cpu-data.info

Efisiensi, Satelit HBS Bakti Dibatalkan

Ilustrasi satelit GPS mengorbit bumi.
Lihat Foto

SATGAS Bakti (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia) mengakhiri kontrak pengadaan satelit penunjang (HBS – hot backup satellite) yang sedianya untuk cadangan satelit Satria-1 yang sudah berhasil diluncurkan Juni lalu dan akan dioperasikan pada awal 2024.

HBS yang dibangun Boeing AS sedianya meluncur Oktober ini, disiapkan untuk menjadi pengganti jika Satria-1 gagal mengorbit.

Kedua satelit canggih, multifungsi berteknologi HTS (high throughput satellite), satelit berkapasitas besar yang jejaknya (footprint-nya) bukan cakupan luasnya melainkan titik-titik (spot) tertentu.

Kapasitas satelit HTS mencapai 2 kali sampai 100 kali kapasitas satelit konvensional (FSS – fixed satellite service) dengan biaya per bit jauh lebih murah.

Satelit Satria-1 saat ini sedang menuju orbitnya di 146º bujur timur pada ketinggian 36.000 km di atas Papua. Harga satelitnya 450 juta dollar AS (waktu itu sekitar Rp 6,7 triliun) dibiayai konsorsium yang akan dicicil Bakti selama 15 tahun.

Sementara HBS dibiayai Bakti dari dana USO (universal service obligation) yang didapat dari pengumpulan 1,25 persen pendapatan kotor operator seluler, dan hanya disewa kapasitasnya saja dari KNJ (Konsorsium Nusantara Jaya).

Satria-1 yang diluncurkan dari Cape Kennedy, Florida, AS, pada 18 Juni 2023 dibangun Thales Alenia Space, kapasitasnya sama dengan HBS, sebesar 150 GB dengan kemampuan menjangkau 150.000 titik tertentu di bumi.

Jumlah titik untuk Satria-1 diralat menjadi hanya 50.000 agar kapasitas pada masing-masing titik dapat lebih besar, naik dari perkiraan 1Mbps/titik menjadi 4 Mbps.

Masyarakat di tiap titik bisa mengakses transmisi data dari satelit dengan bantuan VSAT (very small aperture terminal), tidak langsung dari satelit. Untuk itu sudah dibangun 11 tempat sebagai stasiun bumi dengan pusat di Cikarang, Jawa Barat.

Pembatalan kerja sama membuat Bakti meminta kembali uang sewa yang sudah dibayarkan sebesar Rp 3,5 triliun plus biaya uang (cost of money) yang muncul sejak dibayarkan ke KNJ.

Alasan pembatalan, menurut Ketua Satgas Bakti Kominfo, Sarwoto Atmosutarno, Bakti harus fokus pada satelit Satria-1 yang saat beroperasi. Hal itu akan banyak menyita energi dan tidak boleh gagal, baik untuk kapasitas segmen langitnya maupun segmen daratnya.

Banyak kalangan memperkirakan, pembatalan kerja sama juga jadi antisipasi datangnya layanan satelit Starlink milik Elon Musk tahun depan yang sudah dapat izin labuh, bekerja sama dengan Telkomsat.

Walau berbiaya lebih mahal, mutu layanan Starlink dengan ribuan satelit LEO (low earth orbit – satelit orbit rendah) diyakini lebih baik dibanding layanan satelit GEO (geostationer earth orbit), antara lain karena latensinya (jeda) sangat rendah.

Lewat backhaul

Ancaman bukan hanya terhadap keberadaaan HBS, tetapi juga satelit Satria-1 dan Satria-Satria berikut yang rencananya akan diluncurkan demi perluasan layanan daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).

Ada beberapa keunggulan satelit LEO yang tidak mungkin tertandingi satelit GEO, antara lain kapasitasnya yang besar sampai 500 GB.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat