Antisipasi Diblokir AS, Huawei Siapkan OS Bikinan Sendiri
- Konflik antara Huawei Technologies dan pemerintah Amerika Serikat di bawah adminitrasi Presiden Donald Trump masih panas hingga saat ini.
Vendor China tersebut pun putar otak, memikirkan strategi lain apabila kelak tidak bisa memasok komponen, baik hardware maupun software dari AS.
Sebagai antisipasi, Huawei dikabarkan sedang merancang sistem operasi buatan sendiri untuk ponsel dan komputernya. Kabar itu telah dikonfirmasi langsung oleh sang CEO, Richard Yu Chengdong.
"Kami telah menyiapkan sistem operasi kami sendiri, apabila nanti kami tidak bisa lagi menggunakan sistem yang ada saat ini (Android), kami akan siap dan punya rencana B," jelas Yu.
Baca juga: Trump Teken Larangan Penggunaan Huawei dan ZTE
Selama ini, Huawei masih mengandalkan OS besutan Google, Android untuk produk ponselnya. Sementara untuk komputer, Huawei mengandalkan Windows buatan Microsoft. Baik Google maupun Microsoft merupakan perusahaan AS.
OS Huawei konon bukan barang baru. Menurut sumber dalam, Huawei telah mengembangkan sistem operasinya sejak tahun 2012, setelah pemerintah AS mulai melakukan investigasi kepada dua vendor China, Huawei dan ZTE.
Sebelumnya, AS melarang perusahaan teknologi ZTE untuk menggunakan produk besutan perusahaan AS. Yu mengatakan bahawa Huawei juga memiliki sistem backup, tapi hanya akan digunakan untuk keadaan tertentu.
"Kami tidak berharap akan menggunakannya (sistem backup), dan jujur saja kami tidak ingin menggunakannya," ujar Yu, dirangkum KompasTekno dari South China Morning Post, Sabtu (16/3/2019).
"Kami sangat mendukung mitra sistem operasi. Kami sangat senang dengan mereka dan konsumen kami juga menyukainya. Android dan Windows akan selalu menjadi pilihan pertama kami," tambah Yu.
Masih dikuasai AS
Seperti diketahui, saat ini pasaran sistem operasi ponsel masih dikuasai perusahaan asal AS yakni Android dari Google dan iOS bikinan Apple.
Keduanya, menurut data Gartner tahun lalu, merengkuh 99,9 persen pangsa pasar. Sisanya, dihuni oleh OS lain dengan pangsa sangat kecil, seperti Windows Mobile OS, Symbian Nokia, dan Tizen dari Samsung.
Baru-baru ini, Huawei juga tersandung tuduhan pencurian rahasia dagang perusahaan AS sehingga menambah panjang riwayat buruk Huawei dengan AS.
Baca juga: Diduga Beri Bonus ke Pegawai yang Curi Info Pesaing, ini Tanggapan Huawei
Sebelumnya, Huawei juga terkena sanksi setelah dianggap melanggar aturan dagang di AS dengan melakukan bisnis sembunyi-sembunyi dengan Iran. Huawei telah membantah tuduhan tersebut.
Tahun lalu, Trump telah menandatangani perintah khusus yang melarang pemerintah dan kontraktor pemerintah di bawah National Defence Authorisation Act (NDAA) menggunakan teknologi milik Huawei dan ZTE.
Hauwei pun mengajukan gugatan atas kebijakan tersebut dan meminta pengadilan AS untuk membatalkan aturan itu.
Terkini Lainnya
- Selamat Tinggal Stiker Apple, "Unboxing" iPhone 16 Akan Berbeda Rasanya
- 8 Cara Mengatasi Notifikasi WhatsApp Tidak Bunyi dengan Mudah
- Spesifikasi dan Harga Tablet Infinix Xpad 4G di Indonesia, Mulai Rp 2 Jutaan
- Smartwatch Huawei Watch GT 5 dan GT 5 Pro Resmi, Diklaim Lebih Akurat Pantau Kesehatan
- Spesifikasi dan Harga Realme 13 Pro Plus 5G di Indonesia
- 3 Game Gratis Epic Games, Ada Game Zombi "The Last Stand: Aftermath"
- Jakarta Juara Umum PON XXI Cabor E-sports
- Spesifikasi dan Harga Realme 13 Pro 5G di Indonesia
- Jadwal MPL S14 Pekan Ini, Ada "Rematch" RRQ Hoshi Vs Evos Glory
- YouTube Kini Punya Tombol "Hype" untuk Dongkrak Popularitas Kreator Pemula
- Elon Musk Umumkan Blindsight, Inovasi agar Tunanetra Bisa Melihat Lagi
- Game "God of War Ragnarok" PC Resmi Meluncur, Ini Harganya di Indonesia
- Tablet Huawei MatePad Pro 12.2 dan MatePad 12 X Meluncur, Kompak Pakai Layar PaperMatte
- Mengenal Sehat Sutardja, Pionir di Balik Kesuksesan Marvell Technology
- YouTube Rilis Communities, Fitur Mirip Forum untuk Interaksi dengan Penonton