ZTE Boleh Kembali Berbisnis di AS

- Setelah nyaris mati karena larangan berbisnis dengan perusahaan Amerika Serikat (AS), ZTE akhirnya mendapatkan kesempatan baru untuk bangkit.
Baru-baru ini pemerintahan Presiden Trump mengizinkan perusahaan asal China itu untuk kembali menjalankan aktivitas bisnis di AS. Sementara itu para pemangku kebijakan di negeri Paman Sam merumuskan keputusan lebih detil terkait masalah tersebut.
Sebagaimana dilansir KompasTekno dari The Verge, Kamis (5/7/2018), pemerintahan Trump sebenarnya terbelah dua kubu dalam menghadapi masalah ZTE. Sebagian ingin memberi kesempatan pada perusahaan asal China itu, sedangkan sebagian lainnya menginginkan sanksi tertentu tetap dijatuhkan.
Untuk sementara waktu ini, sambil kedua pihak berdiskusi mencari jalan tengah, ZTE diizinkan kembali menjalankan sejumlah komponen bisnisnya seperti biasa.
Sebelumnya, ZTE mendapat sanksi larangan kerja sama dengan perusahaan AS selama 7 tahun. Sanksi tersebut dijatuhkan karena perusahaan mengirimkan komponen buatan AS ke Iran serta Korea Utara.
Baca juga: Ponsel ZTE Tak Bisa Pakai Chip Qualcomm
Perusahaan bahkan memberi bonus besar pada eksekutif yang terlibat dalam kesepatakan bisnis itu, lalu berbohong pada pemerintah AS.
Pasca-sanksi itu dijatuhkan, ZTE mengumumkan berhenti memproduksi berbagai produknya karena sanksi tersebut membuatnya tidak bisa menggunakan prosesor buatan Qualcomm. Padahal, sebagian besar smartphone ZTE diproduksi memakai prosesor itu.
Pada Juni lalu, Departemen Perdagangan AS mengumumkan bahwa pemerintah dan ZTE sepakat membatalkan larangan kerja sama. Syaratnya perusahaan asal China itu membayar denda 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,3 triliun.
Tetapi ada sejumlah pemangku kebijakan yang tidak puas dengan keputusan denda, kemudian mengajukan agar sanksi kembali diberlakukan. Alasannya adalah kekhawatiran soal potensi ZTE membagi informasi ke pemrintah China dan potensi ancaman keamanan nasional dari informasi tersebut.
Terkini Lainnya
- Ini Dia Fitur xAI Grok 3, AI Terbaru Buatan Elon Musk
- Melihat HP Lipat Huawei Mate X6 Lebih Dekat, Layar Besar Bodi Ramping
- Google Didenda Rp 202 Miliar, Pakar Dorong Regulasi Digital yang Lebih Adil
- HP Realme P3 Pro dan P3x 5G Meluncur, Bawa Baterai Besar dan Chipset Baru
- Cara Cari Ide Menu Sahur dan Buka Puasa Otomatis via AI serta Contoh Prompt
- xAI Luncurkan Grok 3, Chatbot AI Pesaing ChatGPT dan DeepSeek
- Ketika Warga Konser "Kelas Atas" Bawa Samsung S25 Ultra Nonton Seventeen "Right Here", Tribune Serasa VIP
- Inikah Tampilan Samsung Galaxy A56 dari Berbagai Sisi?
- MSI Ungkap Alasan Mau Jual PC Gaming Handheld Mahal di Indonesia
- "Perang Dingin" sejak 2020, Presiden China dan Jack Ma Berdamai?
- Lebih Dekat dengan Ponsel Lipat Tiga Huawei Mate XT Ultimate
- Spesifikasi dan Harga Moto G45 5G, HP Pertama Motorola buat “Comeback” ke Indonesia
- Perusahaan AI Elon Musk Rilis Grok 3, Diklaim Lebih Pintar dari DeepSeek
- Huawei Umumkan Gelang Pintar Band 10, Punya 100 Mode Olahraga dan Tahan 14 Hari
- Huawei FreeArc Meluncur, TWS Open-ear dengan Kait Telinga Elastis
- 5 Negara Larang DeepSeek, Terbaru Korea Selatan