cpu-data.info

Google Gagalkan Serangan DDoS Terbesar Sepanjang Sejarah, Indonesia Salah Satu "Dalang"

Ilustrasi hacker
Lihat Foto

- Google mengeklaim telah menggagalkan serangan siber dengan modus distributed denial of service (DDoS) HTTPS terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah Google.

Alamat Internet Protocol atau IP address yang berasal dari Indonesia ditemukan sebagai salah satu IP address penyerang terbanyak dari kasus ini.

DDoS adalah teknik membanjiri situs web dengan trafik palsu dari komputer yang terinfeksi “bot”. Sehingga situs web lemot, tak bisa diakses oleh pengunjung, dan menyebabkan overload server.

Dalam situs resmi, Google mengungkapkan bahwa terjadi serangan DDoS pada 1 Juni 2023 yang menargetkan pelanggan layanan Google Cloud Armor dengan puncak serangan mencapai 46 juta requests per second (rps).

Baca juga: Tragedi Peretasan Terbesar Google Diangkat dalam Serial Dokumenter

Serangan tersebut 76 persen lebih besar dari rekor serangan DDoS yang terakhir tercatat oleh Google. Google pun menyebut, serangan DDoS ini sebagai rekor serangan terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah keberadaan Google.

Google memberi gambaran seberapa besar serangan DDoS yang mencapai 46 juta rps tadi. Menurut Google, serangan tersebut sama saja seperti menerima semua permintaan akses harian ke situs Wikipedia, namun hanya dalam kurun waktu 10 detik saja.

Menurut data Visual Capitalist 2022, Wikipedia merupakan situs ke-7 paling banyak dikunjungi di dunia, dengan trafik bulanan sebesar 4,8 miliar.

Setelah dianalisis, Google menemukan ada 5.256 IP address dari 132 negara yang menjadi "dalang" di balik serangan DDoS masif tersebut.

Baca juga: Mengenal Juice Jacking, Modus Baru Peretasan yang Marak di Fasilitas Pengecasan Umum

Adapun empat negara teratas yang berkontribusi pada serangan tersebut, secara berturut-turut adalah Brasil, India, Rusia, dan Indonesia. IP Address dari keempat negara itu menyumbang sekitar 31 persen dari total trafik serangan.

Google mengatakan telah berhasil menggagalkan serangan tersebut berkat layanan Google Cloud Armor.

Layanan ini diklaim bisa melindungi pengguna dengan cara mencegat permintaan trafik tidak wajar dari IP address pengunjung. Sehingga, permintaan trafik berlebihan, dalam kasus ini serangan DDoS, akan lebih dulu tertahan dan gagal menyerang situs pengguna.

Google melihat, saat ini, serangan dengan modus DDoS berbahaya telah meningkat tajam hingga 203 persen dibandingkan dengan enam bulan pertama 2021, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari blog Google Cloud, Rabu (7/6/2023).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat