cpu-data.info

Baidu Siap Lawan Google Jika "Dragonfly" Masuk China

PERAMBAN TIONGKOK -- Meski Tiongkok memblokir semua situs ternama produk luar negeri mereka, termasuk Google, namun Negeri Tirai Bambu ini mimiliki peramban (browser) buatan sendiri yang tak kalah cepat dan lengkap, yakni Baidu. Di peramban paling populer di Tiongkok ini, fitur semacam Wikipedia sudah terpasang di dalamnya. (KOMPAS/PEPIH NUGRAHA)
Lihat Foto

- Perusahaan teknologi raksasa asal China, Baidu siap memasang kuda-kuda jika Google kembali lagi ke China. Sikap tersebut diutarakan CEO Baidu, Robin Li melalui akun WeChat miliknya.

"Google memutuskan untuk kembali ke China, kami sangat percaya diri, kami bisa menantang dan menang kembali," ujarnya.

Beberapa waktu lalu memang tersiar kabar jika Google berniat masuk ke China lagi setelah diblokir 2010. Google akan memboyong proyek berjuluk "Dragonfly".

Dragonfly merupakan mesin pencarian yang akan dilengkapi alat sensor kata-kata sensitif. Google juga disebut akan membawa layanan komputasi awan.

Baca juga: Google Siapkan Mesin Pencari Khusus untuk China

Pernyataan Li bukan tanpa alasan. Pasalnya, Baidu, yang kerap disebut Google-nya China ini memang berkecimpung dalam ranah bisnis yang sama dengan raksasa Silicon Valley itu.

Keduanya sama-sama menawarkan layanan mesin pencarian, komputasi awan, mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan juga mengembangkan hardware.

Rencana kehadiran Google di Negeri Tirai Bambung dianggap menjadi ancaman bagi Baidu. Li sendiri mengungkapkan, sepeninggal Google, pertumbuhan bisnis Baidu semakin kuat di daratan China. Setelah Google hengkang, Baidu menyerap lebih dari 70 persen pasar China.

"Perusahaan teknologi China telah mengambil alih...Seluruh dunia meniru China," lanjutnya.

Jika usaha Google masuk ke China terwujud, agaknya Baidu benar-benar harus pasang badan. Sebab dalam sebuah polling yang digelar di situs Weibo, Baidu kalah telak dari Google.

Sebanyak 85,7 persen pemilih condong memilih Google ketimbang Baidu yang hanya memperoleh suara 6,6 persen.

Beberapa orang juga mengomentari kiriman Li dengan mengatakan bahwa akan mencopot aplikasi Baidu dan pindah ke Google.

Dirangkum KompasTekno dari The Verge, Jumat (10/8/2018), ketika Google masih ada di China, hasil pencarian selalu berbeda dengan Baidu.

Baca juga: Bus Tanpa Sopir Buatan Baidu Mengaspal 2019

Hasil pencarian Google disebut jauh lebih akurat dan minim sensor. Kabar Google akan kembali ke China langsung berdampak pada saham Baidu. Dilaporkan, saham Baidu langsung anjlok 7,7 persen.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat