Pembuat Spyware Pegasus Disidak oleh Pemerintah Israel
- Spyware Pegasus yang mampu menyadap aneka macam data dari ponsel belakangan kembali menjadi topik perbincangan hangat di internet.
Perusahaan Israel pembuatnya, NSO Group, dicurigai menjual program mata-mata tersebut ke pemerintah negara-negara opresif, yang kemudian menyalahgunakannya untuk melancarkan spionase terhadap aktivis, jurnalis, hingga pejabat.
Terkait dugaan itu, pemerintah Israel pun menyidak kantor NSO Group di Herzliya, dekat kota Tel Aviv, pada Rabu (28/7/2021) waktu setempat.
Baca juga: Ada Spyware Pegasus, Presiden Jokowi Diminta Tak Pakai WhatsApp
"Sejumlah perwakilan dari beberapa lembaga pemerintah mendatangi kantor NSO Group hari ini untuk menelusuri dugaan yang ramai di beberapa media dan publikasi," kata Kementerian Pertahanan Israel lewat handle @MoDIsrael.
Kunjungan pihak pemerintah Israel itu dibenarkan oleh NSO Group yang menyatakan siap bersikap transparan untuk membantu penyelidikan soal tudingan penjualan Pegasus.
" Kami yakin bahwa pemeriksaan ini akan menguak fakta bahwa tuduhan dari berbagai media dan publikasi yang dilontarkan ke perusahaan kami salah," ujar juru bicara NSO Group, dihimpun KompasTekno dari TheRecord, Kamis (29/7/2021).
Tidak dijelaskan lembaga atau otoritas pemerintah Israel apa saja yang menyidak kantor NSO Group, begitu juga rincian apa saja yang mereka lakukan.
Namun, menurut situs berita lokal Calcalist yang mengutip seorang sumber anonim, kegiatan tersebut bukan semacam penggerebekan yang mengaudit seluruh dokumen perusahaan dan sistem komputernya, melainkan hanya sebatas rapat formal saja.
NSO Group disebutkan memegang lisensi untuk beroperasi dari pemerintah Israel.
Baca juga: Apa Itu Spyware Pegasus dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Sebab, perusahaan yang menjual berbagai alat atau software ang berhubungan dengan penyadapan, peretasan, dan lain sebagainya biasanya harus mendaftarkan perusahaan mereka ke pemerintah untuk mendapatkan izin ekspor perangkat lunaknya.
Penelusuran pemerintah Israel kemungkinan dilakukan untuk menyelidiki apakah NSO Group melanggar izin ekspor tersebut.
NSO Group sendiri sempat membantah telah menjual Pegasus ke pemerintah negara-negara opresif. Tudingan itu disebut hanya sebatas teori yang tidak disertai dengan bukti kuat.
Mereka juga mengatakan bahwa kasus kebocoran data dari 50.000 nomor telepon yang menjadi korban spyware Pegasus yang ramai diwartakan keliru dan terlalu "berlebihan".
Terkini Lainnya
- Oppo Reno 13 Series Meluncur Sebentar Lagi, Ini Tanggal Rilisnya
- Janji Terbaru Apple di Indonesia, Rp 1,5 Triliun untuk Cabut Blokir iPhone 16
- China Pamer Roket yang Bisa Dipakai Ulang, Saingi Roket Elon Musk
- 10 Cara Mengubah Tulisan di WhatsApp Menjadi Unik, Mudah dan Praktis
- Ini Dia, Jadwal Rilis Global dan Daftar HP Xiaomi yang Kebagian HyperOS 2
- 2 Tim Indonesia Lolos Grand Final "Free Fire" FFWS Global 2024 di Brasil
- Hati-hati, Hacker Gunakan File ZIP untuk Menyusup ke Windows
- Dua Perangkat Apple Ini Sekarang Dianggap "Gadget" Jadul
- Valuasi Induk TikTok Tembus Rp 4.755 Triliun
- WhatsApp Siapkan Desain Baru, Ini Bocoran Tampilannya
- Headphone Vs Earphone, Mana yang Lebih Aman Digunakan?
- Apa Itu Rumus COUNT di Microsooft Excel dan Contoh Penggunaannya
- Bagaimana Cara Registrasi Kartu Telkomsel Baru?
- Arti Kata "Angst" Istilah Slang yang Sering Digunakan di Media Sosial
- Cara Menolak Otomatis Panggilan dari Nomor yang Disembunyikan di HP Android
- Ini Dugaan Sumber Kebocoran Data 2 Juta Nasabah BRI Life
- Poin-poin Migrasi TV Analog ke Digital, Mulai 1 Agustus 2021
- Poco X3 GT Resmi Meluncur, Layar 120 Hz Harga Rp 4 Jutaan
- Ada Celah Keamanan, Pengguna iPhone, iPad, dan Mac Diminta Update OS
- Bos Telegram Akui Diintai Spyware Pegasus