Ponsel ZTE Tak Bisa Pakai Chip Qualcomm
- Departemen Perdagangan Amerika Serikat resmi menjatuhkan hukuman pada vendor ponsel asal China, ZTE. Hukuman tersebut berupa larangan bagi perusahaan-perusahaan AS untuk menjual komponen peralatan telekomunikasi pada ZTE, selama tujuh tahun ke depan.
Putusan ini dijatuhan lantaran ZTE tidak mematuhi perjanjian perdagangan dengan pemerintah AS dengan mengirim barang serta teknologi asal AS ke Iran secara ilegal. Selain dikucilkan dalam perdagangan di AS, perusahaan China itu juga harus membayar denda sebesar 890 juta dollar AS (sekitar Rp 12 triliun) dan denda tambahan 300 juta dollar AS (sekitar Rp 4 triliun).
"Jika perusahaan tak mampu menyelesaikannya, maka mereka akan kehilangan bisnis ini. Banyak bank dan perusahaan yang bahkan di luar AS tidak akan mau lagi berurusan dengan mereka," ujar Eric Hirschhorn, mantan Sekretaris Perdagangan AS yang ikut menangani kasus ini.
Putusan ini membuat ZTE akan kehilangan pasokan komponen utama untuk ponselnya. salah satunya adalah Qualcomm sebagai pemasok prosesor ponsel milik ZTE. Qualcomm yang notabenenya adalah perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat tak akan lagi bisa menjadi pemasok chipset.
Alhasil, ZTE harus bergerak cepat mencari solusi alternatif pemasok komponen utama ini.
Baca juga: Trump Larang Qualcomm Dijual ke Perusahaan Asing
Hukuman ini ternyata tak hanya berimbas pada ZTE saja, tapi juga pada perusahaan besar lainnya yang menjadi pemasok produsen ponsel China itu. Salah satunya adalah perusahaan pembuat peralatan jaringan optik, Acacia Communications yang sahamnya merosot drastis hingga 35 persen.
"Ini akan menghancurkan perusahaan, mengingat ketergantungan mereka pada produk dan perangkat lunak asal AS. Ini tentu akan membuat mereka kesulitan memproduksi dan memberi pengaruh negatif baik jangka pendek maupun jangka panjang," ungkap Douglas Jacobson, pengacara yang mewakili salah satu perusahaan pemasok ZTE, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Reuters, Selasa (17/4/2018).
Hukuman ini sepertinya juga muncul dari persaingan industri kedua negara, yakni Amerika Serikat dan China. Tindakan AS pada ZTE kemungkinan besar akan memperparah ketegangan hubungan antara AS dan China dalam urusan perdagangan.
Pada 2016 lalu, AS juga telah mulai membatasi jumlah ekspor ke ZTE. Penyelidikan federal mendapati bahwa ZTE telah melakukan kecurangan dengan mendistribusikan komponen buatan AS ke Iran secara ilegal.
ZTE membeli komponen tersebut, kemudian memasukkannya pada peralatan dan mengirimkannya ke Iran. ZTE yang merancang skema ini juga telah mengaku bersalah setelah Departemen Perdagangan AS mengancam akan memutus rantai pasokan globalnya.
Kendati demikian, hingga saat ini pihak ZTE belum memberi tanggapan lebih lanjut terkait pemblokiran ini.
Terkini Lainnya
- Foto "Selfie" Kini Bisa Disulap Langsung Jadi Stiker WhatsApp
- Ponsel Lipat Huawei Mate X6 Segera Masuk Indonesia, Intip Spesifikasinya
- Apa Itu Product Active Failed di Microsoft Word? Begini Penyebab dan Cara Mengatasinya
- TikTok Tidak Bisa Diakses Lagi di Amerika Serikat
- Cara Masukkan Tabel di Pesan Gmail dengan Mudah
- 3 Cara Menghapus Cache di iPhone dengan Mudah dan Praktis
- CEO TikTok Ternyata Pernah Magang di Facebook
- Aplikasi TikTok Hilang dari Google Play Store dan Apple App Store AS
- Cara Factory Reset HP Xiaomi dengan Mudah dan Praktis
- Apa Arti “Re” di Gmail dan Mengapa Muncul saat Membalas Pesan?
- TikTok Jawab Putusan AS, Sebut 170 Juta Pengguna Akan Terdampak Penutupan
- Microsoft Hentikan Dukungan Office di Windows 10 Tahun Ini
- TikTok Terancam Ditutup, Medsos RedNote Jadi Aplikasi No. 1 di AS
- Amerika Akan Blokir TikTok, Siapa yang Bakal Diuntungkan?
- Spesifikasi dan Harga Oppo Reno 13 5G di Indonesia
- Ponsel Lipat Huawei Mate X6 Segera Masuk Indonesia, Intip Spesifikasinya