Harga Bitcoin Anjlok 12 Persen, Terendah dalam 18 Bulan Terakhir
- Harga Bitcoin anjlok ke level terendah dalam 18 bulan pada perdagangan kripto di Asia, Senin (13/6).
Menurut Bloomberg, penyebabnya adalah data inflasi Amerika Serikat pada Jumat (10/6/2022) yang menggegerkan pasar, sehingga berdampak pada pasar kripto.
Harga Bitcoin merosot 12 persen menjadi 23.981 dollar AS (Rp 353 juta) per keping koin. Harga tersebut tercatat paling rendah sejak Desember 2020 lalu, atau 18 bulan terakhir.
Tak hanya Bitcoin, harga kripto lainnya juga merosot, karena aksi jual kripto yang berlanjut. Ethereum misalnya yang menjadi kripto terbesar kedua setelah Bitcoin, harganya turun 20 persen ke level terendah sejak Januari 2021.
Baca juga: Harga Bitcoin hingga Terra Luna dkk Terus Merosot, Ini Penyebabnya
Penurunan harga Ethereum menyusul pengumuman dari pengembang yang memutuskan untuk menunda implementasi "difficulty bomb", yaitu cara untuk meningkatkan jaringan ethereum dari sistem proof-of-work ke proof-of-stake.
Harga Avalanche, Solada, dan Dogecoin turut anjlok hingga 20 persen. Akibatnya, total kapitalisasi pasar kripto pada Senin pagi waktu AS tercatat senilai 1,02 triliun dollar AS. Padahal pada November 2021, kapitalisasi pasar kripto mencapai 3 triliun dollar AS.
Harga kripto juga diprediksi anjlok lagi jika harga Ethereum terus susut hingga harga 1.200 dollar AS (Rp 17,7 juta).
"Jika Ethereum terus turun sampai 1.200 dollar AS, prospek altcoin lainnya jadi lebih suram," kata Antoni Trenchev, salah satu founder dan Managing Partner pinjaman kripto, Nexo.
Baca juga: Mengenal Do Kwon, Sosok di Balik Terra Luna yang Disebut Elizabeth Holmes-nya Kripto
Inflasi AS tembus 8,6 persen
Dirangkum KompasTekno dari Business Insider, Selasa (14/6/2022), inflasi AS naik hingga 8,6 persen pada Mei tahun ini, tertinggi sejak Desember 1981. Angka ini melebihi prediksi ekonom bulan lalu yang menaksir inflasi mencapai 8,3 persen akibat tingginya harga makanan dan energi.
Kondisi ini juga mendorong bank sentral AS, The Fed untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih agresif.
The Fed ditaksir akan menaikan suku bunga acuan setengah poin menjadi 1,5 persen, setelah pertemuan yang bakal digelar Rabu (15/6/2022).
Pada Mei lalu, The Fed juga sudah menaikan suku bunga setengah poin. Naiknya suku bunga ini dinilai mendorong sejumlah investor melakukan aksi jual kripto dengan mengalihkan kepemilikannya ke aset yang lebih jelas ketimbang kripto.
Praktik tersebut menurut CoinMarketCap, telah memangkas lebih dari seperempat miliar dollar AS dari total nilai pasar kripto.
Terkini Lainnya
- Cara Login Akun BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO di HP Android dan iPhone
- Sony Mulai Jual Konsol PlayStation 5 Versi Refurbished, Hemat Rp 1 Jutaan
- Google Menang Gugatan di Uni Eropa, Batal Bayar Denda Rp 25 Triliun
- Cara Cek Aktivitas Login Akun Instagram biar Aman
- Mengenal Sehat Sutardja, Pionir di Balik Kesuksesan Marvell Technology
- Advan 360 Stylus Pro Resmi di Indonesia, Laptop Convertible Harga Rp 7 Juta
- HP Realme 13 Pro 5G dan 13 Pro Plus 5G Resmi di Indonesia, Harga Rp 6 Jutaan
- Cara Bikin Ikon Aplikasi iPhone di iOS 18 Jadi Menarik, Warna dan Ukurannya Bisa Diganti
- Pionir Semikonduktor Modern Sehat Sutardja Meninggal Dunia
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel? Ini Dia Langkah-langkahnya
- Mirip TikTok Shop, YouTube Shopping Juga Bisa buat Jualan dan Belanja
- Bikin Video YouTube Shorts Sekarang Lebih Praktis, Dibantu AI
- Mau Dapat Cuan Lebih dari YouTube Shopping? Ini Syaratnya
- Microsoft Perbarui AI Copilot, Ada Fitur Kolaborasi Serupa Freeform
- iPhone 16 Enggak Selaku iPhone 15?
- Mengenal MariSilicon X di Oppo Find X5 Pro 5G, Chipset yang Tawarkan Era Baru Fotografi dan Videografi Malam
- Game "Ark: Survival Evolved" Gratis di Steam, Begini Cara Klaimnya
- Jadwal MSC 2022 Babak Playoff dan Format Pertandingan
- Selisih Rp 1 Jutaan, Ini Beda Spesifikasi Infinix Note 12 VIP dan Infinix Note 12 "Reguler" di Indonesia
- Promo Paket Internet IM3 Indosat, 50 GB Cuma Rp 100.000