cpu-data.info

Dirut Bakti: Satria-1 Belum Bisa Atasi Kendala Internet di Wilayah 3T

Satelit bumi yang ada di Distrik Muara Tami ini nantinya akan terhubung dengan Satelit Satria-1 yang baru diluncurkan dari Amerika Serikat, Kota Jayapura, Papua, Senin (19/6/2023)
Lihat Foto

JAKARTA, - Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Fadhilah Mathar menyebut satelit Satria-1 belum bisa menyelesaikan masalah konektivitas internet Indonesia di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Sebab, kapasitas internet (bandwidth) yang ditawarkan Satria-1 dinilai belum cukup untuk menunjang berbagai kebutuhan internet di berbagai pelosok negeri, terutama di wilayah 3T.

Satria-1 adalah satelit Very High Throughput Satellite (VHTS) dengan frekuensi Ka-Band. Satelit ini memiliki bandwidth mencapai 150 Gbps dan diklaim terbesar di Asia.

"Kami masih memerlukan kapasitas internet yang lebih besar (lebih dari 150 Gbps) untuk mengatasi masalah konektivitas internet di Indonesia. Hal ini karena Satria-1 hanya menyediakan akses internet 3 Mbps untuk satu titik," kata Fadhilah kepada KompasTekno di acara Media Gathering Kominfo di The Westin Hotel, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).

Baca juga: Satria-1 Meramaikan Hutan“ Satelit Buatan Manusia

Satria-1, yang ditargetkan beroperasi sekitar awal 2024 mendatang, rencananya akan meng-cover sekitar 37.000 titik lokasi layanan publik di seluruh Indonesia. Nantinya, akses internet di satu titik itu akan dibagi ke beberapa aplikasi yang dijalankan di titik tersebut.

Karena akses internet ini terbagi, Indah mengaku sudah memberikan imbauan kepada para penyelenggara layanan publik agar mereka hanya memakai akses internet untuk menjalankan aplikasi yang bersifat wajib atau berguna bagi khalayak saja.

Direktur Utama BAKTI Kominfo, Fadhilah Mathar dalam acara Media Gathering Kominfo di The Westin Hotel, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023)./BILL CLINTEN Direktur Utama BAKTI Kominfo, Fadhilah Mathar dalam acara Media Gathering Kominfo di The Westin Hotel, Jakarta Selatan, Jumat (24/11/2023).

"Karena hanya 3 Mbps, kami sudah bilang kepada pihak terkait, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, hingga beberapa pos TNI dan Polri untuk memakai metode pengoperasian aplikasi secara whitelist," ungkap Indah.

"Metode ini bisa dipakai supaya sistem mereka hanya boleh menjalankan aplikasi-aplikasi yang mandatory saja untuk kepentingan publik. Kalau seandainya ada aplikasi yang berjalan untuk fungsi lain, seperti hiburan (streaming), maka otomatis akses internet akan terganggu," imbuh Indah. 

Berharap Satria-2 punya bandwidth lebih besar

Nah, untuk menyelesaikan persoalan konektivitas internet di Indonesia, terutama di 3T ini, Indah berharap bahwa pengembangan satelit lanjutan dari Satria-1 bisa memiliki bandwidth yang jauh lebih tinggi.

"Kami berharap kapasitas internet Satria-2 nanti bisa mencapai 300 Gbps, dan satelit ini bisa menjangkau titik-titik yang belum dilayani oleh Satria-1," pungkas Indah tanpa menyebutkan apakah satelit Satria-2 sudah direncanakan apa belum.

Baca juga: Jaringan Internet Bakti Dinanti UMKM di Wilayah 3T

Seperti disebutkan di atas, Satria-1 rencananya akan beroperasi alias memberikan akses internet ke publik pada Januari 2024 mendatang, pasca diluncurkan dan mengorbit di bumi sejak Juni lalu.

Satria-1 memungkinkan layanan langsung akses internet Direct to Home (DTH), dalam hal ini langsung ke lokasi kantor pelayanan publik. Sehingga, layanan internet via satelit ini cocok untuk berbagai layanan publik yang ada di wilayah 3T.

Satria-1 sendiri menjadi salah satu solusi pemerintah untuk melengkapi jangkauan BTS 4G dan Jaringan Kabel Serat Optik Palapa Ring. Sebelumnya, pemerintah meminjam kapasitas internet satelit dari lima perusahaan sambil menunggu Satria-1 siap operasional.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat