cpu-data.info

Gara-gara Teknologi Pengenal Wajah, Ibu Hamil Jadi Korban Salah Tangkap

Ilustrasi teknologi pengenal wajah (Face Recognition)
Lihat Foto

- Seorang wanita hamil bernama Porcha Woodruff (32) menjadi korban salah tangkap oleh kepolisian kota Detroit, Amerika Serikat (AS). Polisi menangkap Woodruff dengan tuduhan perampokan dan pembajakan mobil.

Tuduhan itu didasarkan pada hasil pemindaian software pengenal wajah, yang pada akhirnya diketahui tidak akurat. Software tersebut rupanya keliru mengenali wajah tersangka asli dengan wajah Woodruff, karena memiliki kemiripan.

Kronologi penangkapan Woodruff bermula ketika wanita tersebut sedang bersiap mengantarkan anak-anaknya ke sekolah pada Februari lalu. Kemudian, ia melihat enam polisi sudah berdiri di balik pintu rumahnya.

Saat pintu dibuka, polisi berkata bahwa ia ditangkap karena kasus perampokan. Saking herannya, Woodruff sampai mengira bahwa itu hanya lelucon.

"Saya kira itu lelucon, jujur saja," kata Woodruff.

Baca juga: Facebook Matikan Mesin Pengenal Wajah, Ini Dampaknya bagi Pengguna

Wanita itu juga mempertanyakan bagaimana bisa wanita yang sedang hamil delapan bulan melakukan perampokan mobil. Meski begitu, ia tetap ditangkap.

Saat itu pula, dua anak Woodruff yang berusia 6 tahun dan 12 tahun menangis. Woodruff lantas berkata agar kedua anak itu menghubungi kekasih ibunya.

"Mama akan masuk penjara," ujar ibu hamil itu kepada anak-anaknya.

Sebelum melakukan penangkapan, polisi disebut menggunakan software pengenal wajah untuk mencocokkan foto Woodruff dengan seorang tersangka perampokan mobil. Foto Woodruff yang dipakai adalah foto lawas saat dia ditahan karena mengemudi dengan SIM yang kedaluwarsa, delapan tahun lalu.

Detektif yang menangani kasus ini kemudian mengajukan sejumlah pertanyaan ke Woodruff, termasuk soal apakah dia mengenal orang tertentu atau sering mengunjungi pom bensin yang terkait dengan perampokan.

Detektif itu juga berkata bahwa korban perampokan tidak menggambarkan perampok sebagai wanita hamil. Kendati begitu, detektif tersebut tetap membawa Woodruff ke sel.

Karena merasa menjadi korban salah tangkap, Woodruff mengajukan gugatan ke pengadilan setempat.

"Teknologi pengenal wajah sudah lama dikenal memiliki kelemahan dan tidak bisa diandalkan, terutama ketika mencoba mengidentifikasi orang kulit hitam seperti Porcha Woodruff," demikian keterangan dalam gugatan itu, dihimpun KompasTekno dari Washington Post, Rabu (9/8/2023).

"Perlu dipahami bahwa pengenal wajah saja tidak cukup dijadikan sebagai kemungkinan alasan penangkapan," lanjut keterangan itu.

Setelah mengajukan gugatan itu, pada akhirnya kasus Woodruff dibatalkan pada Maret lalu. Namun tindakan itu diklaim membuat wanita hamil tersebut cemas, depresi hingga stres tinggi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat