Google Disidang 10 Minggu, Gara-gara Hak Istimewa Senilai Rp 153 Triliun

- Google disidang selama 10 minggu (2,5 bulan) ke depan oleh di pengadilan Amerika Serikat, mulai Selasa (12/9/2023). Sidang ini disebut-sebut sebagai sidang antimonopoli terbesar di AS dalam 25 tahun terakhir, setelah sidang antimonopoli browser Microsoft (1990).
Dalam sidang ini, Google dituduh melakukan monopoli dan mempertahankan dominasi mesin pencarian (search engine) miliknya, yakni Google Search dengan cara yang tidak sah.
Tuduhan ini dilayangkan oleh Departemen Kehakiman (Department of Justice/DOJ) AS dan sejumlah koalisi negara-negara bagian.
Menurut penggugat (DOJ), Google membuat kesepakatan bernilai miliaran dollar AS bersama pengembang browser dan pembuat ponsel, seperti Apple, Samsung, Mozilla, dan lainnya. Tujuannya untuk menjadikan Google Search sebagai mesin pencari default di browser dan ponsel.
Baca juga: Perintah Google ke Vendor HP Android Berbuah Denda Rp 2,5 Triliun
Departemen Kehakiman AS mengatakan, Google biasa membayar lebih dari 10 miliar dollar AS (setara Rp 153,7 triliun) per tahun untuk hak istimewa tersebut. Dengan begitu, Google bisa mengamankan aksesnya terhadap sejumlah besar data pengguna yang membantu mempertahankan dominasi dan cengkeramannya di pasar.
Dengan hak istimewa tersebut, Google dilaporkan menguasai sekitar 90 persen pangsa pasar pencarian umum, jauh melampaui pesaing terdekatnya, Bing.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah Google Search di browser Safari di perangkat Apple. Menurut jaksa, ketika Apple pertama kali memasang Google sebagai mesin pencari default di Safari pada tahun 2002, tidak ada kesepakatan pembayaran yang terlibat.
Namun pada tahun 2005, Google mulai mengusulkan untuk membayar Apple untuk menjadikan Search tetap sebagai mesin pencarian default. Hal ini dilakukan karena Google takut dominasinya terkikis.
Lambat laun, kata penggugat (DOJ), Google memakai kesepakatan pembayaran itu untuk mengancam Apple. Google mengancam akan membatalkan pembayaran jika perusahaan lain mendapat akses serupa.
Google juga melarang Apple memperluas produk pencariannya sendiri. Alhasil hingga kini, pengguna iPhone, iPad, Mac, MacBook tetap menggunakan Google Search secara default ketika berselancar di internet.
Samsung, yang membuat ponsel Android, juga tidak bekerja sama dengan perusahaan pencarian berbeda. Hal ini diyakini karena ada kesepakatan pembayaran dengan Google.
Baca juga: Google Terbukti Bersalah Lagi, Harus Bayar Denda Terbesar Sepanjang Sejarah

Skenario kerugian yang lebih mungkin terjadi adalah Google dilarang membuat kesepakatan yang dikeluhkan oleh penggugat. Dengan skenario ini, pengguna dapat membuka browser, seperti Safari dan Firefox dan mendapatkan mesin pencari default yang berbeda atau diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah opsi.
Namun, hal ini masih harus menunggu periode persidangan selesai. Sidang Google vs Departemen Kehakiman (Department of Justice/DOJ) AS sudah dimulai pada 12 September 2023. Hari pertama persidangan akan dikhususkan untuk pernyataan pembukaan.
Sidang masih akan berlangsung hingga 2,5 bulan ke depan. Dalam kurun waktu ini, Google akan menyampaikan pembelaannya. Kemudian, Departemen Kehakiman diperkirakan akan memeriksa pimpinan senior Google atas dugaan perilaku antikompetitifnya.
Terkini Lainnya
- Keracunan Data, Modus Baru Menyasar Pelatihan AI
- Oppo A3i Plus Resmi, HP Rp 3 Jutaan dengan RAM 12 GB
- Broadcom dan TSMC Ingin Pecah Intel Jadi 2 Perusahaan
- WhatsApp Sebar Fitur Tema Chat, Indonesia Sudah Kebagian
- Bocoran Harga Xiaomi 15 Ultra yang Meluncur Sebentar Lagi
- 2,5 Miliar Akun Gmail Terancam AI Hack
- Arti “Fortis Fortuna Adiuvat” yang Sering Muncul di Bio TikTok dan Instagram
- Ditunjuk Jadi "Staff Khusus", Berapa Gaji Elon Musk?
- Meta Bikin Mesin "Pembaca Pikiran" Bertenaga AI, Begini Bentuknya
- Cara Mengaktifkan Kembali M-Banking BCA Terblokir Tanpa Harus ke Bank
- 7 Game PS5 Menarik di Sony State of Play 2025, Ada Game Mirip GTA V
- Samsung Pinjamkan 160 Unit Galaxy S25 di Acara Galaxy Festival 2025
- 15 Masalah yang Sering Ditemui Pengguna HP Android
- Samsung Gelar Galaxy Festival 2025, Unjuk Kebolehan Galaxy S25 Series lewat Konser dan Pameran
- Apa Beda Login dan Sign Up di Media Sosial? Ini Penjelasannya
- Motorola Edge 40 Neo Resmi, RAM 12 GB Refresh Rate 144 Hz
- HP Spectre Foldable Bisa Jadi PC Desktop, Laptop, dan Tablet Sekaligus
- Oppo A98 5G Rilis di Indonesia, Kamera 64 MP Harga Rp 4 Jutaan
- Huawei Watch GT4 Resmi Meluncur, Segera Hadir di Indonesia
- Keliling Lab Kesehatan Huawei Sambil Main Ping Pong Lawan Robot