Badan Intelijen AS Tuding Ransomware WannaCry dari Korea Utara
- Bulan Mei lalu, serangan global yang dilakukan oleh ransomware WannaCry membuat heboh dunia, termasuk di Indonesia. Sampai sekarang masih belum jelas siapa yang membuat program jahat tersebut.
Namun, sebuah laporkan menyebutkan bahwa dinas intelijen Amerika Serikat, NSA, telah melacak jejak WannaCry hingga sampai ke Korea Utara.
Berdasarkan sejumlah analisis taktik, teknik, dan target serangan malware, NSA menyimpulkan dengan “tingkat kepercayaan menengah” bahwa pembuat WannaCry tak lain adalah dinas spion Korea Utara yang bernama Reconnaissance General Bureau (RGB).
Bukti-buktinya antara lain serangkaian alamat IP komputer di China yang selama ini sering digunakan oleh RGB. Analisis NSA ini sesuai dengan pemikiran agensi-agensi intelijen lain di barat, juga analisa firma keamanan Symantec.
Kelompok hacker Korea Utara yang bertanggung jawab membuat WannaCry dikenal dengan nama Lazarus Group di kalangan aktivis sekuriti digital.
Sebelumnya memang sudah muncul dugaan bahwa Korea Utara merupakan dalang serangan WannaCry yang menyebar ke 150 negara dan menginfeksi ratusan ribu korban. Negara ini sudah akrab dengan dunia hacking dan serangan cyber.
Pada 2014, Korea Utara meretas Sony Pictures Entertainment lantaran marah pemimpin besarnya, Kim Jong Un, dijadikan bahan olok-olok dalam film The Interview besutan studio tersebut. Presiden AS Barack Obama ketika itu secara terbuka menuding Korea Utara sebagai pelaku dan menjatuhkan sanksi ekonomi baru.
Baca: Menkominfo Sebut Indonesia Sudah Bebas Ransomware WannaCry
Usaha merampok
WannaCry memang mengunci data di komputer dengan enkripsi, lalu berupaya memeras korban dengan meminta tebusan dalam bentuk mata uang virtual bitcoin untuk mengembalikan data yang bersangkutan.
Tapi WannaCry gagal menghasilkan pemasukan karena ada kesalahan operasional yang menyebabkan Bitcoin tebusan gampang dilacak oleh otoritas.
Meski WannaCry telah berhasil mengumpulkan 140.000 dollar AS dalam bentuk Bitcoin, si pembuatnya pun tidak bisa mencairkan tebusan karena tidak ada bursa Bitcoin yang mau menyentuh uang panas tersebut.
WannaCry bukan usaha merampok pertama yang dilancarkan Korea Utara lewat jalur cyber. Negara komunis yang terisolasi itu diduga terlibat serangkaian pembobolan bank di Asia tahun lalu, termasuk di Bangladesh di mana dana sebesar 81 juta dollar AS berhasil dibawa kabur.
WannaCry sendiri adalah malware yang dibuat berdasarkan exploit Windows yang dicuri dari NSA. Ia adalah program jahat pertama yang menggabungkan fungsi ransomware dengan worm sehingga penyebarannya sangat luas dan sangat cepat.
Ransomware ini diduga lepas secara tidak sengaja saat masih diuji coba. Sebab itulah WannaCry memiliki sejumlah kelemahan seperti ketidakmampuan untuk membedakan mana korban yang sudah membayar tebusan dan mana yang belum.
Baca: Cerita Dua Remaja Temukan Cara Stop Penyebaran WannaCry
Terkini Lainnya
- Elon Musk Umumkan Blindsight, Inovasi agar Tunanetra Bisa Melihat Lagi
- Game "God of War Ragnarok" PC Resmi Meluncur, Ini Harganya di Indonesia
- Tablet Huawei MatePad Pro 12.2 dan MatePad 12 X Meluncur, Kompak Pakai Layar PaperMatte
- Mengenal Sehat Sutardja, Pionir di Balik Kesuksesan Marvell Technology
- YouTube Rilis Communities, Fitur Mirip Forum untuk Interaksi dengan Penonton
- Cara Login Akun BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO di HP Android dan iPhone
- Sony Mulai Jual Konsol PlayStation 5 Versi Refurbished, Hemat Rp 1 Jutaan
- Google Menang Gugatan di Uni Eropa, Batal Bayar Denda Rp 25 Triliun
- Cara Cek Aktivitas Login Akun Instagram biar Aman
- Advan 360 Stylus Pro Resmi di Indonesia, Laptop Convertible Harga Rp 7 Juta
- HP Realme 13 Pro 5G dan 13 Pro Plus 5G Resmi di Indonesia, Harga Rp 6 Jutaan
- Cara Bikin Ikon Aplikasi iPhone di iOS 18 Jadi Menarik, Warna dan Ukurannya Bisa Diganti
- Pionir Semikonduktor Modern Sehat Sutardja Meninggal Dunia
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel? Ini Dia Langkah-langkahnya
- Mirip TikTok Shop, YouTube Shopping Juga Bisa buat Jualan dan Belanja