Twitter Larang Kicauan yang Menyesatkan soal Virus Corona

- Di tengah pandemi global Covid-19, di internet dan media sosial banyak beredar informasi keliru mengenai penyakit yang disebabkan oleh virus corona itu.
Twitter pun berinisiatif memperbarui ketentuan penggunaannya. Platform microblogging itu kini ikut melarang segala kicauan yang mengandung informasi menyesatkan soal virus corona, sehingga berpotensi membahayakan atau meningkatkan risiko tertular.
Dalam sebuah tweet, Twitter menjelaskan seperti apa kicauan yang dilarang. Di antara kriteria-kriteria penilaiannya, ada tiga yang diutarakan.
Baca juga: Facebook, Google, Twitter dkk Kerja Sama Perangi Hoaks Virus Corona
Pertama, tweet berisi informasi yang bertentangan dengan anjuran profesional kesehatan, misalnya mengatakan bahwa "social distancing tidak efektif". Kedua, tweet yang menganjurkan obat atau tindakan pencegahan yang keliru, seperti minum cairan pemutih pakaian.
Terakhir, tweet berisi informasi atau klaim keliru yang dibuat agar seolah-olah berasal dari ahli atau otoritas pemerintah juga dilarang.
Content that increases the chance that someone contracts or transmits the virus, including:
— Twitter Safety (@TwitterSafety) March 18, 2020
- Denial of expert guidance
- Encouragement to use fake or ineffective treatments, preventions, and diagnostic techniques
- Misleading content purporting to be from experts or authorities
Pengguna Twitter yang ketahuan mengunggah kicauan macam begini akan dikirimi notifikasi via e-mail dan diharuskan menghapus tweet terkait atau mengajukan banding. Selagi dalam proses tersebut, tweet disembunyikan dari pandangan publik.
"Begitu kami menyimpulkan bahwa sebuah tweet melanggar peraturan Twitter, pelanggar harus menghapusnya sebelum bisa mengunggah kicauan lagi," tulis Twitter dalam panduan penggunaannya.
Untuk melacak disinformasi di jejaringnya, Twitter menerapkan "content severity triage system" dan laporan dari pengguna untuk mengidentifikasi dan menghapus kicauan menyesatkan.
Baca juga: Chatbot WhatsApp Covid-19 dari Pemerintah Sudah Bisa Diakses
Sebelumnya, seperti dihimpun KompasTekno dari TechCrunch, Sabtu (21/3/2020), Twitter mengatakan lebih banyak mengandalkan sistem otomatis dan machine learning untuk memburu tweet pelanggar, tapi hal ini menimbulkan banyak salah sasaran.
Terkini Lainnya
- iPhone 16e Meluncur, iPhone 16 Versi "Murah"
- Xiaomi Suntik DeepSeek AI ke HyperOS, Ini HP yang Kebagian
- Nugroho Sulistyo Budi Resmi Dilantik Jadi Kepala BSSN
- Bocoran Desain iPhone 17 Pro, Jadi Mirip Ponsel Poco?
- HP Xiaomi Ini Dapat Update 6 Tahun, Dijual di Indonesia
- Foto: 100 Meter dari Panggung Seventeen Bangkok Tetap "Gokil" Pakai Samsung S25 Ultra
- Cara Buat Twibbon Ramadan 2025 di Canva lewat HP dan Desktop
- Garmin Instinct 3 Series Rilis di Indonesia, Kini Pakai Layar AMOLED
- Cara Bikin Kata-kata Kartu Ucapan Lebaran untuk Hampers Lebaran via ChatGPT
- 5 Negara Larang DeepSeek, Terbaru Korea Selatan
- Ini Dia Fitur xAI Grok 3, AI Terbaru Buatan Elon Musk
- Melihat HP Lipat Huawei Mate X6 Lebih Dekat, Layar Besar Bodi Ramping
- Google Didenda Rp 202 Miliar, Pakar Dorong Regulasi Digital yang Lebih Adil
- HP Realme P3 Pro dan P3x 5G Meluncur, Bawa Baterai Besar dan Chipset Baru
- Cara Cari Ide Menu Sahur dan Buka Puasa Otomatis via AI serta Contoh Prompt
- Ludes Dipesan, Oppo Buka Lagi Pre-order Reno3 di Indonesia
- Smartfren Rilis Kartu Perdana 1ON+, Masa Aktif hingga Setahun
- AS Gunakan Data Lokasi dari Smartphone untuk Pantau Persebaran Corona
- Apple Rilis MacBook Air 2020 dengan Keyboard Baru, Harganya?
- Trafik Data Telkomsel Terdongkrak oleh Kegiatan Belajar dari Rumah