Ekonomi Digital Asia Tenggara Diprediksi Tembus Rp 3.111 Triliun pada 2022
- Ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara pada 2022 ini diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat.
Menurut laporan terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company, total nilai transaksi digital di Asia Tenggara akan mencapai 200 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.111 triliun (kurs Rp 15.527) pada akhir tahun ini.
Awalnya, nilai transaksi digital di kawasan ini diprediksi baru akan mencapai angka tersebut pada 2025 mendatang.
Pada 2016 lalu, Google memprediksi bahwa ekonomi digital di enam wilayah utama Asia Tenggara bakal menyentuh angka 200 miliar dollar AS (Rp 3.112 triliun) pada 2025 mendatang. Namun, angka tersebut sudah nyaris tercapai pada 2022 ini.
Enam wilayah utama yang dimaksud terdiri dari negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Baca juga: Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Capai Rp 2.139 Triliun pada 2025
Total transaksi tersebut tumbuh sebesar 20 persen dibanding tahun sebelumnya, yaitu 161 miliar dollar AS (Rp 2.505 triliun).
Adapun pada 2022 ini, jumlah pengguna internet di wilayah Asia Tenggara bertambah 20 juta pengguna baru. Total jumlah pengguna internet di Asia Tenggara kini menjadi 460 juta pengguna.
Faktor pendorong pertumbuhan
Angka Gross Merchandise Value (GMV) dilaporkan tumbuh 16 persen menjadi 131 milliar dollar AS (Rp 2.038 triliun) pada 2022.
GMV sendiri merupakan akumulasi dari nilai pembelian yang dilakukan oleh pengguna melalui situs atau aplikasi dalam periode tertentu.
Dalam laporan yang sama, kemungkinan besar sektor pengiriman makanan dan media online akan pulih lebih cepat seperti sebelum pandemi, sedangkan pemulihan untuk sektor transportasi akan memakan waktu.
Sektor lainnya seperti layanan keuangan digital, termasuk pembayaran, pengiriman uang, pinjaman, investasi, hingga asuransi mengalami pertumbuhan yang positif dari 2021 hingga 2022.
Di antara semua layanan tersebut, asuransi menjadi layanan dengan pertumbuhan paling tinggi, yaitu sebesar 31 persen year-on-year. Pertumbuhan tertinggi kedua disusul oleh layanan pinjaman, sebesar 25 persen dari periode yang sama tahun lalu.
“Karena kami sudah (beralih) ke pasca-pandemi, mobilitas di tempat-tempat ritel sebenarnya sudah melampaui (target saat) sebelum pandemi di beberapa negara,” ujar wakil presiden Google Asia Tenggara, Stephani Davis, dikutip KompasTekno dari CNBC, Senin (31/10/2022).
Baca juga: Bisnis Telko Bergeser ke Ekonomi Digital
“Dengan ekonomi digital yang tumbuh 20 persen, hal ini menandakan bahwa peralihan selama pandemi akan tetap ada. Beberapa kebiasaan baru tersebut telah terbentuk,” tambah Davis.
Terkini Lainnya
- Jelang Galaxy S25 Rilis, Ini Harga Samsung S24 Terbaru di Indonesia
- Waspada, Ini Dia Daftar Pola Password yang Rentan Diretas
- Arti Kata Cenblu yang Ramai di X Twitter
- Empat Produk Baru Oppo, HP Reno 13 5G, 13F 5G, 13F 4G, dan TWS Enco Air 4
- Apple Mac Mini dengan Chip M4 dan M4 Pro Resmi di Indonesia, Ini Harganya
- Inovasi Baru Hybrid VOX Hadirkan Format Iklan AI yang Relevan dan Efektif
- HP Realme Note 60x Resmi di Indonesia, HP Tangguh Harga Rp 1 Jutaan
- Xiaomi Vendor Smartphone Paling Tumbuh pada 2024
- Ponsel Lipat ZTE Nubia Flip 2 Meluncur dengan Cover Screen Jumbo
- iPhone 17 Series dan iPhone SE 4 Bakal Lebih Mahal?
- Roket Starship Elon Musk Meledak, Puing-puing Berjatuhan di Angkasa
- 5 Merek Ponsel Terlaris di Dunia 2024 Versi IDC
- Baterai Oppo Reno 13 5G Diklaim Tahan Main Mobile Legends 8 Jam Non-stop
- TikTok Terancam Tutup, Warga AS Ramai-ramai Belajar Mandarin di Duolingo
- Tanda-tanda Google Search Mulai Ditinggalkan
- Tanda-tanda Redmi Note 12 Segera Masuk Indonesia
- Festival Game DG Con 2022 Gratis untuk Umum, Ada Talk Show hingga Turnamen E-sports Free Fire
- Proyeksi Bisnis Suram, Intel PHK Karyawan
- Fitur Anti "Cepu" WhatsApp Sudah Bisa Dicoba, Pesan Rahasia Makin Aman
- Mantan Bos Windows Phone Mengundurkan Diri dari Microsoft