cpu-data.info

- Pasar smartphone flagship atau ponsel yang dibanderol dengan harga mahal, saat ini didominasi oleh Apple selama bertahun-tahun. Ponsel premium umumnya dijual dengan harga di atas 400 dollar AS (sekitar Rp 5,7 jutaan).

Menurut firma riset Counterpoint Research, Apple menguasai 60 persen pangsa pasar ponsel premium di tahun 2021. Angka itu meningkat dari pangsa pasar 55 persen yang diperoleh Apple di tahun 2020.

Data tersebut menunjukkan bahwa Apple masih menguasai segmen ponsel flagship, meskipun berbagai merek smartphone ikut "berebut kue" di segmen ponsel harga mahal itu.

Selain Apple, Samsung dan vendor asal China lain, seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo, juga ikut meramaikan pasar smartphone flagship.

Persaingan di segmen tersebut makin "panas" setelah Huawei, yang sebelumnya menjadi salah satu vendor ponsel flagship teratas dunia, "tereliminasi" karena sanksi dari pemerintah Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Manuver Huawei, ZTE, dan Xiaomi Melawan Blacklist AS

Meski demikian, dominasi Apple di pasar smartphone flagship masih bertahan bahkan di China, negara asal beberapa vendor smartphone teratas dunia.

Menurut firma riset Counterpoint Research, menghadirkan smartphone flagship bukan hal yang mudah. Bahkan, dominasi iOS untuk kategori flagship juga dinilai agak sulit digeser oleh Android.

Kendati demikian, para vendor samrtphone flagship tetap punya peluang besar untuk menggeser Apple. Counterpoint mengungkap beberapa aspek penting yang harus dipenuhi vendor untuk smartphone flagship saat ini.

Baca juga: Nokia Menyerah Bikin Smartphone Flagship, Fokus ke Ponsel Murah

3 aspek penting untuk smartphone flagship

Menurut Counterpoint, smartphone flagship bukan melulu soal kecanggihan chipset atau banderol harga tinggi semata. Namun, aspek penting yang harus dimiliki smartphone flagship mencakup aspek layar, kamera, dan game. Berikut penjelasannya?

/ Galuh Putri Riyanto Layar Xiaomi 11T Pro mengusung panel AMOLED seluas 6,67 inci dengan resolusi resolusi HDR10 Plus (1.080 x 2.400 piksel) dan sudah mendukung refresh rate 120 Hz.

• Layar

Layar disebut Counterpoint sebagai aspek utama yang harus memiliki kualitas optimal pada smartphone flagship.

Setidaknya, layar ponsel yang dikategorikan flagship harus mendukung refresh rate yang tinggi, resolusi layar yang tinggi, serta kurasi warna yang canggih.

Adapun panel layar yang saat ini paling mumpuni untuk smartphone flagship yaitu layar LTPO dengan gamut warna DCI-P3.

Baca juga: Apa Itu Touch Sampling Rate pada Smartphone, Bedanya dengan Refresh Rate?

/Lulu C Mahendra Modul kamera belakang Oppo Find X2 Pro.

• Kamera

Aspek fotografi tak kalah penting untuk menjadi salah satu keunggulan smartphone flagship. Di era komputasi fotografi, sejumlah vendor juga telah meningkatkan spesifikasi kamera smartphone flagship agar mampu meminimalisasi noise pada foto maupun video.

Oleh karena itu, ponsel flagship selayaknya memiliki kemampuan fotografi yang mumpuni. Misalnya. menggunakan kombinasi beberapa kamera untuk menangkap lebih banyak informasi yang kemudian diproses oleh algoritma kecerdasan buatan (AI).

Baca juga: Kamera Portrait Oppo Reno7 Serupa Bokeh DSLR

/ConneyStephanie Test game Free Fire di Samsung Galaxy S22 Plus

• Game

Aspek lainnya yang harus menjadi unggulan di smartphone flagship yaitu pengalaman bermain game. Menurut Counterpoint, game mobile kini mengonsumsi lebih banyak sumber daya komputasi dibanding sebelumnya.

Sebab, pengguna mengharapkan grafis yang mulus dengan pengalaman bermain yang lancar.

Dirangkum KompasTekno dari Gizchina, Senin (28/3/2022), faktor lain yang dinilai penting yaitu kemampuan smartphone untuk mengelola peningkatan suhu ketika pengguna bermain game.

Baca juga: Counterpoint: Oppo Vendor Smartphone Nomor 1 di Indonesia

Selain tiga aspek itu, Counterpoint juga mengungkapkan aspek yang cukup penting lainnya, yaitu koneksi yang andal, audio stereo, serta dukungan fast charging atau baterai yang tahan lama.

Terlepas dari daftar aspek smartphone flagship di atas, vendor Android sendiri perlu berbenah lagi. Sebab menurut Counterpoint, iPhone buatan Apple tidak hanya mengandalkan spesifikasi yang mumpuni, namun juga ekosistem yang kaya.