cpu-data.info

Mantan Karyawan Tuding Twitter Abaikan Keamanan dan Privasi Pengguna

Ilustrasi Twitter.
Lihat Foto

- Setelah kabar kebocoran data Juli lalu, kini Twitter kembali diterpa kabar miring. Kali ini, Twitter dituduh telah abai terhadap masalah privasi dan keamanan pengguna, serta moderasi konten di platformnya.

Alih-alih meningkatkan keamanan, privasi, dan moderasi, Twitter disebut lebih memprioritaskan pertumbuhan pengguna hariannya.

Tuduhan itu datang dari Peiter "Mudge" Zatko, mantan kepala keamanan Twitter. Zatko pertama kali bergabung di Twitter pada 2020 di bawah kepemimpinan Jack Dorsey. 

Lalu, ia dipecat di bawah kepemimpinan baru CEO Twitter Parag Agrawal. Setelah dipecat, Zatko memilih menjadi whistleblower, yakni orang yang melaporkan tindak pidana dari suatu pihak.

Baca juga: Twitter Tambal Celah Keamanan yang Bikin Data 5,4 Juta Akun Bocor

Dalam kasus ini, Zatko melaporkan Twitter yang dinilai abai terhadap masalah keamanan, privasi, dan moderasi konten di platformnya.

Zatko menjadi whistleblower Twitter dengan cara menuliskan dokumen pengaduan setebal 84 lembar ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), Departemen Kehakiman, dan Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC).

Isi tuduhan Zatko ke Twitter

Dalam dokumen itu, Zatko mengemukakan sejumlah tuduhan terhadap Twitter. Pertama, menurut dokumen pengaduan, eksekutif Twitter disebut menyembunyikan berita buruk soal keamanan dan privasi Twitter, alih-alih mencoba menyelesaikannya.

Twitter dituduh memprioritaskan pertumbuhan pengguna harian di atas kesehatan dan integritas platform.

Kedua, Zatko menuduh Twitter memiliki tingkat insiden keamanan yang tinggi. Dia mengungkapkan bahwa karyawan Twitter telah menonaktifkan pembaruan keamanan dan software pada perangkat mereka. Zatki juga mengatakan bahwa staf Twitter terlalu banyak memiliki akses ke data pengguna.

Baca juga: Elon Musk Masih Mau Beli Twitter, tapi Ada Satu Syarat

Ketiga, tuduhan terkait adanya banyak masalah keamanan dan privasi di Twitter.

"Ada beberapa eksposur dan kerentanan pada skala insiden 2020 yang menunggu untuk ditemukan. Dan dikhawatirkan Twitter dapat mengalami peretasan seperti Equifax." begitu kutipan dokumen pengaduan tersebut.

Pada tahun 2017, perusahaan pelaporan kredit Equifax mengumumkan pelanggaran data besar yang berdampak pada 148 juta orang Amerika.

Zatko disebut telah mencoba membawa masalah keamanan dan privasi Twitter ke eksekutif Twitter pada 2021. Namun, alih-alih dukungan, Zatko disebut malah menerima tekanan keras, terutama dari Parag Agrawal yang sekarang jadi CEO Twitter.

Baca juga: Elon Musk Tantang CEO Twitter Debat Publik soal Jumlah Akun Spam

Agrawal adalah Chief Technology Officer Twitter sebelum dia dipromosikan dan dokumen itu mencatat bahwa "masalah Twitter telah berkembang di bawah pengawasan Agrawal."

Tak hanya itu, dalam dokumen pengaduannya, Zatko menuduh Twitter melanggar kesepakatan mereka dengan komisi perdagangan federal AS (FTC) yang disepakati 11 tahun lalu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat