UU AI Eropa yang Mengentak Dunia

UNDANG-Undang AI Uni Eropa (EU AI Act) menggegerkan jagat AI dunia. UU paling komprehensif, sekaligus paling ambisius ini, tidak hanya sebagai landmark, tetapi juga diprediksi akan diikuti banyak negara sebagai model law.
Hal yang disepakati pada sesi final juga telah berubah drastis dan fundamental. Awalnya UU AI ini dirancang untuk memitigasi bahaya dari fungsi AI tertentu berbasis risiko.
Dilansir Time, dalam laporannya “E.U. Reaches Deal on World’s First Comprehensive AI Rules” (11/12/2023), bahwa Undang-Undang AI pada awalnya dirancang untuk memitigasi bahaya dari fungsi AI tertentu, berdasarkan tingkat risikonya, dari rendah hingga tidak dapat diterima.
Namun anggota parlemen mendorong untuk memperluasnya ke model fondasi, sistem canggih yang mendukung layanan AI untuk publik seperti ChatGPT dan chatbot Bard Google.
Model pondasi menjadi salah satu pembahasan alot dan rumit. Perancis, berbeda dengan banyak negara Uni Eropa lainnya. Negara itu mememinta pengaturan mandiri.
Hal ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan-perusahaan AI generatif Eropa agar bisa bersaing dengan kompetitor besarnya di AS, termasuk OpenAI.
Sikap Perancis yang juga didukung Jerman dan beberapa negara kemungkinan karena mereka telah investasi besar dan startup-nya kelak bisa bersaing dengan Big Tech, dan tidak terhambat regulasi.
Regulasi yang terlalu ketat justru akan membuat peluang ini terhambat. Namun, para perunding berhasil mencapai kompromi setelah berdebat puluhan jam.
Model Fondasi
Perubahan substansial EU AI Act, tidak terlepas dari perkembangan AI Generatif (GenAI) dan model bahasa besar LLM (Large Language Model) yang identik dengan AI non-tradisional.
LLM adalah model deep learning sangat besar yang telah dilatih sebelumnya pada sejumlah besar data. Enkoder dan dekoder mengekstraksi makna dari urutan teks dan memahami hubungan antara kata dan frasa di dalamnya (AWS 2023).
LLM Transformator mampu melakukan pelatihan tanpa pengawasan atau pembelajaran mandiri. Melalui proses inilah transformator belajar memahami tata bahasa, bahasa, dan pengetahuan dasar.
Sebagai AI Generatif non-tradisional, sistem ini memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Hal ini sangat berbeda dengan AI tradisional, yang memproses data dan menyelesaikan tugas menggunakan aturan yang telah ditentukan. Perkembangan ini yang mendorong parlemen Eropa berubah sikap.
Model fondasi menurut Kai Kiezer dalam laporannya “A law for foundation models: the EU AI Act can improve regulation for fairer competition” (OECD 20/7/2023) memiliki potensi besar.
Model ini sukses dalam otomatisasi tugas, bantuan yang dipersonalisasi, akses terhadap informasi, menemukan pola, membuat konten, dan masih banyak lagi.
Terkini Lainnya
- Apa Itu Grok AI dan Bagaimana Cara Menggunakannya?
- 7 Cara Menghapus Cache di HP untuk Berbagai Model, Mudah dan Praktis
- Samsung Rilis Vacuum Cleaner yang Bisa Tampilkan Notifikasi Telepon dan Chat
- Akun Non-aktif X/Twitter Akan Dijual mulai Rp 160 Juta
- 3 Cara Menggunakan Chatbot Grok AI di X dan Aplikasi HP dengan Mudah
- Poco M7 Pro 5G Resmi di Indonesia, Harga Rp 2,8 Juta
- Siap-siap, Harga iPhone Bakal Semakin Mahal gara-gara Tarif Trump
- Grok Jadi Aplikasi Terpisah, Bisa Diunduh di HP dan Desktop
- Meta Rilis 2 Model AI Llama 4 Baru: Maverick dan Scout
- Kisah Kejatuhan HP BlackBerry: Dibunuh oleh Layar Sentuh
- AI Google Tertipu oleh April Mop, Tak Bisa Bedakan Artikel Serius dan Guyonan
- Smartwatch Garmin Vivoactive 6 Meluncur, Pertama dengan Fitur Alarm Pintar
- Vimeo Rilis Fitur Streaming ala Netflix, Kreator Indonesia Gigit Jari
- YouTube Shorts Tambah Fitur Editing Video untuk Saingi TikTok
- Trump Tunda Pemblokiran TikTok di AS, Beri Waktu 75 Hari Lagi
- Samsung Galaxy A25 5G Meluncur Global, Sudah Lolos TKDN Indonesia
- Samsung Galaxy A15 4G dan A15 5G Meluncur dengan Kamera 50 MP
- Onic Esports Masuk Final Upper Bracket M5 World Championship
- 7 Fitur Baru di iOS 17.2, dari Diary Digital hingga Video 3D
- Huawei Perkenalkan FreeClip, Earphone Open-Air Berdesain Unik