Dua Mantan Pegawai Twitter Dituduh Jadi Mata-mata Arab Saudi
- Dua mantan pegawai Twitter baru-baru ini dituduh memata-matai akun pengguna di platform tersebut, atas perintah pemerintah Arab Saudi.
Berdasarkan laporan Washington Post, tudingan ini dijatuhkan setelah jaksa penuntut pengadilan AS menemukan sejumlah indikasi bahwa mereka telah menggali data pengguna Twitter terkait kritik terhadap pemerintahan Arab Saudi.
Adapun kedua mantan pegawai yang minggat dari Twitter pada tahun 2015 tersebut bernama Ahmad Abouammo (warga AS) dan Ali Alzabarah (warga Arab Saudi).
Tak hanya itu, jaksa penuntut juga turut menyeret satu orang asal Arab Saudi yang diduga berperan sebagai perantara dua mantan pegawai Twitter tadi, dengan pemerintah Arab Saudi.
Baca juga: TikTok Bantah Tudingan Jadi Mata-mata China
Abouammo sendiri dituduh telah memata-matai tiga akun Twitter yang kerap mengekspos "borok" di balik keluarga kerajaan, dan pemerintahan Arab Saudi. Ia juga diduga pernah memalsukan dokumen untuk menghambat penelusuran FBI.
Sementara Alzabarah dituding telah mengakses (meretas) sekitar 6.000 akun Twitter pada tahun 2015 atas permintaan Arab Saudi.
Bukan akun "kaleng-kaleng" yang diretas, namun sejumlah akun Twitter ternama yang kerap melontarkan komentar negatif terhadap pemerintahan Arab Saudi.
Salah satunya adalah akun seorang jurnalis (dengan jumlah pengikut mencapai 1 juta) yang sempat dekat dengan Jamal Khashoggi, jurnalis yang tewas dibunuh di tangan pemerintah Arab Saudi pada Oktober lalu.
Pemerintah Arab Saudi belum memberikan keterangan resmi terkait tudingan ini.
Twitter berterimakasih
Munculnya tuntutan pengadilan terkait peretasan data ini sejatinya menjadi sebuah masalah tersendiri di platform tersebut.
Baca juga: Twitter Rilis Fitur Topik agar Pengguna Tetap Update
Oleh karena itu, pihak Twitter pun berterima kasih atas bantuan pengadilan AS serta FBI, untuk membantu proses investigasi masalah yang berhubungan dengan privasi pengguna Twitter.
"Kami sadar bahwa ada pemain jahat yang akan berusaha merusak layanan kami," kata juru bicara Twitter sebagaimana dikutip KompasTekno dari TheGuardian, Jumat (8/11/2019).
"Kami juga paham bahwa ada risiko luar biasa yang dihadapi oleh pengguna Twitter ketika mereka membagikan pendapatnya di media sosial," tambahnya.
Terkait hal tersebut, pihak Twitter pun mengatakan bakal terus berusaha untuk melindungi penggunanya, terutama bagi mereka yang menyuarakan pendapatnya tentang isu kesetaraan, kebebasan, hingga hak asasi manusia.
Terkini Lainnya
- 3 Cara Menghapus Cache di iPhone dengan Mudah dan Praktis
- CEO TikTok Ternyata Pernah Magang di Facebook
- Aplikasi TikTok Hilang dari Google Play Store dan Apple App Store AS
- Cara Factory Reset HP Xiaomi dengan Mudah dan Praktis
- Apa Arti “Re” di Gmail dan Mengapa Muncul saat Membalas Pesan?
- TikTok Jawab Putusan AS, Sebut 170 Juta Pengguna Akan Terdampak Penutupan
- Microsoft Hentikan Dukungan Office di Windows 10 Tahun Ini
- TikTok Terancam Ditutup, Medsos RedNote Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Amerika Akan Blokir TikTok, Siapa yang Bakal Diuntungkan?
- Spesifikasi dan Harga Oppo Reno 13 5G di Indonesia
- Langkah Pertama yang Harus Dilakukan saat HP Hilang
- Kapan Sebaiknya Reset Pabrik pada HP? Begini Penjelasannya
- Ciri-ciri Penipuan di WhatsApp dan Cara Menghindarinya
- Kapan Harus Menghapus Cache di HP? Begini Penjelasannya
- Gmail Hampir Penuh? Begini Cara Cek Penyimpanannya