cpu-data.info

Industri Telekomunikasi Stagnan: Kolaborasi atau Mati

Ilustrasi merger.
Lihat Foto

Tahun 1914, DuPont, perusahaan industri kimia yang usianya kala itu sudah lebih dari 17 tahun tiba-tiba menginvestasikan sebagian keuangannya kepada perusahaan industri otomotif, General Motors (GM). Padahal usia GM baru enam tahun.

Bukan tanpa alasan DuPont yang bermarkas di Dellaware Amerika membuat keputusan tersebut. Di satu sisi, pertumbuhan pasar otomotif sedang maju pesat. Di sisi lain, DuPont juga memasuki industri otomotif lewat produk-produknya seperti cat, kulit sintetis,sampai plastik.

DuPont maju pesat dan masih perkasa sampai sekarang, menyentuh beberapa material berbasis kimiawi seperti serat kevlar, styrofoam, nomex, tyvex yang kian tinggi pasarnya. Tahun 2020, pendapatan DuPont masih lebih dari 20 ribu miliar dolar.

Bagaimanapun, strategi investasi menjadi hal lumrah bagi perusahaan besar. Mereka dituntut bertahan secara finansial, tidak terjebak pada hanya mengembangkan pasar eksisnya.

Kerajaan produk kecantikan L’Oreal memiliki BOLD (Business Opportunity L’Oreal Development) yang adalah lembaga venture. BOLD menjaring start up yang terkait seluruh mata rantai dengan bisnis utamanya, Johnson&Johnson, Siemens AG, Intel, Tenzen, dan banyak lagi. Sampai 2017 saja sudah tercatat tak kurang dari 1.000 perusahaan besar membuka investasi untuk usaha rintisan.

Pada industri telekomunikasi, pasar eksis sudah nyaris tidak tumbuh. Jika sebuah perusahaan telekomunikasi masih menawarkan layanan jaringan dan solusinya, secara tidak langsung mereka sebenarnya tengah melakukan survival game.

Tidak diketahui, sampai kapan situasi ini akan berlangsung. Jika tidak secepatnya keluar dari pertarungan konvensional yang sudah terukur keuntungannya (atau bahkan kerugiannya), cepat atau lambat habis di tengah jalan.

Relevan dengan bisnis induk

Situasi seperti ini sudah diendus oleh NTT DoCoMo, operator telekomunikasi terbesar di Jepang. Mereka segera berekspansi dengan mengguyurkan investasi sejak 2008.
NTT DoCoMo Ventures kini memayungi ratusan usaha rintisan. Prinsip kerja bisnis modal ventura ini adalah investasi, kolaborasi dan inkubasi, dan investasi DoCoMo bernilai 3-4 juta dolar ke setiap mereka.

Hal sama juga dilakukan oleh China Mobile sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di China yang menggelontorkan miliaran dolar. Terakhir, Desember 2021, China Mobile Venture membidik perusahaan pemroduksi baterai untuk kendaraan di China dengan kucuran 890 juta dolar.

Perusahaan telekomunikasi melakukan penjajakan yang relevan dengan bisnis induknya. Sebuah studi yang dilaporkan Science Direct tentang fenomena korporasi besar menjadi venture mencatat ada empat tujuan.

Di antaranya peningkatan teknologi dan produktivitas, pertumbuhan ekonomi yang cepat ditunjukkan oleh perusahaan rintisan, dan intensitas pengembangan bisnis yang cepat. Faktor terakhir adalah kepentingan nasional khususnya bagi startup yang dianggap sebagai aset.

Mengacu pada tujuan itu, mustahil perusahaan telekomunikasi hanya mengutamakan faktor capital gain (keuntungan berupa uang) semata. Perusahaan modal ventura memiliki rencana lebih panjang dibanding sekadar mendapatkan dividen setiap tahun.

Upaya yang dilakukan oleh Telkomsel sebagai anak perusahaan PT Telkom menginvestasikan 450 juta dolar pada November 2020 merujuk pada minimal empat tujuan tersebut.

Telkomsel adalah perusahaan telekomunikasi yang harus melakukan pemutakhiran teknologi dan yang paling produktif adalah di sektor digital, tempat GoTo ada berada dengan segala layanannya. Produktivitas GoTo sangat mengandalkan akses internet agar seluruh produk teknologi digitalnya berjalan optimal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat