Harga Motherboard dan GPU Terancam Naik gara-gara Tembaga
- Selain krisis kelangkaan chip semikonduktor telah yang berlangsung sejak tahun lalu, pasaran komponen komputer kini dirundung masalah lain, yakni harga tembaga yang merangkak naik.
Pada Desember 2020, harga tembaga tercatat sebesar 7.755 dollar AS (Rp 110,5 juta) per ton. Pada 28 September 2021, harganya sudah naik menjadi 9.262 dollar AS (Rp 132 juta per ton).
Padahal, bahan logam tembaga banyak digunakan di berbagai komponen komputer, seperti lembaran tembaga (copper foil) Copper-Clad Laminates (CCL) yang dipakai membuat papan printed circuit board (PCB).
Kenaikan harga bahan logam tembaga ikut mengerek harga komponen-komponen tadi. Harga copper foil sudah naik 35 persen sejak kuartal-IV 2020.
Efek lanjutannya, harga PCB pun ikut naik dan berdampak ke berbagai produk hardware komputer yang menggunakan papan sirkuit, seperti motherboard, kartu grafis (GPU), hingga produk jadi seperti notebook dan PC desktop.
Baca juga: Selain Chip Prosesor dan GPU, Harga RAM Juga Bakal Makin Mahal
Tom's Hardware memperkirakan kenaikan harga tembaga dipicu oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah angka permintaan yang tinggi.
Misalnya, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Selasa (5/10/2021), seiring dengan operator-operator seluler yang beralih ke teknologi 5G, mereka pun membutuhkan infrastruktur jaringan seperti base station dan sistem network yang banyak menggunakan kabel tembaga.
Belum lagi, permintaan dari industri PC yang juga besar. Untuk hardware PC sendiri, jumlah tembaga yang digunakan berbeda-beda tergantung tipe produk dan segmen pasarnya.
Menurut Tom's Hardware, sebuah motherboard kelas high-end bisa menggunakan PCB delapan lapis yang dibuat dengan 8 CCL.
Kandungan tembaganya secara keseluruhan bisa mencapai kisaran 180 gram per unit motherboard.
Baca juga: Harga GPU Dilaporkan Naik Lagi, Kelangkaan Masih Terus Berlanjut
Meski demikian, peningkatan harga hardware komputer agaknya akan bervariasi. Lagi-lagi, tergantung tipe dan segmen pasar.
Misalnya, kenaikan harga komponen sebesar 10 persen mungkin tidak akan berdampak pada produk motherboard kelas high-end.
Pembuatnya bisa menyerap kenaikan tersebut lewat harga akhir yang sejak awal memang sudah dipatok tinggi.
Beda halnya dengan produk motherboard di segmen entry-level di kisaran harga 100-200 dollar AS yang memiliki margin profit lebih tipis. Kenaikan harga tersebut boleh jadi akan diteruskan ke konsumen.
Terkini Lainnya
- Apa Itu Rumus COUNT di Microsooft Excel dan Contoh Penggunaannya
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Cara Mengatasi Last Seen WhatsApp Tidak Berubah dengan Mudah dan Praktis
- Qualcomm Umumkan Chip Baru untuk Smart Home dan IoT
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Advan ForceOne Rilis di Indonesia, PC AIO dengan AMD Ryzen 5 6600H
- Dampak Memakai Headset Terlalu Sering dengan Volume Tinggi yang Penting Dihindari
- Lantai Data Center Microsoft Pakai Bahan Kayu, Ini Alasannya
- Steam Setop Dukungan Windows 7 dan 8, Gamer Diminta Upgrade ke OS Baru
- AI Baru Buatan Induk ChatGPT Bisa Ambil Alih Komputer Pengguna
- Spotify Mulai Gaji Kreator Video Podcast
- Banyak Bug di eFootball 2022, Konami Minta Maaf
- Razer Bikin Mouse dan Kursi Gaming Edisi Genshin Impact
- 10 Aplikasi Mobile Berpenghasilan Terbesar, TikTok Teratas
- Xiaomi Redmi Note 10 Lite Meluncur, Kembaran Note 9 Pro
- Smart TV Samsung Kini Bisa Diperintah dengan Bahasa Indonesia