cpu-data.info

Nasib Situs Web Keluaran Tahun 2013 Kini...

Ilustrasi website
Lihat Foto

- Sebagian pengguna internet barangkali pernah mencari situs web yang sudah dikunjungi sebelumnya, namun peramban (browser) tidak memunculkan laman yang diminta atau tidak dapat memuat situs web-nya sama sekali.

Boleh jadi ini merupakan sebuah hal yang disebut oleh lembaga riset nonpartisan, Pew Research Center dalam studinya sebagai “digital decay”. Mereka mengatakan, kini 38 persen atau sepertiga situs web dari tahun 2013 tak dapat diakses lagi pada Oktober 2023.

Lembaga riset itu pun menyebut, seperempat dari halaman yang pernah online selama periode 2013 hingga 2023 kini telah lenyap.

38 persen website dari 2013 tidak dapat lagi diaksesPaw Research Center 38 persen website dari 2013 tidak dapat lagi diakses

 

Menurut studi Pew, yang menggunakan sampel hampir satu juta halaman yang disimpan oleh arsip nirlaba Common Crawl, banyak tautan di tempat-tempat tersebut yang kini hanya menampilkan pesan "404 error" alias laman tidak dapat ditemukan di server.

Baca juga: Cara Translate Website Luar Negeri ke Bahasa Indonesia di Google Chrome dengan Cepat

Pew Research mengatakan, digital decay juga telah menggerogoti situs berita, pemerintah, dan bahkan Wikipedia. Dalam sampel berjumlah 500.000 pada situs pemerintah misalnya, sekitar 21 persennya disebut menampilkan setidaknya satu tautan yang rusak.

Pada 2.063 situs berita, jumlahnya mencapai 23 persen. Bahkan, di antara 50.000 halaman Wikipedia berbahasa Inggris yang menjadi sampel, 54 persen di antaranya disebut memiliki setidaknya satu tautan rusak pada bagian “Referensi”.

Kicauan yang menghilang

Tidak hanya situs web yang terkena imbas digital decay. Para peneliti dari Pew Research Center juga meneliti platform media sosial X, yang pada saat survei namanya masih Twitter. Hasilnya lebih buruk lagi.

Dari total 4,8 juta kicauan yang dikumpulkan lembaga riset itu mulai tanggal 8 Maret hingga 27 April 2023 18 persen di antaranya disebut tidak lagi dapat dilihat oleh publik pada tanggal 15 Juni, atau belum genap 2 bulan saat terakhir kali kicauan dikumpulkan oleh Pew.

Baca juga: 5 Website AI untuk Membuat Poster Disney Pixar yang Lagi Viral di Medsos

Pew menyebut, lebih dari 60 persen dari kicauan yang menghilang itu, disebabkan oleh akun-akun di belakangnya yang juga menghilang dari pandangan publik (Pew tidak merinci akun itu dihapus atau di-private). Sisanya berasal dari akun-akun yang masih bisa diakses.

Kicauan dalam bahasa tertentu pun disebut lebih cepat menghilang ketimbang bahasa lainnya. Misalnya, 49 persen kicauan berbahasa Turki dan 42 persen tweet dalam bahasa Arab dikatakan telah menghilang di Twitter selama periode penelitian.

Uniknya, kicauan dari akun yang memiliki biografi atau gambar profil default alias biografi atau foto profil bawaan dari Twitter lebih mungkin untuk menghilang di sosial media itu.

Pew menegaskan bahwa sekitar 6 persen kiacaun yang sebelumnya menghilang juga dapat muncul kembali. Pihaknya menyebut, hal ini bisa disebabkan oleh perubahan status akun dari pribadi ke publik atau dari akun yang tadinya ditangguhkan kemudian dipulihkan kembali.

Kenapa bisa terjadi?

Ada beberapa alasan mengapa laman-laman tersebut menghilang. Pertama, penerbit kontennya beralih ke sistem manajemen konten (CMS) yang baru tanpa menyertakan tautan yang telah dibuat di CMS yang lama. Kedua, penerbitnya memang sudah gulung tikar.

Baca juga: Link Website buat Bikin Gambar Sipitkan Mata yang Lagi Viral di Medsos

Walaupun begitu, pengguna tetap bisa mengakses web lama lewat sebuah arsip web seperti Common Crawl dan Internet Archive yang sering kali menyimpan salinan dari halaman situs-situs yang telah dihapus.

Sebab, banyak artikel Wikipedia merujuk pada tautan asli dan salinannya di Internet Archive. Internet Archive pun dapat mengumpulkan tweet, sehingga pengguna bisa menelusuri cuitan di Twitter yang telah hilang, seperti dihimpun KompasTekno dari PCMag, Kamis (23/5/2024).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat