cpu-data.info

Alibaba dan Baidu Terancam Ditendang dari Bursa Saham AS

Ilustrasi Alibaba
Lihat Foto

- Alibaba Group, Baidu dan JD.com masuk ke dalam daftar perusahaan yang terancam didepak dari bursa saham Amerika Serikat (AS).

Keputusan ini ditentukan menyusul pengawasan ketat dari Komisi Sekuritas dan Bursa (SE) terhadap perusahaan yang berbasis di China dan Hongkong.

Daftar yang keluar pada Mei lalu mencakup sebanyak 300 perusahaan China dan Hongkong yang tercatat di bursa AS. Daftar tersebut juga mencatat beberapa perusahaan milik negara atau semacam BUMN China, seperti PetroChina dan China Life Insurance. Adapun Alibaba Group baru ditambahkan per 29 Juli.

Perusahaan yang masuk dalam daftar itu terancam dihapus dari bursa, jika pemerintah China dan AS gagal bersepakat soal praktik audit perusahaan yang berlaku di AS.

Baca juga: Profil Jack Ma, Pendiri Marketplace Alibaba yang Ternyata Gaptek

Lima perusahaan China kini bahkan menyatakan akan keluar dari bursa saham (delisting) New York Stock Exchange (NYSE). Penyebabnya diklaim adalah meningkatnya ketegangan diplomatik dan ekonomi antara China dengan Amerika Serikat (AS).

Kelima perusahaan itu yakni China Life Insurance, perusahaan minyak Sinopec Shanghai Petrochemical, Aluminium Corporation of China (Chalco), PetroChina, dan China Petroleum & Chemical. 

PetroChina dan Sinopec dalam pernyataan perusahaan mengatakan, pihaknya akan mengajukan delisting American Depository Shares (saham perusahaan non-AS yang dikelola bank penyimpanan AS dan bisa dibeli investor AS) dari NYSE mulai akhir bulan ini.

China ogah diaudit

Kelima perusahaan yang mengajukan delisting itu pada Mei lalu diidentifikasi tidak memenuhi standar audit regulator AS.

China sendiri tidak mengizinkan audit perusahaannya dengan alasan keamanan dan kerahasiaan nasional. Praktik ini bahkan menjadi bagian dari perselisihan antara China dengan AS selama dua dekade.

Jika perusahaan China enggan mematuhi aturan AS dengan menolak audit, mereka akan didepak dari negeri Paman Sam tersebut. Adapun kelima perusahaan China yang memutuskan hengkang dari bursa saham AS kali ini disebut merupakan keputusan sukarela, bukan desakan dari pemerintah.

Baca juga: Baidu Siap Lawan Google Jika Dragonfly Masuk China

"Perusahaan-perusahaan ini sudah mematuhi aturan dan persyaratan pasar modal AS sejak listing di AS dan membuat pilihan delisting untuk pertimbangan bisnis mereka sendiri," kata Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) dalam pernyataan yang dikutip Kompastekno dari Nikkei Asia, Selasa (16/8/2022).

Lain dengan lima perusahaan tersebut, Alibaba pada Juli lalu menyatakan menyatakan akan mencoba mempertahankan sahamnya di NYSE dan bursa saham Hongkong.

Sebab, perusahaan bikinan Jack Ma ini juga menyatakan sedang berupaya mendaftarkan saham di bursa utama Hongkong.

Dengan demikian, peralihan saham bisa membantu perusahaan mendapatkan lebih banyak investor China dan menjadi percontohan bagi perusahaan China lainnya jika benar-benar dihapus dari bursa AS.

Terancam didepak tahun depan

Dihimpun KompasTekno dari Bloomberg, Kongres AS sedang mempertimbangkan undang-undang yang bisa mempercepat tenggat penghapusan emiten China paling cepat tahun 2023. Dengan demikian, kedua negara didesak untuk segera menempuh kesepakatan.

Namun Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) menolak memberikan rincian tenggat kesepakatan tersebut dan hanya menegaskan bahwa kesekatan China-AS harus segera dicapai.

Baca juga: Dituding Monopoli, Alibaba Didenda Rp 40,9 Triliun

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat