cpu-data.info

Studi: Meeting Online Keseringan Bisa Bikin Tak Percaya Diri

Ilustrasi cemas.
Lihat Foto

- Pandemi membuat sebagian besar kegiatan yang biasanya dilakukan secara fisik beralih ke format daring (online). Banyak orang menggunakan platform telekonferensi seperti Zoom untuk mengadakan tatap muka virtual dengan rekan kerja, teman, atau keluarga.

Karena menggunakan tangkapan kamera untuk video call. Biasanya pengguna sering ikut melihat wajah sendiri di samping wajah orang lain dalam pertemuan online. Sebuah studi mengungkap bahwa hal ini ternyata bisa memicu gangguan kesehatan mental.

Baca juga: Riset: Mematikan Video Saat Zoom dan Google Meet Bisa Kurangi Kelelahan

Gangguan itu dijuluki sebagai "Zoom Dysmorphia" dan membuat penderitanya menjadi kurang percaya diri. Meski disebut demikian, gangguan kesehatan metal tersebut bisa terjadi pada pengguna platform telekonferensi manapun, bukan hanya Zoom saja.

Apa itu Zoom Dysmorphia yang bikin tak percaya diri?

Berdasarkan sebuah studi yang dirilis International Journal of Women's Dermatology, Zoom Dysmorphia adalah suatu kondisi di mana seseorang mudah cemas dan khawatir penampilan fisik aslinya di dunia nyata akan berbeda dengan tampilan di dunia virtual.

Rasa tidak percaya diri ini berasal dari seringnya penggunaan platform video call, serta pemanfaatan filter di platform tersebut untuk memoles tampilan wajah sendiri supaya enak dipandang oleh lawan bicara.

“Peningkatan waktu yang dihabiskan untuk melakukan konferensi video, menggunakan media sosial, dan menggunakan filter pada platform video call selama pandemi telah menyebabkan memburuknya persepsi akan diri sendiri dan kesehatan mental,” tulis para peneliti.

Baca juga: WFO Bikin Harga Saham Zoom Terpuruk

Gejala Zoom Dysmorphia  akan terlihat ketika pengguna mengetahui kegiatan yang selama ini dilakukan secara virtual akan beralih kembali ke kegiatan fisik seperti sebelum pandemi menerjang.

Studi tadi mengungkap 71 persen orang mengaku cemas ketika mereka diminta kembali bekerja ke kantor atau beraktivitas secara tatap muka seperti biasa, karena masalah kepercayaan diri yang turun akibat Zoom Dysmorphia.

Keluhan soal berat badan hingga jerawat

Riset berjudul "Life After Lockdown: Zooming Out on Perceptions in the Post-Videoconferencing Era" tersebut turut mengungkap kesulitan yang dialami dalam mengatasi gangguan Zoom Dysmorphia.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari ScienceDirect, Senin (3/9/2021), sebanyak 64 persen dari 7.295 responden mengaku mereka memilih untuk mencari dukungan kesehatan mental demi membantu "menyembuhkan" kondisi tersebut.

Selain itu, sekitar 30 persen dari total responden mengatakan bahwa mereka berniat untuk mengubah penampilannya, sebagai solusi untuk mengatasi gangguan kecemasan yang dialami. 

Baca juga: Ada Game Werewolf hingga Poker di Zoom, Begini Cara Memainkannya

Adapun beberapa masalah terkait penampilan yang dikeluhkan para responden adalah berat badan yang naik (37,1 persen), warna/bekas luka di kulit (32,36 persen), dan jerawat (24,5 persen).

Studi ini turut menjelaskan bahwa gangguan Zoom Dysmorphia rawan terjadi pada kelompok usia muda berumur 18-24 tahun, terutama wanita.

"Keluarga harus menyadari bahwa meningkatnya penggunanan medsos dan filter bisa menaikkan tingkat kecemasan di anak muda, khususnya saat aktivitas tatap muka bembali berlangsung untuk pertama kali setelah satu setengah tahun," tulis para peneliti.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat