cpu-data.info

19 Perusahaan Teknologi Indonesia yang Lakukan PHK Massal Sepanjang 2022

Ilustrasi PHK karyawan, kompensasi PHK.
Lihat Foto

- Di tahun 2022, kondisi ekonomi makro dunia masih terseok akibat pandemi dan konflik geo-politik. Kondisi itu membuat banyak perusahaan dunia tertekan, sehingga melakukan beberapa upaya untuk bertahan. Salah satunya dengan pemangkasan karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Bukan cuma perusahaan teknologi dunia yang melakukan PHK massal, namun juga perusahaan teknologi di Indonesia. Ada beberapa perusahaan rintisan (startup) di Indonesia yang melakukan PHK massal.

Terbaru adalah JD.ID yang mengumumkan PHK terhadap sejumlah karyawannya awal Desember lalu. Pemutusan hubungan kerja tersebut merupakan yang kedua kalinya di tahun 2022, sebelumnya JD.ID telah melakukan PHK pada Mei lalu.

Baca juga: 4 Startup di Indonesia yang PHK Karyawan dalam Sebulan Terakhir

Selain JD.ID, ada startup Indonesia lainnya yang juga terpaksa melakukan PHK massal demi menyeimbangkan bisnis mereka. Setidaknya, KompasTekno mencatat 19 perusahaan atau startup Indonesia di bidang teknologi yang melakukan PHK massal, berikut daftarnya.

Perusahaan teknologi Indonesia yang lakukan PHK massal di tahun 2022

1. SiCepat

Perusahaan yang bergerak di bidang layanan pengiriman barang, PT SiCepat Eskpress melakukan PHK terhadap sekitar 360 karyawannya pada Maret 2022. Chief Marketing Officer SiCepat Wiwin Dewi Herawati menyampaikan bahwa perusahaan akan bertanggungjawab memberikan kompensasi.

Tidak dirinci berapa kompensasi yang diberikan, tetapi setiap karyawan akan menerima pesangon sesuai dengan masa kerjanya di perusahaan, mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku.

Kendati begitu, alasan pemutusan hubungan kerja ini tidak diungkap secara jelas oleh perusahaan. SiCepat hanya memberikan pernyataan bahwa PHK dilakukan terhadap sejumlah karyawan yang tidak memenuhi key performance index (KPI) yang sudah ditentukan.

2. LinkAja

PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau dikenal LinkAja harus melakukan penyesuaian bisnis dengan melakukan PHK kepada ratursan karyawannya. Tetapi, jumlah pasti dari karyawan yang terimbas PHK tidak dirinci lebih lanjut.

“Perubahan merupakan sesuatu yang secara konstan terjadi dalam perusahaan yang sedang terus bertumbuh. Penyesuaian dalam perusahaan juga tentunya akan terus terjadi,” ujar Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo, seperti dilansir dari Kontan.co.id.

“Sebagai sebuah perusahaan startup yang terus berkembang pesat, LinkAja diharapkan terus bisa agile dan adaptif dalam melakukan penyesuaian bisnis untuk memastikan pertumbuhan perusahaan yang sehat, positif dan optimal,” tambah Reka.

Baca juga: Cara Transfer Saldo LinkAja ke Rekening Bank

3. Zenius

Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi edukasi (edutech), Zenius, memangkas jumlah karyawannya sebanyak 24 persen atau lebih dari 200 karyawan. PHK ini dilakukan pertengahan tahun, tepatnya 25 Mei 2022.

Zenius memaparkan bahwa PHK dilakukan karena perusahaan sedang menghadapi kondisi dari makro ekonomi yang buruk. Maka dari itu, sejumlah adaptasi harus dilakukan, yakni dengan mengevaluasi ulang fokus perusahaan dan berimbas pada PHK karyawan.

“Untuk beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang memengaruhi industri, Zenius perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan. Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan Zenius," jelas perusahaan.

4. Mobile Premiere League

Para gamer mungkin sudah tidak asing dengan nama perusahaan ini. Platform game dan turnamen Mobile Premiere League (MPL) telah menutup operasional dan memangkas jumlah karyawannya di Indonesia.

Informasi ini disampaikan langsung melalui unggahan di Instagram MPL dengan handle @mpl_id yang diunggah pada 30 Mei 2022 lalu.

“MPL Indonesia sudah tidak beroperasi dan menerima pengguna baru saat ini. Terima kasih atas dukungan dan perhatiannya," tulis MPL di Instagram beberapa waktu lalu.

MPL sendiri merupakan perusahaan asal India yang sudah dikenal secara global di sejumlah negara seperti Asia Pasifik, Amerika Serikat, hingga Eropa.

5. Lummo

Startup penyedia layanan perangkat lunak business to consumer (B2C) melakukan pemangkasan karyawan di Jakarta dan India. Pekerja yang terdampak sekitar 100 hingga 120 karyawan.

Divisi yang dipangkas adalah divisi teknis, desain, dan produk. Sebelumnya, perusahaan ini dikenal dengan nama BukuKas.

Baca juga: Profil Lummo dan Ula, 2 Startup Indonesia yang Dapat Modal dari Pemilik Amazon

6. Pahamify

PT Pahami Cipta Edukasi, Pahamify, memutuskan untuk memotong jumlah karyawannya di tengah kondisi makro ekonomi yang tidak menentu.

Dikarenakan bisnis yang dijalankan tidak dapat menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang, Pahamify pun akhirnya membubarkan diri pada Juni 2022 lalu.

7. Tanihub

Perusahaan dibidang pertanian, Tanihub, memangkas sejumlah karyawannya dan menghentikan operasional dua pergudangannya di Bandung dan Bali. Bhisma Adinaya selaku Senior Coorporate Communication Manager Tanibub menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan saat ini adalah ingin mempertajam fokus bisnis.

Fokus bisnis yang dimaksud adalah meningkatkan pertumbuhan dengan kegiatan business to business (B2B). Misalnya pertumbuhan hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta mitra strategis.

8. Shopee Indonesia

Shopee melakukan PHK massal terhadap sejumlah karyawan di Indonesia. Namun, jumlah dari karyawan yang terdampak PHK ini tidak diungkap perusahaan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat