Ketika Eropa Melawan Dominasi Bisnis Iklan Google...
- Selama ini, Google menjadi salah satu pemain besar yang mendominasi pasar iklan online global. Bahkan, bisnis iklan ini menjadi sumber utama pendapatan Google. Hal ini pun mendorong Uni Eropa mengawasi bisnis iklan Google.
Kini, pengawas antimonopoli Uni Eropa telah mengirim surat ke Google. Surat tersebut berisi pandangan Uni Eropa yang menilai Google telah melanggar aturan antimonopoli Uni Eropa dengan mendistorsi persaingan di industri teknologi periklanan (adtech).
Saat ini, Uni Eropa memang belum menjatuhi hukuman denda kepada Google. Namun, Uni Eropa telah menyampaikan keinginannya agar Alphabet (induk Google) menjual sebagian dari bisnis iklan online-nya.
"Hanya divestasi sebagian layanan (iklan online Google) yang akan mengatasi masalah persaingan ini," kata Komisi Eropa di situs resminya.
Seorang juru bicara Google mengatakan perusahaan akan menentang tuntutan untuk mendivestasi bisnis iklan online ataupun hengkang dari pasar Uni Eropa, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Yahoo Finance, Rabu (21/6/2023).
Baca juga: Pendapatan Iklan YouTube Turun, Gara-gara TikTok?
Ekosistem iklan Google dinilai matikan persaingan
Pengawas antimonopoli Uni Eropa menemukan bahwa Google menyalahgunakan dominasinya di pasar iklan online.
Dalam menjalankan bisnis iklan online, Google memiliki server iklan sendiri bernama DFP. Lalu, Google juga punya platform pengelolaan iklan bernama Google Ad Manager.
Berdasarkan keterangan di laman resminya, Google Ad Manager mendukung beberapa jaringan atau bursa iklan, meliputi AdSense (YouTube), AdX milik Google sendiri, serta jaringan iklan pihak ketiga dan bursa iklan pihak ketiga lainnya.
Nah, menurut hasil investigasi Pengawas Antimonopoli Uni Eropa, server iklan Google ini (DFP) ternyata memberikan perlakuan istimewa pada pengguna layanan AdX untuk menjual "impression" dan ruang iklan mereka ke pengiklan.
Alhasil, perlakuan istimewa tersbut dinilai merugikan para pesaing Google di industri iklan online global.
Komisi Uni Eropa pun khawatir bahwa tindakan Google yang diduga sengaja memberi AdX keunggulan kompetitif, mungkin telah mematikan persaingan di pertukaran iklan.
"Hal ini akan memperkuat peran sentral AdX Google dalam rantai pasokan teknologi iklan dan memberikan kemampuan Google untuk membebankan biaya tinggi untuk layanannya," tulis Uni Eropa.
Baca juga: Terbukti Bersalah Lagi, Google Didenda Rp 594 Miliar
AS juga incar Google soal monopoli iklan
Praktik ini dinilai membuat situs web dan pengiklan yang memakai alat iklan lain dirugikan. Di sisi lain, praktik ini juga dinilai menyudutkan kompetitor karena berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan.
Baca juga: Ogah Bayar, Meta dan Google Pilih Blokir Konten Berita di Kanada
Selain itu, berbagai akuisisi yang dilakukan Google juga dinilai memungkinkan perusahaan menghilangkan kompetitor, sehingga memaksa perusahaan lain untuk memakai alat periklanan Google.
Terkini Lainnya
- Laptop Asus Zenbook S 14 Sudah Bisa Dipesan di Indonesia, Ini Harganya
- Twilio Luncurkan Layanan RCS Messaging dan Panggilan WhatsApp Business di Indonesia
- Viral Video GPU Nvidia GeForce RTX 5000 Diproduksi di Pabrik di Indonesia, Benarkah?
- Apple Rilis Mac Mini dengan Chip M4 dan M4 Pro, Lebih Ringkas, Ringan, dan Pintar
- Xiaomi Umumkan Antarmuka HyperOS 2, Ini Fitur Barunya
- Apple Rilis Chip M4 Pro, Bawa "Core" Lebih Banyak dan Lebih Ngebut
- Tablet Xiaomi Pad 7 dan Pad 7 Pro Resmi, Punya Layar 3.2K dan Refresh Rate 144 Hz
- Xiaomi 15 Pro Resmi, Smartphone Flagship dengan Kamera Periskop 5x
- Xiaomi 15 Resmi Dirilis, Smartphone Pertama dengan Chip Snapdragon 8 Elite
- Smartwatch Ini Pakai Teknologi Apple, Didenda Rp 4 Juta
- Banyak Orang Punya Second Account di Media Sosial, Kenapa?
- Fitur Baru WhatsApp, Ada Tombol Zoom Kamera di Dalam Aplikasi Langsung
- Game "Call of Duty: Black Ops 6" Sukses di Steam, Lewati PUBG dan GTA V
- 7 Momen di Final MPL S14: dari Rekor "Peak Viewers" hingga Debut "Widy" Jadi MVP
- 178 HP Xiaomi, Redmi dan Poco yang Tidak Dapat Update OS Lagi
- Instagram Channel Resmi di Indonesia, Ini Cara Membuatnya
- ExpertBook P1412 Kantongi TKDN 25 Persen, Laptop Pertama Asus Rakitan Indonesia
- [POPULER TEKNO] - Eropa Bakal Wajibkan HP Pakai Baterai Lepas-Pasang | Game RP Lagi Viral di TikTok, Apa Itu?
- Asus Kini Incar Laptop Segmen Bisnis di Indonesia
- Samsung Punya TV Neo QLED 8K Baru, Ini Deretan Keunggulannya