp 1 Jutaan
- Tablet Infinix Xpad Versi 4G Resmi di Indonesia, Ini Harganya
- Terungkap, Hacker Pembobol Indodax dari Korea Utara
- Realme P2 Pro Meluncur, Spesifikasi Serba "Naik Kelas"
- Cara Jadwalkan Kirim Pesan Gmail di PC dan HP
- Kode Cek Nomor Telkomsel dan Cara Menghubunginya
- Cara Buat Menu Ceklis di Google Docs untuk Keperluan Dokumen
- Jawa Barat Sabet Medali Emas PON XXI Cabor E-sports Nomor Free Fire
- 3 Cara Cek Kesehatan Baterai Macbook dengan Mudah dan Praktis
- Cara Hapus Cache dan Riwayat Pencarian di Google Chrome
- Menpora Sebut Arena E-sports Jadi Venue Terbaik PON XXI 2024
- Game "Celestia: Chain of Fate" Bikinan Indonesia Rilis di PC dan Nintendo Switch
- Cara Mengatasi Akun Tidak Diizinkan Menggunakan WhatsApp, Jangan Panik
- Apple Intelligence Tak Bisa Digunakan di China dan Eropa, Kenapa?
- Bos ZTE Ungkap Faktor Utama Pendorong Ekonomi Digital di Indonesia
- Tokopedia Dirayu Perusahaan Hong Kong untuk Merger?
- Rekomendasi 5 Smartphone Vivo untuk 2021
- Spotify Rilis Paket Premium Mini di Indonesia, Harga Mulai Rp 2.500 Per Hari
- Seperti Vine, Periscope Akhirnya Ditutup Twitter
- PureBook X14 Meluncur, Laptop Perdana Bikinan Nokia