cpu-data.info

Axiata: Starlink Masih Mahal di Indonesia dan Belum Berdampak Besar di Malaysia

Group Chief Financial Officer Axiata Group, Nik Rizal Kamil (kiri), dan Group Chief Executive Officer & Managing Director Axiata Group, Vivek Sood (kanan), kompak mengatakan bahwa Starlink saat ini belum dipandang sebagai ancaman dan berdampak besar. Starlink masih dipandang sebagai rekan yang bisa diajak kerja sama. Hal ini diutarakan keduanya dalam acara media briefing di JW Marriot, Jakarta Selatan, Kamis (13/6/2024).
Lihat Foto

JAKARTA, - Perusahaan induk XL Axiata, Axiata Group, buka suara soal kehadiran layanan Starlink di Indonesia yang menjadi pemain baru di industri penyedia layanan internet. 

Axiata Group sendiri saat ini menaungi PT XL Axiata dan PT Link Net. 

Keduanya sama-sama bergerak di industri telekomunikasi yang berkompetisi dengan Starlink. XL Axiata sebagai operator seluler dan Link Net sebagai penyedia jasa internet lewat fiber optic. 

Menurut Vivek Sood, Group Chief Executive Officer & Managing Director Axiata Group, Axiata Group bisa melihat Starlink di Indonesia dari dua sisi. Satu sisi sebagai kompetitor, satu sisi lagi sebagai rekan. 

Namun saat ini, menurut Vivek, Starlink masih dipandang sebagai rekan yang bisa melengkapi layanan XL Axiata dan Link Net jika bekerja sama. 

"Sebab, harga Starlink di Indonesia masih mahal dan saat ini cocok untuk daerah rural (pedesaan). Investasi untuk daerah rural ini cukup menantang. Jadi, Starlink lebih banyak benefit untuk menjadi partner," kata Vivek saat berbincang-bincang dengan KompasTekno, Kamis (13/6/2024). 

Saat ini, biaya untuk menggunakan Starlink di Indonesia memang masih cukup tinggi. Pengguna rumahan harus membayar Rp 7,8 juta untuk perangkat keras Starlink dan biaya langganan mulai Rp 750.000 per bulan. (Baca: Berapa Harga Pasang Internet Starlink di Indonesia? Ini Rinciannya)

Senada dengan Vivek, Group Chief Financial Officer Axiata Group, Nik Rizal Kamil, mengatakan bahwa kehadiran Starlink di Indonesia juga tidak mengganggu investasi Axiata Group di Indonesia. 

Baca juga: Pemerintah RI Harus Desak Starlink Bangun NAP ketimbang NOC

Menurut Nik, sampai saat ini belum ada dampak besar yang disebabkan Starlink terhadap bisnis Axiata Group di Indonesia. Ia pun melihat kondisi ini serupa dengan di Malaysia. 

"Di Malaysia, Starlink menyediakan internet untuk wilayah pinggir dan pedesaan. Namun ketika di daerah lain, (layanan) kami yang digunakan," kata Nik. 

Nik melanjutkan, saat ini Starlink masih dipandang sebagai komplementer yang dapat saling melengkapi. 

Baca juga: Starlink Bisa Bikin Pertahanan Indonesia Buta dan Tuli

Starlink sendiri resmi hadir di Indonesia sejak April 2024 atau lima tahun setelah hadir di pasar global. Operator seluler di Indonesia pun mendesak pemerintah agar berlaku adil pada Starlink. 

Saat ini pemerintah dianggap memberikan karpet merah kepada Starlink sehingga dikhawatirkan terjadi iklim bisnis yang tidak sehat. 

Adapun Starlink di Indonesia sebenarnya belum memiliki kantor secara resmi di Indonesia, meski sudah mengantongi izin beroperasi lewat PT Starlink Services Indonesia.

Kendati begitu, Menkominfo Budi Arie Setiadi beberapa waktu lalu menyebut Starlink sebenarnya tengah bersiap untuk membuka kantor di Indonesia. Namun, segala hal terkait kelengkapan dokumen administrasi saat ini masih diproses oleh perusahaan milik Elon Musk tersebut.

Baca juga: Bahlil: Starlink Investasi Rp 30 Miliar dan Punya 3 Karyawan Terdaftar

Baca juga: Mau Pasang Starlink? Pertimbangkan Dulu Kelebihan dan Kekurangannya

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat