Sendratari Prambanan dan Teknologi "Sepanggung" demi Para Milenial

YOGYAKARTA, - Lantai panggung terbuka di kawasan Candi Prambanan yang biasa dipakai mementaskan Sendratari Ramayana, Senin (10/10/2016) malam tiba-tiba retak.
Patahan retakan mengular dari tengah panggung ke tepi-tepiannya. Suara retakan disusul gemuruh batu berjatuhan menggema. Para penari yang ada di atas panggung pun berlarian.
Panggung tersebut ternyata tak benar-benar retak. Kejadian tersebut merupakan potongan adegan itu adalah bagian dari pementasan drama tari dari sanggar asuhan seniman Yogyakarta kenamaan, Didik Nini Thowok.
Malam itu, untuk pertama kalinya di Candi Prambanan, dipentaskan sendratari yang ditambahi dengan teknologi visual video mapping garapan studio Sembilan Matahari.
Menggunakan 16 proyektor dengan tingkat lumens (kecerahan) yang tinggi dari Epson (mulai dari 10.000 hingga 25.000 lumens), Sembilan Matahari memproyeksikan video dan animasi ke lantai panggung, latar, dan tiga candi utama di kompleks Candi Prambanan.
Sentuhan teknologi visual ini diharapkan bisa menarik minat generasi milenial untuk menonton seni pertunjukan budaya. Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh CEO sekaligus pendiri Sembilan Matahari, Adi Panuntun kepada KompasTekno seusai acara.
"Ini lebih kepada kita melihat potensi bahwa budaya bisa dikemas dengan media baru sehngga bisa menjemput zaman," ujar Adi.

Perpaduan kemasan yang menarik, sentuhan teknologi, dan tarian-tarian kontemporer, diharapkan bisa menjadi jembatan budaya bagi generasi muda masa kini untuk kembali menonton pertunjukan seni budaya yang mulai ditinggalkan.
Dengan demikian, mereka tak melulu menonton pertunjukan modern, seperti konser musik atau film di bioskop. Melainkan juga sendratari, wayang kulit, dan wayang orang yang sudah diberi sentuhan modernisasi.
Paket pentas budaya dengan pendekatan teknologi ini juga menciptakan peluang baru bagi industri pariwisata dengan konsep creative tourism.
"Saat ini Sendratari Ramayana hanya dipentaskan beberapa kali saja seminggu, di hari-hari kosong itulah bisa disisipkan tarian yang lebih kontemporer, sehingga penonton bisa memilih," kata Adi.
Pihak pengelola Taman Wisata Candi Prambanan sendiri melalui Marketing Director, Ricky Siahaan mengakui bahwa konsep video mapping di pentas Sendratari bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan.
Namun demikian, pihak pengelola juga meski bekerja sama dengan balai konservasi dan pelestarian cagar budaya, agar kegiatan-kegiatan yang dimaksud tidak sampai merusak situs-situs sejarah.
Mengapa video mapping?
Terkini Lainnya
- Katy Perry ke Luar Angkasa Pakai Roket Bos Amazon, Kembali Selamat dan Cium Tanah
- Cara Beli eSIM Telkomsel dan Daftar Harganya
- 3 Game Gratis PS Plus April 2025, Ada Hogwarts Legacy
- OpenAI Rilis GPT-4.1, Bisa Bantu Coding yang Lebih Panjang
- Kabar Kurang Baik dari Samsung soal Update One UI 7
- Canva Rilis Fitur Baru Berbasis AI, Bisa Buat Coding hingga Bikin Gambar
- Apple, Microsoft, dkk Terbangkan Ribuan Komponen Laptop ke AS
- 5 Besar Vendor Smartphone Global Awal 2025 Versi Counterpoint
- Harimau Biru di Sphere Las Vegas, Karya Gemilang Ilustrator Indonesia
- Samsung Rilis Duo Perangkat Tangguh, Smartphone XCover7 Pro dan Tab Active5 Pro
- Antisipasi Tarif Trump, Jepang Subsidi Warganya Setara Nintendo Switch 2
- Kenapa Celah Keamanan Disebut Bug atau Kutu? Begini Penjelasannya
- 3 Cara Cek HP Support eSIM di Android dan iPhone dengan Mudah
- Apple Maps Kini Bisa Digunakan di Android, tapi Setengah Hati
- 9 Trik Bikin Ruang Penyimpanan iPhone Lebih Bersih Tanpa Hapus Foto dan Video